• Tidak ada hasil yang ditemukan

Responden dalam penelitian ini adalah petani karet yang mendapatkan bantuan program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi usia petani, pendidikan petani, pengalaman bertani karet, luas lahan yang diusahakan, status kepemilikan dan status usaha. Karakteristik responden yang dianggap penting tersebut dipilih

45 karena dianggap mempengaruhi dalam pelaksanaan usahatani karet terutama dalam melakukan teknik pascapanen yang berpengaruh pada pengolahan sheet. 5.3.1 Status Usahatani Karet

Petani responden yang ada di Kecamatan Jasinga sebagian besar menganggap bahwa usahatani yang selama ini dijalankan merupakan bentuk mata pencaharian utama, terdapat 81,40 persen atau 35 orang petani responden yang menganggap bahwa usahatani karet ini merupakan mata pencaharian utama. Sisanya yang mencapai 18,60 persen atau sekitar delapan orang menganggap bahwa usahatani karet ini merupakan bentuk usaha sampingan. Petani responden yang merupakan penerima bantuan program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet juga menganggap bahwa usahatani karet yang selama ini dijalankan merupakan mata pencaharian utamanya. Besarnya antusiasme petani dalam mengembangkan usahatani karet dan menjadikan usaha ini sebagai mata pencaharian utama, dikarenakan mereka beranggapan bahwa usaha ini telah dilakukan secara turun-temurun dan menguntungkan bagi mereka, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tabel 13 menyajikan jumlah petani responden berdasarkan kriteria status usahatani yang dijalankan.

Tabel 13. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Status Usahatani Karet, di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Status Usahatani Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Pekerjaan Utama 35 81,40

Pekerjaan Sampingan 8 19,60

Total 43 100.00

Petani responden yang menganggap usahatani karet sebagai mata pencaharian utama juga memiliki pekerjaan sampingan seperti berdagang, buruh tani maupun bentuk usaha sampingan lainnya. Hal ini dilakukan sebagai tambahan pendapatan bagi keperluan keluarga maupun sebagai tambahan untuk membeli sarana produksi yang dibutuhkan diluar usahatani yang selama ini dijalankan. Tabel 13 juga menginformasikan bahwa seluruh petani yang menjadi peserta program menganggap bahwa usahatani karet merupakan mata pencaharian utama, hal ini juga menjadi pendukung dalam memenuhi salah satu syarat yang memang telah ditentukan oleh pihak pelaksana program. Bentuk mata pencaharian utama

46 ini diharapkan dapat lebih menstimulus para petani yang menjadi peserta program untuk terus aktif dalam kegiatan budidaya karet maupun dalam upaya memperoleh hasil produksi karet yang lebih baik.

5.3.2 Usia Petani

Usia petani dapat berpengaruh pada pola pikir dan kemampuan fisik dalam bekerja. Umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih tinggi dan pola pikir yang dinamis dibandingkan dengan petani yang usianya sudah tua. Berdasarkan kriteria usia petani dari responden yang ada, maka dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu terdiri dari usia 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun dan 55-64 tahun. Secara lengkap, jumlah petani responden dari masing-masing kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Usia di Kecamatan Jasinga Tahun 2011 Kelompok Usia (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%) 25-34 9 20,93 35-44 25 58,14 45-44 8 18,60 55-64 1 2,33 Jumlah 43 100,00

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa sebagian besar petani responden penerima bantuan program Pengembangan Agribisnis Komoditas Karet sebagian besar berusia 35-44 tahun, yaitu sebesar 58,14 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa sebagian besar usia para petani responden merupakaan usia yang produktif dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Usia produktif ini pada dasarnya mempunyai implikasi yang lebih baik dalam kegiatan usahatani karet, kondisi tersebut juga didukung oleh adanya bantuan berupa sarana produksi maupun bentuk monitoring dan penyuluhan yang dilakukan oleh pihak pelaksana program (Dinas Pertanian dan Kehutanan) baik dalam kegiatan budidaya maupun dalam kegiatan pengolahan hasil panen.

47 5.3.3 Pendidikan Petani

Pendidikan berpengaruh pada kemampuan petani dalam menerima pengetahuan dan keterampilan mengelola usahatani karet. Tingkat pendidikan yang ada pada petani responden akan berpengaruh pada penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kepada para petani responden di Kecamatan Jasinga, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden sebagian besar adalah Sekolah Dasar (SD). Tabel 15 menyajikan informasi tingkat pendidikan para petani responden.

Tabel 15. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Pendidikan di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Responden (Orang) Persentase (%)

<SD 5 11,63

SD / Sederajat 30 69,77

SMP / Sederajat 7 16,28

SMA / Sederajat 1 2,33

Total 43 100,00

Berdasarkan Tabel 15, tingkat pendidikan petani responden di dominasi dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD)/sederajat. Jumlah petani mengenyam pendidikan SD/sederajat berjumlah 30 orang atau 69,77 persen dari jumlah totalnya. Kondisi ini diperkirakan karena kelemahan para keluarga petani dalam hal biaya pendidikan. Namun sudah beberapa tahun ini kesadaran terhadap pendidikan mulai diperhatikan dengan baik oleh masyarakat setempat.

Tingkat pendidikan petani menjadi hal yang penting terutama kaitannya dengan transformasi teknologi. Walaupun mayoritas hanya lulusan SD/sederajat, tetapi petani tersebut sudah melakukan kegiatan usahatani karet dengan baik, hal ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh. Keberhasilan petani-petani tersebut saat ini tidak terlepas dari peran serta adanya penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan serta bimbingan dari kelompok tani yang sudah ada.

5.3.4 Pengalaman Bertani Karet

Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor pendukung dalam mengelola usahatani karet secara tepat. Dengan adanya pengalaman yang memadai, maka biaya produksi, resiko dan ketidakpastian dalam usahatani dapat

48 dikurangi dan perolehan produksi dapat ditingkatkan. Sebagian besar petani yang menjadi responden mempunyai pengalaman berusahatani yang lebih dari lima tahun, hal ini karena kegiatan usahatani karet di Kecamatan Jasinga telah dilakukan secara turun temurun. Tabel 16 menunjukkan jumlah petani responden berdasarkan pengalamannya dalam usahatani karet.

Tabel 16. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Karet di Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Pengalaman Berusahatani

(Tahun) Jumlah Responden (Orang) Presentase (%)

1-5 4 9,30 6-10 7 16,28 11-15 6 13,95 16-20 11 25,58 > 20 15 34,88 Total 43 100,00

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden mempunyai pengalaman berusahatani karet selama lebih dari 20 tahun yaitu sebesar 34,88 persen dari jumlah total petani responden. Hal ini dikarenakan usahatani karet telah dibudidayakan secara turun-temurun di Kecamatan Jasinga. Umumnya petani responden telah melakukan usahatani karet sejak usia 12 sampai 13 tahun.

5.3.5 Luas Lahan Petani Responden

Luasan lahan yang digarap oleh setiap petani responden merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan budidaya karet. Luas lahan yang dimiliki oleh petani karet di Kecamatana Jasinga bervariasi. Umumnya tanaman karet di Kecamatan Jasinga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman semusim. Tabel 17 memberikan gambaran jumlah petani karet berdasarkan kriteria luas lahan yang dimiliki.

49 Tabel 17. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luas Lahan di

Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

<1 18 41.86 1-2 19 44.19 2,1-3 3 6.98 3,1-4 1 2.33 4,1-5 0 0.00 > 5 2 4.65 Total 43 100,00

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden memiliki luas lahan karet seluas 1-2 Hektar, yaitu sebanyak 19 orang atau 44,19 persen dari jumlah total responden. Rata-rata petani karet memiliki luas lahan 1,5 Hektar, dengan populasi tanaman sebanyak 500 pohon per Hektar.

5.3.6 Status Kepemilikan Lahan Petani

Tabel 18 menunjukkan bahwa jumlah petani responden yang memiliki status lahannya sebagai lahan milik sendiri sebanyak 27 orang atau 62,79 persen dari total jumlah responden. Petani yang mempunyai lahan warisan adalah sebanyak delapan orang atau 18,60 persen dari jumlah total. Status lahan milik sendiri ini terdiri dari pembelian maupun dari warisan. Sisanya sebanyak delapan orang melakukan usahatani karet dengan status kepemilikan lahan sewa dan pinjam pakai. Pinjam pakai lahan ini bekerjasama dengan Kementerian Kehutanan di areal kawasan Hutan Lindung Haur Bentes yakni sebanyak 16,28 persen. Tabel 18. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Status Lahan di

Kecamatan Jasinga Tahun 2011

Status Lahan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Milik Sendiri Pribadi 27 62,79 Warisan 8 18,60 Sewa 1 2,33 Pinjam pakai 7 16,28 Total 43 100,00

50

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN

Dokumen terkait