• Tidak ada hasil yang ditemukan

Self Esteem: Sikap terhadap Diri Sendiri

Sikap yang paling penting dikembangkan oleh seseorang adalah sikap terhadap self. Evaluasi terhadap diri sendiri dikenal sebagai self esteem (James, 1890). Walaupun terdapat berbagai variasi alat ukur untuk mengukur self esteem (contoh, Greenwald dan Farnham, 2000), yang paling sederhana melibatkan satu hal (Robins, Hendin, dan Trzeniewski, 2001): “saya memiliki self esteem yang tinggi.” Anda dapat berespons terhadap pernyataan tersebut dalam skala satu sampai lima yang berkisar dari 1 (sangat tidak sesuai) sampai 5 (Sangat sesuai).

Sedikies (1993) menyatakan tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri. Memiliki self esteem yang tinggi berarti seorang individu menyukai dirinya sendiri. Evaluasi positif ini sebagian berdasarkan dari opini orang lain dan sebagian lagi berdasarkan dari pengalaman spesiik.

Walaupun kita seringkali membicarakan self­esteem sebagai sebuah kesatuan, pada umumnya individu mengevaluasi diri mereka sendiri dalam dimensi yang majemuk seperti olahraga, akademik, hubungan interpersonal, dan seterusnya. self­esteem secara keseluruhan mewakili rangkuman dari evaluasi spesiik ini (Marsh, 1995; Pelham, 1995a, 1995b).

Self­esteem seringkali diukur sebagai sebuah peringkat dalam dimensi yang berkisar dari negatif sampai positif atau dari rendah sampai tinggi. Sebuah pendekatan yang berbeda adalah dengan meminta responden untuk mengidentiikasikan self ideal, self mereka yang sebenarnya, dan kemudian meneliti perbedaan di- antara keduanya. Semakin besar perbedaan antara self dengan idealnya, semakin rendah self­esteem.

Sebuah temuan umum di sekolah Amerika Serikat adalah siswa kulit hitam menunjukkan prestasi akademik yang kurang baik bila

69 Pengaruh Self-Esteem ... ~ Siti dibandingkan dengan siswa kulit putih; tetapi self­esteem mereka keseluruhan lebih tinggi (Osborne, 1995). Mengapa? di kelas dua, siswa dari kedua ras mendasarkan evaluasi diri pada kesuksesan dan kegagalan akademik. Tetapi dikelas sepuluh, hubungan antara nilai dan self­esteem jatuh secara drastis pada siswa kulit hitam, khususnya laki-laki (Steele, 1992).

Self-Esteem yang Tinggi Versus Rendah

Pada kebanyakan kasus, self­esteem yang tinggi memiliki konsekuensi yang positif, sementara self­esteem yang rendah me- miliki efek sebaliknya (Leary, Schreindorfer, dan Haupt, 1995). Laki-laki yang memiliki self­esteem yang rendah mengekspresikan ke marahan mereka secara terbuka setelah diprovokasi oleh asisten eks perimental (Nunn dan Thomas, 1999).

Penelitian selama puluhan tahun memberikan bukti bahwa kita tidak boleh menyimpulkan bahwa self­esteem yang tinggi adalah hal yang baik dan self­esteem yang redah buruk, atau asumsi bahwa self­esteem tidak relevan, efeknya lebih kompleks daripada hanya sekedar suatu pembedaan atau masih belum sepenuhnya dipahami (Dubois dan Tevendale, 1999).

Wright (2000) meminta mahasiswa psikologi tingkat awal untuk member peringkat pada dirinya sendiri tentang kemampuan akademik dan self­ratings ini kemudian dibandingkan dengan hasil akademik mereka yang sebenarnya. mahasiswa dengan self­esteem positif yang melebih-lebihkan kemampuannya menerima nilai yang lebih tinggi sepanjang semester dibandingkan dengan mahasiswa yang realistis maupun negatif tidak realistis. Seperti yang dinyatakan Wright (2000), merupakan hal yang dapat menguntungkan memandang diri sendiri dalam kaca pembesar-ilusi positif dapat membantu secara mengejutkan.

Sementara self­esteem yang tinggi biasanya menguntungkan, self­esteem yang rendah memiliki efek negatif yang tidak seragam.

Bahkan lebih buruk lagi, self­esteem yang rendah secara emosional adalah variabel self­esteem luktuasi tinggi dan rendah sebagai respons terhadap perubahan situasi (Butler, Hokanson, dan Flynn, 1994). Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menolak pengaruh dari tuntutan situasi membutuhkan dasar harga diri yang stabil (Kernis, dkk., 1998). Self­esteem yang stabil merupakan sebuah pengaman terhadap efek dari peristiwa negatif (Wiener, Muczyk, dan Martin, 1992).

Self­esteem yang tidak stabil berhubungan dengan determinasi diri yang rendah, konsep self yang kurang jelas, dan ketegangan dalam mencapai tujuan seseorang (Kernis, dkk., 2000; Nezlek dan Plesko, 2001).

Perubahan dalam Self-Esteem

Peristiwa negatif dalam hidup memiliki efek negatif terhadap self-esteem. sebagai contoh, ketika masalah muncul di sekolah, di tempat kerja, di dalam keluarga, atau diantara teman, akan terjadi penurunan self­esteem, peningkatan kecemasan, dan individu yang terganggu akan berusaha mencari penguatan melalui berbagai cara (Joiner, Kaz, dan Lew, 1999).

Karena Self esteem yang tinggi pada umumnya lebih disukai dari pada Self esteem yang rendah, kebanyakan orang berusaha mengubah Self esteem mereka kearah evaluasi diri yang lebih positif. Berbagai bentuk psikoterapi seperti dilakukan oleh Rogers (1951), dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan self esteem dan menurunkan perbedaan antara self dan self ideal. Sebuah komponen utama terapi tersebut adalah memberikan penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positif regard) pada klien. Tingkah laku orang mungkin tidak dapat diterima, tetapi individu itu sendiri dievaluasi secara positif. efek yang menguntungkan dari terapi ini telah ditampilkan berulang kali (Shectman, 1993).

71 Pengaruh Self-Esteem ... ~ Siti cukup mudah dalam laboratorium. Sebagai contoh, umpan balik palsu yang menyatakan bahwa hasil individu bagus dalam tes kepribadian akan meningkatkan self esteem mereka (Greenberg dkk., 1992). Umpan balik positif tentang penerimaan interpersonal memiliki efek yang serupa (Leary, 1999; Leary dkk., 1998). Self esteem bahkan dapat ditingkatkan dengan menggunakan pakaian yang disukai (Kwon, 1994) atau mengarahkan pikiran anda pada aspek yang menyenangkan tentang diri anda sendiri (McGuire dan McGuire, 1996).

Pengertian Kecurangan Akademik

Pengertian kecurangan meliputi tindakan sebagai berikut: 1. Menggunakan bantuan dalam ujian (kalkulator, handphone,

buku, outline, catatan dan sebagainya) yang penggunaannya tidak mendapatkan ijin secara terbuka;

2. Mencoba membaca apa yang ditulis kandidat lain selama ujian, atau bertukar informasi di dalam atau di luar tempat ujian; 3. Menggunakan identitas orang lain selama ujian; memiliki soal

ujian yang akan dikerjakan sebelum jadwal ujian di laksana kan; 4. Memalsukan atau membuat-buat jawaban wawancara atau

survei atau data riset.

Plagiarisme: Bentuk Kecurangan Akademik

Setiap saat mahasiswa menggunakan kata-kata dari penulis lain, mahasiswa harus menghargai penulis itu dengan cara menyebutkan karya yang perkataannya sudah diambil (baik dengan teknik pengutipan formal maupun informal). Bahkan, setiap kali mahasiswa menggunakan hanya ide dari penulis lain, atau melakukan parafrase terhadap gagasan penulis lain, mahasiswa harus menghargai penulis tersebut. Jika tidak, maka mahasiswa dapat dikatakan telah melakukan kejahatan akademik yang serius, yaitu plagiarisme. Plagiarisme adalah

mencuri gagasan, kata-kata, kalimat atau hasil penelitian orang lain dan menyajikannya seolah-olah sebagai karya sendiri.

Plagiarisme adalah tindakan mengakui pokok pikiran atau tulisan orang lain sebagai karya sendiri, atau menyatakan bahwa hasil karya orang lain adalah hasil karyanya sendiri.

Pada draft SK Rektor UI tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Plagiarisme di Universitas Indonesia Tahun 2003 menyatakan bahwa plagiarism dapat berupa pencurian sebuah kata, frase, kalimat, atau bahkan pencurian suatu bab dari sebuah tulisan atau buku seseorang, tanpa menyebut sumber yang dicuri. Tindakan yang dianggap sebagai plagiarisme adalah:

1. Menyatakan tulisan penulis lain sebagai karya sendiri 2. Menyatakan gagasan penulis lain sebagai gagasan sendiri 3. Menyatakan hasil temuan penulis lain sebagai temuan sendiri 4. Menyatakan fakta, data statistik, graik, gambar dan segala jenis

informasi yang bukan pengetahuan umum tanpa penyebutan sumber aslinya

5. Menyatakan karya bersama (grup) sebagai karya sendiri 6. Mengutip tulisan orang lain secara langsung dan identik tanpa

mencantumkan sumber aslinya dan tanpa tanda petik

7. Tulisan yang sama disajikan dalam kesempatan yang berbeda, tanpa penyebutan sumber informasi tulisan pertama

8. Mengutip tidak langsung tanpa menyatakan sumber infor- masinya

9. Mengutip dengan hanya mengganti beberapa kalimat penulis asli tanpa menyatakan sumber informasinya

10. Meringkas dan mengutip karya orang lain secara tidak langsung tanpa menyebutkan sumbernya

73 Pengaruh Self-Esteem ... ~ Siti