• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN JASINGA

7.1 Analisis Kinerja Usahatan

7.1.1 Penggunaan Input

Penggunaan input akan berpengaruh terhadap produksi sheet karet yang dihasilkan. Semakin banyak input yang digunakan, maka biaya produksi juga akan meningkat. Terdapat beberapa faktor input pada usahatani karet, diantaranya adalah pupuk, koagulan (asam semut) dan tenaga kerja.

Rata - rata biaya yang dikeluarkan oleh petani anggota per hektar dalam satu tahun adalah Rp 16,413,500,- per hektar per tahun. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani adalah untuk tenaga kerja Rp 8.988.500/hektar. Biaya tersebut sudah termasuk pupuk kandang, NPK dan KCl. Mahalnya harga pupuk merupakan faktor utama besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani. Untuk mengetahui mengenai rata–rata penggunaan input yang digunakan oleh petani karet penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dapat dilihat pada Tabel 20.

56 Tabel 20. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar per Tahun yang dilakukan Petani Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di Kec Jasinga

Uraian Satuan Harga/satuan (Rp/satuan)

Jumlah Nilai (Rp)

1. Pupuk

a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000

b. Urea Kg 2.500 435 1.087.500

c. KCL Kg 2.000 397 794.000

d. NPK Kg 3.000 369 1.107.000

Sub Total Pupuk 8.988.500

2. Koagulan (Asam Semut)

Liter 45 5.000 225.000

3. Tenaga Kerja Orang 20.000 360 7.200.000

Grand Total 16.413.500

Petani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet menggunakan input yang sama dengan petani anggota. Input produksi yang digunakan adalah pupuk, koagulan (asam semut) dan tenaga kerja. Rata - rata biaya yang dikeluarkan oleh petani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dalam satu tahun disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar per Tahun yang dilakukan Petani Non Penerima Bantuan Program PengembanganAgribisnis Komoditi Karet di Kec Jasinga

Uraian Satuan Harga/satuan (Rp/satuan)

Jumlah Nilai (Rp)

1. Pupuk

a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000

b. Urea Kg 2.500 435 1.087.500

c. KCL Kg 2.000 397 794.000

d. NPK Kg 3.000 369 1.107.000

Sub Total Pupuk 8.988.500

2. Koagulan (Asam Semut) 225.000 45 5.000 225.000 3. Tenaga Kerja 7.200.000 20.000 360 7.200.000 Grand Total 16.413.500

57 7.1.1.1Pupuk

Produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh pupuk yang digunakan oleh petani. Penggunaan dosis pupuk harus tepat, sebab jika penggunaannya berlebihan akan mengurangi produksi getah yang dihasilkan oleh tanaman karet. Pupuk yang digunakan oleh petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dalam membudidayakan karet adalah pupuk kandang, Urea, KCl dan NPK. Pupuk kandang yang digunakan petani anggota rata - rata 600 karung/hektar; pupuk Urea 435 kilogram/hektar; pupuk KCl 397 kilogram/hektar dan pupuk NPK 369 kilogram/hektar. Dosis yang sama juga digunakan oleh petani non Penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Tanaman tahunan seperti karet membutuhkan dosis pupuk yang jauh lebih banyak daripada tanaman hortikultura seperti sayuran.

Pupuk kandang didapatkan dari penjual pupuk yang terletak dekat dari lahan petani, pupuk kandang yang digunakan berasal dari campuran beberapa kotoran ternak seperti ayam, kambing, dan sapi. Harga pupuk kandang per karungnya adalah Rp 10.000,00/karung. Pupuk kimia yang digunakan petani karet anggota dan non anggota berasal dari toko saprodi yang ada di pasar Jasinga. Harga pupuk kimia tersebut bermacam–macam, diantaranya adalah pupuk urea: Rp 2.500,00 per kilogram; pupuk KCl: Rp 2.000,00 per kilogram; dan pupuk NPK: Rp 3.000,00 per kilogram.

Menurut Susila (2006) pada tanah mineral dengan tingkat kandungan P dan K sedang, pupuk yang digunakan dalam budidaya karet diantaranya adalah Urea: 118 kilogram/hektar, SP36: 311 kilogram/hektar dan KCl: 112 kilogram/hektar. Sedangkan petani selain menggunakan Urea dan KCl, juga menggunakan NPK. Untuk kedepannya diharapkan Dinas Pertanian atau pihak lain yang berkompeten (akademisi) bisa melakukan uji tanah, sehingga bisa didapatkan rekomendasi pemupukan yang tepat. Dengan didapatkannya rekomendasi pemupukan yang tepat, diharapkan petani bisa menggunakan pupuk dengan lebih efektif dan efisien.

58 7.1.1.2Koagulan (Asam Semut)

Koagulan merupakan larutan ammonia 20 persen yang berfungsi sebagai pembeku lateks. Getah lateks yang baru disadap harus segera dibekukan dengan menggunakan koagulan (asam semut). Pembekuan lateks merupakan tahapan proses yang sangat penting dalam pengolahan sheet karet. Pembekuan yang baik akan mempengaruhi pada saat penggilingan dan pengeringan sheet yang berdampak pada kualitas sheet yang dihasilkan. Rata-rata penggunaan koagulan (asam semut) untuk satu hektar tanaman karet adalah sebesar 45 Liter. Harga koagulan (asam semut) ini adalah Rp 5.000,- per Liter. Kekeras bekuan dari sheet

basah dipengaruhi oleh jumlah pembeku atau koagulan (asam semut) yang ditambahkan, kepekatan lateks kebun, dan lamanya proses pembekuan. Kekeras bekuan yang dihasilkan harus berada pada kondisi yang optimal, karena bekuan

sheet basah yang terlalu keras akan sulit digiling. Sulitnya penggilingan akan

berdampak pada banyaknya waktu dan biaya yang akan terbuang.

7.1.1.3Tenaga Kerja

Faktor produksi yang dapat mempengaruhi produktivitas karet berikutnya adalah tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja juga harus tepat jumlahnya, jika terlalu banyak menjadi tidak efisien karena biasanya pekerja akan lebih banyak berinteraksi daripada bekerja. Tenaga kerja akan berpengaruh terhadap biaya variabel usahatani karet, biaya tenaga kerja didapatkan dengan menghitung Hari Orang Kerja (HOK) dikalikan dengan upah harian per HOK. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya tanaman karet adalah tenaga kerja pria dengan biaya Rp 20.000,- per hari.

Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani karet memiliki peranan yang cukup baik. Komponen ini menjadi salah satu komponen dengan biaya yang relatif tinggi dalam kegiatan usahatani karet. Hasil analisis dan wawancara di lokasi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja yang digunakan oleh para petani berasal dari keluarga. Peranan tenaga kerja dalam budidaya karet tentunya akan sangat mendukung upaya menjaga dan meningkatkan produksi getah karet atau lateks.

59 7.2 Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan yang dibahas pada bab berikut ini meliputi dua bagian, yaitu analisis pendapatan usahatani petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dan analisis usahatani petani non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Hal ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat keberhasilan program Pengembangan Agribisnis yang telah dilakukan oleh pemerintah ditinjau dari segi pendapatan.

Analisis pendapatan ini membahas beberapa hal diantaranya adalah perimaan usahatani, biaya usahatani, pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total.

Dokumen terkait