• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PERUBAHAN IDENTITAS SLANKERS DAN

6.4 Gapher: Penggagas SFC Puncak

Asep, yang lebih suka dipanggil Gapher adalah seorang Slankers yang berusia 29 tahun. Ia telah menikah dan memiliki satu orang anak yang tinggal bersamanya di Cisarua Bogor. Gapher menjadi pengurus SFC Puncak dan menjabat sebagai ketua secara resmi sejak tahun 2004. Kegiatan sehari-hari Gapher saat ini adalah mengurusi SFC Puncak, dan Warung Slankers Puncak. Asep mulai menjadi Slankers pada saat masih duduk di bangku SMP, yaitu pada tahun 1993. Pada mulanya, Gapher merasa bahwa dirinya adalah orang yang slengean, dalam gaya berpakaian maupun dalam kesehariannya, seperti pernyataannya berikut:

”Dulu sih gue sama anak-anak sini sering ngumpul. Kita ngakuinnya nama kita bosle, bocah slengean...”

Motivasi utama Gapher menjadi Slankers saat itu ialah untuk menyalurkan kreatifitas di bidang musik. Dia sempat memiliki sebuah band juga bersama teman-teman satu lingkungan tempatnya tinggal. Gapher dan teman-teman-teman-temannya di dalam perkumpulan Bosle setiap hari bersama-sama mendengarkan lagu-lagu Slank, dan kerap kali menghadiri konser Slank. Salah satu konser yang sangat berkesan baginya adalah konser Slank di sebuah universitas swasta di Bogor, seperti ceritanya berikut:

” Gue paling inget waktu Slank konser di (universitas) Pakuan, karena disitu Slank maen dan panggungnya itu dibuat deket banget sama penonton jadi Slankers bisa lebih deket sama Slank. Waktu itu konsernya gak rusuh, konsenya mulai jam 3 sampai jam 6 sore...”

Gapher mulai menyukai Slank semenjak Slank mengeluarkan album pertama di tahun 1990-an. Gapher merasa dirinya memiliki kesamaan dengan Slank, yaitu sama-sama bergaya slengean. Pada saat remaja, Gapher mulai terpengaruh dengan gaya hidup Slank yang mengkonsumsi narkoba dan minuman keras. Sebagai remaja yang sedang berusaha menemukan jati dirinya, Gapher merasa dirinya tersesat. Terlebih lagi dia mengidolakan tokoh yang hidupnya sangat dekat dengan narkoba, yaitu Slank yang pada saat dia remaja masih menjadi pecandu narkoba, berikut pernyataannya:

“Ya, biasalah... mulai-mulai kenal minuman sama cimeng sih awalnya... namanya juga masih remaja, semua kepingin dicoba.”

Gapher mengakui kalau ia mengonsumsi narkoba memang karena meniru apa yang dilakukan band idolanya, Slank. Pada saat itu dia merasa kalau mengkonsumsi

narkoba dan minuman adalah hal yang wajar dilakukan dan keren. Dia sering melihat dan mendengar cerita-cerita tentang Slank yang menjadi pecandu narkoba dan minuman keras, seperti pernyataannya berikut ini:

“Waktu Slank masih sering nyimeng, dan laen-laen gituh, atau mabok... gue juga masih sering sih, sama anak-anak Slankers yang laen juga tiap malem kerjaannya mabok, nyimeng... tapi itu mah dulu, sekarang udah nggak lagi. Itu juga karena Slank udah nggak make lagi”

Ketika ditanya bagaimana akhirnya dia lepas dari kebiasaan menggunakan narkoba dan kebiasaan minum-minum, Gapher menjawab seperti berikut:

“Biasanya sih, gue atau anak-anak Slankers yang laen kalo kepergok mabok ato nyimeng, suka disindir pake lagu... ‘kemane aje loe, hari gini masih gitu...’ , jadi malu deh... gitu sih awalnya. Terus juga kan waktu tahun 1998-1999 memang Slank lagi mulai direhab..”

Jadi, di dalam komunitas Slank sendiri, ada sebuah kontrol sosial yang tidak formal, yaitu menyindir dengan lagu-lagu Slank kepada Slankers yang menggunakan narkoba. Gapher mengaku, lagu-lagu itu memiliki efek yang sangat besar terhadap para Slankers. Maksudnya adalah, para Slankers merasa Slank berbicara kepada mereka melalui lagu-lagunya.

Gapher menceritakan bahwa SFC Bogor, yang kini disebut SFC Puncak setelah diresmikan tahun 2003, merupakan SFC yang pertama kali dibentuk di Indonesia yaitu pada tahun 1998. Penggagasnya dalah Capung yang kini sudah tidak lagi jadi pengurus dan tidak diketahui keberadaannya.

Pada tahun 1999 Slank masuk rehab dan mulai mensosialisasikan kepada para Slankers baik secara langsung maupun secara tidak langsung tentang seruan anti

narkoba. Inilah titik dimana identitas slenkers berubah dan Gapher salah satu yang merasakan peubahan itu. Ia mengaku bahwa:

” memang sih gue udah mau berheni make dan minum sebelum Slank mutusin untuk kaya gitu juga tapi susah banget soalnya anak-anak kalo ngumpul pasti kaya gitu dan gue jadi ikut-ikutan. Tapi waktu Slank berenti make, gue jadi makin yakin buat berenti dan lingkungan gue juga mendukung, alhamdulillah sekarang gue udah gak make lagi.”

Sosialisasi besar-besaran Slank tentang kampanye anti narkoba diketahui Gapher dan para Slankers Bogor melalui Koran Slank yang terbit mulai tahun 2000. Koran Slank memuat berita-berita tentang Slank yang terbaru, serta informasi-informasi seputar peristiwa yang terjadi di Indonesia. Koran Slank menjadi media yang wajib dibaca oleh para Slankers. Meskipun ada Slankers yang tidak mampu membeli, ia tetap bisa membaca Koran Slank di kantor SFC Puncak atau Warung Slanker Puncak yang dikelola oleh Gapher dan Bodonk.

Walaupun tinggal di Bogor yang cukup jauh dari Potlot, Gapher mengaku sering berinteraksi langsung dengan Slank. Ia paling sering bertemu dengan Bimbim. Kegiatan Slank yang sangat dikagumi oleh Gapher adalah ”Ngejinggo Bareng Slank”, dalam acara tersebut Slank turun ke masyarakat. Slankers dilibatkan dalam acara tersebut dengan menjadi panitia. Gapher dilibatkan dalam kegiatan tersebut, dan menurutnya hal itu membuat dirinya mengerti tentang kepanitiaan dan menjadikan bahan pembelajaran untuknya dalam membuat sebuah acara dalam kesempatan-kesempatan lain, seperti acara Peringatan 17 Agustus di RT/RW tempatnya tinggal. Ilmu yang dia dapat dari menjadi panitia di acara-acara Slank diakui Gapher sangat

bermanfaat. Manfaat yang didapat bukan hanya dirasakannya, tetapi dinilainya bermanfaat juga untuk Slanker yang lain. Sebagai contoh, seorang Slanker yang pernah menjadi MC (pembawa acara) di acara Slank, kemudian menjadi sering mendapatkan pekerjaan untuk menjadi pembawa acara di acara pernikahan dan khitanan di daerahnya. Bagi Gapher, kenyataan ini membuktikan bahwa Slank telah membuka peluang untuk seseorang mendapatkan pekerjaan.

Menanggapi Slankers yang dianggap kerap membuat kerusuhan di saat konser, Gapher tidak setuju. Hal ini dinyatakan Gapher dalam pernyataan berikut:

”Itu sih bukan anak-anak Slankers, anak-anak Slankers nggak suka sama rusuh, kita sih cinta damai. Mereka tuh cuma anak-anak yang gampang diprovokasi aja. Palingan copet-copet atau preman yang nggak ada kerjaan...”

Gapher berkata dengan sangat meyakinkan bahwa di dalam komunitas Slankers, setiap orang selalu saling mengingatkan untuk tidak melakukan hal-hal negatif seperti melakukan kekerasan dan merusak fasilitas umum. Sebagai ketua cabang dan seorang Slankers, Gapher merasa ingin membuat masyarakat umum menilai Slankers tidak hanya dari sudut pandang negatif. Dia ingin membuktikan bahwa Slankers telah berubah, tidak lagi pecandu narkoba dan alkohol, tetapi sekumpulan anak muda yang cinta damai, kreatif dan peka terhadap keadaan sekitar.