• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Bogor teletak diantara 6°18’0” – 6°47’10” Lintang Selatan (LS) dan 106°23’45” – 107°13’30” Bujur Timur (BT). Wilayah sebelah utara Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kab/Kota Bekasi. Wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur serta Kabupaten Purwakarta. Wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur serta bagian tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,304 Ha.

Secara administratif Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan dan 428 desa/kelurahan, 3.768 Rukun Warga dan 14.951 Rukun Tetangga. Jumlah kecamatan sebanyak 40 kecamatan tersebut merupakan jumlah kumulatif setelah adanya hasil pemekaran lima kecamatan pada tahun 2005, yaitu Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Tajurhalang. Keadaan alam di Kabupaten Bogor cukup potensial untuk pertanian dan pendistribusian hasil pertanian karena wilayahnya merupakan jalur tranportasi antar kota maupun antar provinsi serta berbatasan langsung dengan Ibukota Republik Indonesia, Jakarta.

Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi tanah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan. Sekitar 29,28 persen berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut (dpl), 42,62 persen berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53 persen berada pada ketinggian 500-1000 meter dpl, 8,43 persen berada pada ketinggian 1000-2000 meter dpl dan 0,22 persen berada pada ketinggian 2000-2500 meter dpl.

Tabel 10 memaparkan komposisi penduduk di Kabupaten Bogor pada Tahun 2010 adalah sebanyak 4.763.209 jiwa.

39 Tabel 10. Sebaran Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor menurut Sensus Penduduk

Tahun 2010

No Jenis Kelamin Jumlah (orang)

1 Laki-Laki 2.446.251

2 Perempuan 2.316.958

Jumlah 4.763.209

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011

Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor dengan 11,07 persen dari jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat, yaitu 43.021.826 jiwa dan merupakan jumlah penduduk terbesar diantara kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2010 lebih tinggi daripada jumlah penduduk pada tahun 2009 yaitu sebanyak 4.477.296 jiwa, atau meningkat sebanyak 285.913 jiwa. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk alami dan migrasi yang masuk ke Kabupaten Bogor. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor selama 10 tahun terakhir (2000-2010) adalah sebesar 3,13 persen.

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan di Kabupaten Bogor. Hal tersebut tertuang dalam misi kedua Kabupaten Bogor yaitu “Meningkatnya Perekonomian Daerah yang Berdaya Saing dengan titik berat pada Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan yang berbasis Perdesaan”. Misi tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis perdesaan dengan sasaran meningkatnya produksi, produktivitas, distribusi dan konsumsi pangan daerah serta berkembangnya agribisnis pertanian, perikanan, peternakan dan agribisnis hasil perkebunan.

Strategi dan arah kebijakan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam pencapaian tujuan dan sasaran misi tersebut adalah dengan cara meningkatkan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis perdesaan beserta sasarannya. Hal tersebut diwujudkan dengan merancang lima strategi pembangunan yang menitikberatkan pada pertanian yakni : 1) intensifikasi komoditas pangan daerah; 2) ekstensifikasi komoditas pangan daerah; 3) peningkatan sistem agribisnis dan aquabisnis; 4) mengembangkan sentra komoditas unggulan; dan 5) meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan.

40 Pertanian di Kabupaten Bogor terdiri dari pertanian tanaman pangan, sayuran, hortikultura serta perkebunan. Tanaman pangan padi menyebar hampir di semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda. Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana daerah tersebut sudah tersedia irigasi yang memadai. Daerah tersebut yakni Kecamatan Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu. Tanaman padi gogo menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan yang terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah berkisar antara 4-5 ton per Ha, sedangkan produktivitas padi gogo berkisar antara 3-4 ton per Ha. Produktivitas ini masih bisa ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi lingkungan seperti menekan bahaya banjir serta perbaikan manajemen ushatani. Perbaikan manajemen usahatani dapat dilakukan dengan cara melakukan pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan modal, sarana dan prasarana serta penyediaan sarana pasca panen yang optimal.

Komoditas tanaman pangan lainnya seperti jagung dan kedelai pun menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Tanaman jagung terdapat di Kecamatan Dramaga, Cisarua, Megamendung, Cileungsi, Kelapanunggal, Rancabungur, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin. Untuk tanaman kedelai, hanya terdapat di beberapa kecamatan saja diantaranya adalah Kecamatan Tamansari, Kemang, Rancabungur, dan Megamendung.

Daerah pertanian hortikultur seperti sayur dan buah mengalami hal yang serupa dengan pertanian tanaman pangan, yang membedakan adalah konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar pada wilayah tertentu, seperti manggis yang banyak dikembangkan di wilayah barat, seperti Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Cigudeg dan Jasinga. Tanaman buah nanas banyak dikembangkan di wilayah tengah seperti di Kecamatan Caringin, Cijeruk dan Cigombong. Sayuran banyak dikembangkan di wilayah atas yang memiliki kondisi bentang alam berupa dataran tinggi, seperti Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua.

Pertanian hortikultur lainnya yang terus dikembangkan oleh Kabupaten Bogor adalah pertanian hortikultur tanman hias. Wilayah penghasil tanaman hias adalah Kecamatan Tamansari, Cijeruk, Ciawi, Megamendung, Tajurhalang,

41 Gunung Sindur dan Bojong Gede. Dengan beragamnya tanaman hias di Kabupaten Bogor yang menyebar di Kecamatan-Kecamatan tersebut, maka tidak heran apabila Kabupaten Bogor dijadikan salah satu pusat produksi dan pemasaran tanaman hias terbesar di Provinsi Jawa Barat.

Tanaman perkebunan relatif terbatas di wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan pengelolaan usahanya, perkebunan dibagi menjadi dua, yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar dikelola oleh perusahaan negara ataupun swasta, sedangkan perkebunan rakyat dikelola sepenuhnya oleh masyarakat tani setempat. Jumlah perkebunan negara di Kabupaten Bogor berjumlah tiga kebun, yakni Kebun Cikasungka, Kebun Gunung Mas dan Kebun Cianten dengan komoditas yang ditanami adalah kelapa sawit, teh dan kina. Perkebunan besar negara dikelola oleh BUMN PT. Perkebunan Nusantara VIII. Jumlah perkebunan besar swasta di Kabupaten Bogor berjumlah 18 kebun dengan komoditi yang ditanami antara lain adalah karet, teh, pala, coklat, kopi dan pinang. Perkebunan rakyat tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor, dengan komoditi yang ditanami antara lain adalah karet, kopi, cengkeh, kelapa, vanili, aren, pala dan tanaman obat.

Komoditi perkebunan unggulan Kabupaten Bogor adalah pala, cengkeh, kopi, kelapa dan karet. Secara umum, tanaman perkebunan di Kabupaten Bogor ditanam pada lahan yang berkategori kelas tiga, dengan kendala utama pada kelerengan. Kendala tersebut menyebabkan adanya degradasi lahan melalui proses erosi dan penurunan kesuburan lahan. Berkaitan dengan sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk tanaman perkebunan relatif tebatas yakni dengan total luas lahan sekitar 27.000 Ha. Adanya potensi tersebut, pemerintah daerah setempat menganjurkan bahwa bentuk usaha perkebunan dalam skala besar tidak dianjurkan. Bentuk usaha ynag dianjurkan adalah skala kecil dan bekerjasama dengan usaha perkebunan besar yang sudah ada. Tingginya alih fungsi lahan di Kabupaten Bogor merupakan alasan yang tak kalah penting dalam anjuran pemerintah daerah Kabupaten Bogor mengenai pembukaan usaha perkebunan tersebut.

42 5.2 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kecamatan Jasinga

Kecamatan Jasinga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi dalam pengembangan komoditas perkebunan. Luas Kecamatan Jasinga adalah 10.848 Hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 97.235 jiwa. Jarak dengan ibukota kabupaten cukup jauh, yakni 64 kilometer dengan akses transportasi sudah cukup baik. Kecamatan Jasinga ini merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Rangkasbitung Provinsi Banten. Jarak tempuh ke Kabupaten Rangkasbitung relatif lebih dekat apabila dibandingkan dengan jarak tempuh ke ibukota kabupaten. Akses transportasi yang sudah cukup baik dengan wilayah lainnya terutama dengan Kota Bogor dan Kabupaten Rangkasbitung telah memberikan suatu gambaran yang dapat mendukung kegiatan perekonomian masyarakat setempat. Kondisi jalan dan infrastruktur yang ada juga telah mendukung kegiatan sehari-hari dan mobilitas masyarakat Kecamatan Jasinga.

Kecamatan Jasinga memiliki suhu rata-rata tiap bulan sebesar 260 C dengan suhu terendah 21,80 C dan suhu tertinggi adalah sebesar 30,40 C. Kelembaban udara di Kecamatan Jasinga adalah sebesar 70% dengan curah hujan sebesar 1.561,3 mm/tahun dan jumlah hari hujan sebanyak 125 hari. Hujan dalam satu tahun. Secara umum kondisi topografi wilayah Kecamatan Jasinga adalah berbukit-bukit dengan ketinggian 207 meter diatas permukaan laut. Lahan di wilayah Kecamatan Jasinga sebagian besar didominasi oleh tanaman perkebunan dan kehutanan seperti karet, manggis atau sengon dan sisanya adalah persawahan dengan jenis tingkat kelerengan datar, landai dan curam. Tingkat kelerengan yang datar dan landai ditanami dengan jenis tanaman pertanian dan kebun campuran seperti padi, sengon, manggis dan karet. Tingkat kelerengan yang curam digunakan untuk tanaman kopi arabika. Cara penanaman yang umumnya dilakukan oleh petani di Kecamatan Jasinga adalah polikultur atau tanaman keras yang ditumpangsarikan dengan tanaman semusim. Kondisi agroekosistem yang ada di Kecamatan Jasinga memberikan gambaran peluang yang cukup baik dalam pengembangan usaha perkebunan maupun bentuk usahatani lainnya.

Sebagian besar wilayah yang ada di Kecamatan Jasinga merupakan daerah perbukitan, wilayah ini memiliki potensi yang cukup baik khususnya dalam

43 pemanfaatan lahan untuk wilayah perkebunan karet, manggis, kopi, maupun rempah-rempah. Keberadaan lahan untuk wilayah perkebunan ini merupakan milik Perhutani dan pihak swasta, namun sudah beberapa tahun ini kurang dimanfaatkan dengan baik, sehingga banyak dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat dengan pemberian hak garap kepada para petani setempat. Wilayah yang dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat dan swasta sendiri mencapai 3.326 Hektar atau sekitar 30,66 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa Kecamatan Jasinga memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang perkebunan, terutama dalam mengembangkan kegiatan perekonomian masyarakat setempat. Tabel 11 memberikan gambaran secara lengkap pemanfaatan lahan yang ada di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.

Tabel 11. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Jasinga Tahun 2010

Pemanfaatan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) Perumahan, pemukiman dan Pekarangan 2.545,56 23,46

Tanah sawah 3.024,63 27,88

Perkebunan rakyat dan swasta 3.326,00 30,66

Kolam 354,61 3,26

Sungai 453,56 4,18

Jalan Kabupaten 1.078,65 9,94

Pemakaman Umum 29,92 0,27

Perkantoran 1,25 0,01

Lapangan Olah Raga 1,89 0,01

Tanah Peribadatan 15,93 0,15

Tanah Bangunan Pendidikan 16,00 0,15

Total 10.848,00 100,00

Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Jasinga, 2011

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa selain memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan perkebunan rakyat dan swasta, Kecamatan Jasinga juga memiliki luasan lahan yang banyak dimanfaatkan untuk lahan sawah yang mencapai 3.024,63 Hektar atau 27,88 persen dari total luas lahan di Kecamatan Jasinga. Jika dilihat dari jenis mata pencaharian penduduk setempat, sebagian besar masyarakat Kecamatan Jasinga pencaharian sebagai petani yang mencapai 667 orang atau sekitar 13,74 persen dari seluruh jumlah penduduk Kecamatan

44 Jasinga berdasarkan jenis mata pencaharian. Pekerjaan sebagai petani maupun peternak pada masyarakat setempat tentunya dipengaruhi oleh kondisi alam maupun lingkungan sekitar yang memang mendukung kegiatan pertanian dan peternakan, terutama dalam bidang perkebunan yang selama ini terus dikembangkan dalam meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat. Sementara sebagian yang lainnya bermata pencaharian sebagai pedagang maupun pengrajin dan wiraswasta. Tabel 12 berikut menyajikan secara lengkap jumlah penduduk Kecamatan Jasinga berdasarkan mata pencaharian masyarakat setempat.

Tabel 12. Jumlah Penduduk Kecamatan Jasinga Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010

N0. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani dan peternak 667 13,74 2 Pedagang / Warung 571 11,76

3 Pegawai negeri 81 1,67

4 ABRI dan POLRI 3 0,06

5 Pensiunan dan Purnawirawan 7 0,14

6 Pengusaha 6 0,12

7 Wiraswasta 442 9,10

8 Pengrajin 547 11,26

9 Tukang Bangunan /Kayu /Batu 33 0,68

10 Penjahit 22 0,45 11 Tukang Las 2 0,04 12 Tukang Ojek 281 5,79 13 Jasa Bengkel 7 0,14 14 Pengemudi Angkot 47 0,97 15 Seniman 2 0,04

16 Tukang Pangkas Rambut' 2 0,04 17 Buruh / Jasa 1.681 34,62

18 Lainnya 455 9,37

Jumlah 4.856 100,00

Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Jasinga, 2011

Dokumen terkait