• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan Membaca ( Dysleksia )

Deinisi Dysleksia

Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia. Per- kataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yang artinya “kesulitan membaca.” Ada nama-nama lain yang menunjukkan kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers dan remedial readers (Hallahan, Kaufman, & Lloyd, 1985), sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut aleksia (alexia) (Lerner, 1981).

183 Ciri-Ciri dan Penanganan ... ~ Nadzifah Istilah disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya gangguan fungsi neuroisiologis. Bryan dan Bryan seperti dikutip oleh Mercer (1979) mendeinisikan disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. Menurut Lerner seperti dikutip oleh Mercer (1979) deinisi kesulitan belajar membaca atau disleksia sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan pada fungsi otak.

Hornsby (1984) mendeinisikan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga menulis. Deinisi Hornsby tersebut dapat dipahami karena kaitan yang erat antara membaca dengan me nulis. Anak yang berkesulitan belajar membaca umunya juga kesulitan menulis. Oleh karena itu, kesulitan belajar membaca dan me nulis tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kesulitan bahasa, karena semua merupakan komponen sistem komunikasi yang ter- integrasi.

Karakteristik Dysleksia

Ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pe mahaman, dan gejala-gejala serba aneka (Mercer, 1983).

Dalam kebiasaan membaca anak yang mengalami kesulitan belajar membaca sering tampak hal-hal yang tidak wajar, sering me- nampakkan ketegangannya seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir.Mereka juga merasakan perasaan yang tidak aman dalam dirinya yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau melawan guru. Pada saat mereka membaca sering kali kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada barisyang terlompat tidak terbaca.

Kekeliruan mengenal kata ini mencakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, perubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak ketika membaca.

Kekeliruan memahami bacaan tampak pada banyaknya ke- keliruan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu mengurutkan cerita yang dibaca, dan tidak mampu me mahami tema bacaan yang telah dibaca.

Gejala kekeliruan memahami bacaan tampak pada banyaknya ke keliruan dalm menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu mengemukakan urutan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema utama dari suatu cerita. Gejala serba aneka tampak seperti membaca kata demi kata, membaca dengan penuh ke tegangan, dan membaca dengan penekanan yang tidak tepat. Ciri-ciri Dysleksia

Menurut Najib Sulhan dalam bukunya “Pembangunan Karakter Pada Anak Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif” dijelaskan bahwa ciri-ciri anak disleksia adalah sebagai berikut : 1. Tidak lancar dalam membaca

2. Sering terjadi kesalahan dalam membaca

3. Kemampuan memahami isi bacaan sangat rendah 4. Sulit membedakan huruf yang mirip.

Selain ciri-ciri tersebut di atas, ketika belajar menulis anak-anak disleksia ini kemungkinan akan melakukan hal-hal berikut :

1. Menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata.

2. Tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis.

3. Menambahkan huruf-huruf pada kata-kata yang ia tulis. 4. Mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi

185 Ciri-Ciri dan Penanganan ... ~ Nadzifah 5. Menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan

sama sekali dengan bunyi kata-kata yang ingin ia tuliskan. 6. Mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks

yang sedang ia baca.

Myklebust dan Johnson seperti dikutip Hargrove dan poteet (1984) mengemukakan beberapa ciri anak berkesulitan belajar sebagai berikut:

1. Mengalami kekurangan dalam memori visual dan auditoris, kekurangan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang.

2. Memiliki masalah dalam mengingat data seperti mengingat hari-hari dalam seminggu.

3. Memiliki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan 4. Memiliki kekurangan dan memahami waktu

5. Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap 6. Miskin dalam mengeja

7. Sulit dalam menginterpretasikan globe, peta, atau graik 8. Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan 9. Kesulitan dalam belajar berhitung, dan

10. Kesulitan dalam belajar bahasa asing

Pendapat Vernon yang juga dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984) mengemukakan perilaku anak berkesulitan belajar membaca sebagai berikut:

1. Memiliki kekurangan dalam deskriminasi penglihatan 2. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf 3. Memiliki kekurangan dalam memori visual

4. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris

6. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dengan pendengaran

7. Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol ireguler (khusus yang berbahasa inggris)

8. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf 9. Membaca kata demi kata, dan

10. Kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konseptual Berbagai Kesalahan Membaca

Berdasarkan tabel perbandingan tiga macam asesmen informal Analytical Reading Inventory (Wood dan Moe, 1981), Ekwall Reading Inventory (Ekwall, 1979), dan Informal Reading Assessment (Burns dan Roe, 1980) yang dilakukan oleh Hargrove (1984) diperoleh data bahwa anak-anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam membaca sebagai berikut: 1. Penghilangan kata atau huruf

2. Penyelipan kata 3. Penggantian kata

4. Pengucapan kata salah dan makna berbeda 5. Pengucapan kata salah tetapi makna sama 6. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna 7. Pengucapan kata dengan bantuan guru 8. Pengulangan

9. Pembalikan kata 10. Pembalikan huruf

11. Kurang memperhatikan tanda baca 12. Pembentulan sendiri

13. Ragu-ragu 14. Tersendat-sendat

187 Ciri-Ciri dan Penanganan ... ~ Nadzifah Penghilangan huruf atau kata sering dilakukan oleh anak ber kesulitan belajar membaca karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf, bunyi bahasa (fonik), dan bentuk kalimat. Peng- hilangan huruf atau kata biasanya terjadi pada pertengahan atau akhir kata atau kalimat. Penyebab lain dari adanya penghilangan ter sebut adalah karena anak menganggap huruf atau kata yang di- hilangkan tersebut tidak diperlukan. Contoh penghilangan huruf atau kata adalah “Baju anak itu merah” dibaca “Baju itu merah”; atau “Adik membeli roti” dibaca “Adik beli roti”.

Penyelipan kata terjadi karena anak kurang mengenal huruf, mem baca terlalu cepat, atau karena bicaranya melampaui kecepatan mem bacanya. Contoh dari kesalahan ini misalnya pada saat anak se harusnya membaca “Baju mama di lemari” dibaca “Baju mama ada di lemari”.

Penggantian kata merupakan kesalahan yang banyak terjadi. Hal ini mungkin disebabkan karena anak tidak memahami kata tersebut sehingga hanya menerka-nerka saja. Contoh penggantian kata yang tidak mengubah makna adalah “Tas Ayah di dalam mobil” dibaca oleh anak “Tas Bapak di dalam mobil”.

Pengucapan kata yang salah terdiri dari tiga macam, (1) pengucapan kata yang salah makna berbeda, (2) pengucapan kata salah makna sama, dan (3) pengucapan kata salah tidak bermakna. Keadaan semacam ini dapat terjadi karena anak tidak mengenal huruf sehingga menduga-duga saja, mungkin karena membaca terlalu cepat, karena perasaan tertekan atau takut kepada guru, atau karena perbedaan dialek anak dengan bahasa Indonesia baku. Contoh pengucapan kata salah makna berbeda adala “Baju bibi baru” dibaca “Baju bibi biru”; pengucapan salah makna salah adalah “Kakak pergi ke sekolah” dibaca “Kakak pigi ke sekolah.”; sedangkan contoh pengucapan salah tidak bermakna adalah ‘Bapak beli duren” dibaca “Bapak beli buren.”

Pengucapan kata dengan bantuan guru terjadi jika guru ingin membantu anak melafalkan kata-kata. Hal ini terjadi karena sudah beberapa menit ditunggu oleh guru anak belum juga melafalkan kata-kata yang diharapkan. Anak yang memerlukan bantuan se- macam itu biasanya karena adanya kekurangan dalam mengenal huruf atau karena takut risiko jika terjadi kesalahan. Anak semacam ini biasanya juga memiliki kepercayaan diri yang kurang, terutama pada saat menghadapi tugas membaca.

Pengulangan dapat terjadi pada kata, suku kata, atau kalimat. Contoh pengulangan adalah “Ba-ba-ba- Bapak menulis su-su-surat.” Pengulangan terjadi mungkin karenas kurang mengenal huruf sehingga harus memperlambat membaca sambil mengingat-ingat nama huruf yang kurang dikenal tersebut. Kadang-kadang anak sengaja mengulang kalimat untuk lebih memahami arti kalimat tersebut.

Pembalikan huruf terjadi karena anak bingung posisi kiri- kanan, atau atas-bawah. Pembalikan terjadi terutama pada huruf- huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p dengan q atau g, m dengan n atau w.

Pembetulan sendiri dilakukan oleh anak jika ia menyadari adanya kesalahan. Karena kesadaran akan adanya kesalahan, anak lalu mencoba membetulkan sendiri bacaannya.

Anak yang ragu-ragu terhadap kemampuannya sering membaca dengan tersendat-sendat. Murid yang ragu-ragu dalam mem baca sering dianggap bukan sebagai kesalahan. Meskipun demikian guru umumnya berupaya untuk memperbaiki karena di- anggap sebagai kebiasaan yang tidak baik. Keraguan dalam mem- baca sering disebabkan anak kurang mengenal huruf atau karena ke kurangan pemahaman.

Berbagai kesalahan membaca yang telah dikemukakan dapat digunakan oleh guru sebagai acuan dalam menyusun alat diagnosis informal. Observasi yang terus-menerus guru dapat mengetahui

189 Ciri-Ciri dan Penanganan ... ~ Nadzifah kesalahan-kesalahan anak dalam membaca; dan berdasarkan kesalahan-kesalahan tersebut dapat dicarikan pemecahannya. Penanganan Penderita Disleksia

Disleksia memiliki dua bentuk kesulitan yang harus ditangani, yaitu kesulitan belajar itu sendiri dan perilaku atau sikap penderita disleksia. Secara awal, sisi psikologis penderita itu yang harus ditangani terlebih dahulu baru kesulitannya akan membaca dan menulis. Menurut beberapa sumber, ada beberapa macam bentuk penanganan disleksia yaitu:

1. Pengembangan kemampuan berbahasa dan berbicara a. Demonstrasikan apa yang ingin dikerjakan anak.

b. Menceritakan kepada anak hal yang sedang dilakukannya. c. Mendorong anak bercakap-cakap.

d. Memperlihatkan kepada anak gambar yang menarik (bukan gambar makhluk bernyawa, red.) sehingga anak mampu mendeksripsikan dan menginterpretasikannya.

e. Membaca dan menceritakan cerita pendek kepada anak. f. Meminta atau memmberi dukungan kepada anak untuk

bercerita di depan kelas tentang situasi menarik yang dialami di rumah atau di tempat lain.

g. Membuat permainan telepon-teleponan. 2. Pengembangan fungsi visual

a. Diskriminasi visual

1) Menandai bentuk yang berbeda. Misalnya, pilihlah gambar seri buah-buahan, lalu mintalah anak melingkari gambar buah yang berbeda.

2) Mendeteksi persamaan dan perbedaan benda. Misalnya, anak diminta menjelaskan perbedaan meja dan kursi.

3) Mengelompokkan benda/objek. Misalnya, anak di- minta mengelompokkan daun yang sejenis atau menge- lompokkan buah-buahan.

4) Menjodohkan huruf dan kata. 5) Menjiplak.

6) Menelusuri pola tertentu. b. Resepsi visual

1) Ajari anak mengenali dan membedakan berbagai bentuk dan objek datar sederhana dalam ukuran, warna, dan posisi yang berbeda. Kemudian, teruskan mengenali bentuk tiga dimensi atau bentuk lain. Misalnya: segitiga, lingkaran, segiempat, tanda panah, huruf, dan kata. 2) Sediakan berbagai pengalaman kepada anak melalui ke-

giatan berbelanja, bepergian, atau bertamasya ke tempat rekreasi maupun hiburan.

3) Bantulah anak mengamati dan membicarakan hal- hal yang dilihat; bisa dilakukan melalui metode permainan.

4) Ajari anak memahami simbol-simbol dan gambar- gambar.

c. Asosiasi visual

1) Bantulah anak belajar mengidentiikasi konsep-konsep yang berlawanan dalam bentuk visual, yang di- mulai dengan ciri nyata (besar-kecil) dan berangsur- angsur menuju ide yang lebih abstrak yang harus di- verbalisasikan oleh anak (misalnya: bahagia-sedih). 2) Gunakan analaogi gambar. Misalnya, perlihatkan

gambar kuda dan rumput, lalu mintalah anak untuk me nemukan kesamaannya dengan gambar kucing atau ikan (catatan: hilangkan bagian kepada pada gambar, karena terdapat riwayat mauquf yang sanadnya sahih,