• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILUM KELAS SUB KELAS ORDO

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Gugusan pulau-pulau sangat kecil ini termasuk tipe pulau karang timbul dan pulau daratan rendah (low islands), terdiri dari Pulau Pari, Kongsi, Tengah, Kudus dan Burung pada posisi 05o 50’ LS sampai 05o 52’ LS dan 106o 34’ BT hingga 106o 38’ BT. Terumbu karang mengelilingi semua gugus pulau-pulau tersebut sehingga menjadi satu kesatuan terumbu dengan tipe terumbu tepi (freenging reef) yang memanjang secara diagonal arah Barat Daya – Timur Laut dengan total luas mencapai 10,74 km2 (Asriningrum, 2005). Bentuk dan bagian-bagian terumbu cukup komplit, terdiri dari rataan terumbu (reef flate), goba (lagoon) dan terumbu yang mengelilingi goba (atol) sehingga menyerupai pulau atol dikenal juga dengan atol semu (pseudoatol) atau atol mini (small atol).

Sumber: Asriningrum, 2005 Gambar 4. Kelas bentukan terumbu dan pemanfaatan lahan Gugus Pulau Pari

Rataan terumbu adalah bagian terumbu paling luas yaitu dengan panjang berkisar antara 400-1500 meter tegak lurus garis pantai pulau terdekat arah ke laut lepas. Saat pasang, rataan terumbu digenangi air sampai kedalaman 1 meter dan dapat terpapar sampai 0,3 - 0,4 meter di atas permukaan laut saat surut terendah. Pada bagian tertentu, di rataan terumbu ditemukan cekungan-cekungan (goba) yang selalu tergenang saat air surut dengan kedalaman berkisar antara 2-15 meter. Dasar perairan rataan terumbu didominasi oleh dasar berpasir terutama bagian yang dekat dengan pantai, sedangkan substrat keras dan patahan karang mati ditemukan dekat puncak terumbu (reef crest) dan tubir (reef front). Puncak terumbu ditandai dengan bagian paling tinggi dari terumbu dan terkadang muncul saat surut terendah, sedangkan tubir bagian paling depan dari terumbu. Kedua bagian terumbu ini berhubungan langsung dengan perairan terbuka, didominasi oleh biota bentik dari kelompok algae, karang dan biota bentik lainnya. Tubir terumbu berlanjut sebagai lereng terumbu (slope) dengan kemiringan berkisar antara 30-40 derajat sampai kedalaman 10-15 meter (Suharsono, 1999).

Tabel 2. Persentasi tutupan kategori bentik terumbu pada terumbu Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta (7 stasiun)

NO KATEGORI BENTIK STASIUN JUMLAH RERATA PC01 PC02 PC03 PC04 PC05 PC06 PC07 I BENTIK BIOTIS 1 Acropora 5 15 20 10 15 15 10 90 12.86 2 Nonacropora 25 20 20 10 35 30 20 170 24.29 3 Soft Coral 5 5 5 5 10 5 7 42 6 4 Sponge 5 3 2 2 3 3 2 20 2.86 5 Makro Algae 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Seagrass 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7

Death Coral With

Algae 33 20 15 50 20 30 40 198 28.29 8 Death Coral 0 0 1 0 1 0 0 2 0.29 9 Others 2 2 2 3 1 2 1 13 1.86 II BENTIK ABIOTIS 10 Ruble 15 30 30 15 10 10 17 127 18.14 12 Sand 10 5 5 5 5 5 3 38 5.43 13 Rock 0 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 100 100 100 100 100 100 100 700 100

Sumber: Abrar 2008 (unpublish) Hasil pengamatan substrat dasar pada lereng terumbu Gugus Pulau Pari telah dilakukan di tujuh (7) stasiun dan disajikan dalam Tabel 3. Substrat dasar

33   

perairan dibedakan dalam kelompok bentik biotis dan abiotis dengan beberapa kategori bentik pada masing-masing kelompok. Hasil pengamatan menunjukan persentasi tutupan masing-masing kategori cukup bervariasi dengan rerata 0,29 - 28,3 % dan beberapa kategori tidak ada. Rerata persentasi tutupan karang hidup dari kelompok Acropora dan Non Acropora paling tinggi yaitu 37,03 %, sedangkan tutupan Sponge dan soft coral cukup rendah masing-masing 2,86 % dan 6%. Kategori bentik dari kelompok karang mati yang telah ditumbuhi algae (death coral with algae) cukup tinggi yaitu 28,29%, sedangkan karang mati yang belum ditumbuhi algae (bleaching) sangat rendah yaitu 0,29 %. Kategori bentik biotis lainnya terdiri dari biota-biota yang berassosiasi dengan terumbu memiliki rerata tutupan hanya 1,86%. Kelompok bentik abiotis terutama dari patahan karang mati mencapai 18,14% dan pasir menutupi sekitar 5,43%.

4.1.2 Gambaran Stasiun Penelitian

Stasiun penelitian ST1-pari berada antara Selatan-Barat Pulau Pari atau Selatan-Timur Gugus Pulau Pari pada posisi 05o 52’ 212’’ LS dan 106o 36’ 754’’ BT. Kondisi perairan relatif terbuka dengan arus dan gelombang cukup kuat, keruh, dan sangat terpengaruh oleh Musim Timur (Juni – Agustus). Titik Sampling Stasiun ST1-Pari berada di lereng terumbu (slope) pada kedalaman 5 meter. Permukaan terumbu sebagai substrat dasar perairan umumnya adalah patahan karang mati dan dasar keras dari karang mati , ditutupi sedimen halus (lumpur) dan ditumbuhi algae filamen dengan tutupan keduanya mencapai 57% dan sedikit dasar berpasir sekitar 3%. Pada dasar perairan juga ditemukan banyak unit rangka untuk transplantasi karang yang sebagian besar telah ditutup oleh biota bentik termasuk oleh koloni karang. Koloni karang hidup banyak ditemukan pada kedalaman 2-7 meter dan semakin berkurang sampai kedalaman 15 meter. Hasil penilaian secara cepat (RRI) tutupan koloni karang hidup mencapai 30% dengan demikian terumbu berada dalam kondisi sedang. Biota bentik lainya terutama dari sponge, karang lunak dan biota yang berassosiasi dengan terumbu sangat rendah dengan persentasi tutupan hanya 10%.

Wilayah perairan Stasiun ST1-pari termasuk kawasan Area Perlindungan Laut (APL) Kelurahan Pulau Pari dengan pemanfaatan terbatas untuk pendidikan

dan penelitian kelautan. Aktifitas manusia di darat dari pemukiman masyarakat di Pulau Pari dan pengembangan sepanjang pesisir Teluk Jakarta, dan Pantai Utara Banten sangat berdampak terhadap ekosistem terumbu karang seperti sedimentasi, sampah dan pencemaran perairan (UNESCO, 1997).

Stasiun ST2-tikus berada pada sisi utara Pulau Tikus atau Utara-Barat Gugus Pulau Pari dengan posisi 05o51’168’’ lintang selatan dan 106o34’795’’ bujur timur. Stasiun ini adalah bagian dari dinding luar terumbu atol Goba Pulau Tikus yang berhadapan langsung dengan laut lepas dan merupakan selat sempit antara Gugus Pulau Pari dan Pulau Payung dengan kedalaman maksimal mencapai 80 meter. Kondisi perairan relatif agak terlindung, lebih jernih dengan gelombang tidak terlalu kuat, namun arus cukup kuat terutama saat mulai surut dan pasang serta sangat terpengaruh oleh Musim Barat (Desember – Februari) (Rudi 2006).

Rataan terumbu cukup luas dengan kombinasi atol dan goba dimana panjangnya mencapai 1500 meter dari garis pantai pulau terdekat. Dasar perairan didominasi oleh pertumbuhan karang hidup dari kelompok Acropora dan Non Acropora dengan tutupan mencapai 50% sehingga terumbu karangnya berada dalam kondisi baik. Biota lain antara lain dari kelompok sponge, karang lunak dan biota yang berassosiasi dengan terumbu terlihat sangat sedikit dengan tutupan hanya mencapai 14%. Karang mati yang telah ditumbuhi algae filamen cukup tinggi dengan tutupan mencapai 20% dan sedikit pemutihan karang (bleaching). Permukaan terumbu dari patahan karang mati terlihat cukup tinggi yaitu mencapai 20% dengan sedikit dasar berpasir yang hanya menutupi sekitar 5%

Stasiun ST2-tikus tidak termasuk dalam kawasan pengelolaan dan wilayah konservasi. Pemanfaatan perairan adalah sebagai daerah tangkapan perikanan terumbu dan lokasi budidaya rumput laut serta pembesaran ikan dalam keramba terutama di perairan goba. Perairan selat di depan stasiun penelitian cukup dalam yaitu 70-80 meter sehingga menjadi jalur pelayaran bagi kapal-kapal besar menuju dan dari perairan Utara Jawa.

35   

Dokumen terkait