• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PERUBAHAN IDENTITAS SLANKERS DAN

6.5 Hilda: Mahasiswi “Slanky”

Hilda yang bernama lengkap Hilda Putri Setiawan lahir di Jakarta dua puluh satu tahun yang lalu. Kini ia tinggal di daerah Ciracas, Jakarta Timur beserta kedua orang tua dan seorang kakak laki-lakinya. Kegiatan sehari-hari Hilda antara lain

berkuliah dan menjadi pengurus organisasi kepemudaan di daerah tempatnya tinggal. Hilda mulai menyukai Slank sejak masih duduk di bangsu SMP sekitar tahun 2000-an, dan bergabung di SFC secara resmi pada tahun 2004.

Alasan utamanya menyukai Slank adalah karena menurutnya Slank memiliki musik yang kreatif dan berbeda dari band-band lain. Baginya, lagu-lagu Slank memiliki lirik yang apa adanya dan jujur, seperti dinyatakan berikut ini:

” Menurut saya Slank itu musiknya kreatif, lain dari pada yang lain. Kalo band-band lain suka bikin lagu yang puitis, dan agak susah dimengerti. Slank tuh ceplas-ceplos, apa adanya. Jujur jadinya. Itulah kenapa gw sukaSlank...”

Latar belakang dia tergabung di SFC dan memiliki KTA adalah karena teman-temannya yang juga penggemar Slank sudah memiliki KTA. Tadinya dia hanya ingin menjadi penggemar Slank biasa, namun ketika teman-temannya tergabung di dalam SFC lalu menceritakan padanya mengenai keuntungan memiliki KTA, Hilda menjadi ingin terdaftar juga. Ia tidak merasa menyesal mengikuti saran teman-temannya, karena dia merasakan dengan memiliki KTA maka jalan untuk bertemu Slank melalui berbagai kegiatan dipermudah.

Sebagai seorang Slanky (sebutan untuk Slankers perempuan), Hilda tidak merasakan adanya perbedaan perlakuan antara Slanky dan Slankers laki-laki. Selain nama yang dibedakan, tidak ada lagi perlakuan yang dibedakan antara Slankers perempuan dan laki-laki, dari segi fasilitas yang didapatkan sampai perlakuan di setiap acara yang diselenggarakan oleh Slank. Adapun perbedaan perlakuan hanyalah dalam hal-hal seperti mendahulukan perempuan untuk menggunakan fasilitas di Potlot, seperti yang dinyatakan oleh Hilda berikut ini:

” Kalau saya sih ngerasanya malah, sebagai perempuan yang Slanker, suka diduluin apa-apa. Kaya misalnya kalo ngantri toilet,di depannya cowok semua. Nah, saya biasanya disuruh masuk duluan...”

Hilda merasa memiliki persamaan pandangan dan gaya hidup dengan para personil Slank. Itu menjadi salah satu alasan juga mengapa Hilda menjadi seorang Slankers. Menurut Hilda, pandangan Slank yang sangat sesuai dengan dirinya adalah cinta damai yang disimbolkan pada semboyan ”Peace”, kebebasan yang bertanggung jawab dan berani untuk berbeda. Hal tersebut diungkapkan Hilda dalam pernyataan:

”(kesamaan) Pandangan tentunya iya. Makanya gw gabung jadi Slanker, karena gue suka pandangan mereka, cocok sama gw. Gaya hidupnya juga. Dari mulai pakaian yang santai, sederhana. Gue suka, dan itu emang sama kaya gw. Nih, lu liat sendiri aja kan? (menunjukkan pakaiannya)... Slank itu cinta damai. Piss! (Hilda mengacungkan dua jari ciri khas Slank), Kebebasan yang bertanggung jawab. Terus juga Slank itu berani beda. Slank merakyat, mencintai alam...”

Hilda mengungkapkan juga yang disebut sebagai 13 Ajaran Slankisme merupakan ciri yang harus dimiliki oleh seorang Slankers sejati. Dia tidak menghafal ini ketiga belas ajaran itu, namun dia memaknainya sebagai penjabaran dari semboyan PLUR (Peace, Love, Unity, Respect). Slankers sejati baginya juga berarti tidak hanya dilihat dari penampilan yang beratribut Slank saja, tetapi sebisa mungkin datang setiap Slank membuat suatu acara, tidak hanya menghafal lagu tetapi juga mengerti maknanya. Hilda menganggap dirinya belum mendalami seluruh pesan-pesan yang disampaikan Slank melalui lagu-lagunya. Baginya, saat ini ia menyukai lagu-lagu Slank yang bertema cinta dan cerita sehari-hari yang ringan.

Bicara soal lagu, Hilda paling menyukai lagu Slank berjudul ”Ku Tak Bisa”. Ia memaknai lagu itu sebagai lagu tentang cinta yang menceritakan dua orang yang saling menyayangi namun harus terpisahkan. Berikut kutipan pernyataannya.

” Gw suka semua lagu Slank, tapi kalo yang gue banget, hmm... apa ya? ’Ku Tak Bisa’ mungkin. Itu lagu cinta, tapi gw suka banget. Dan gw artiin bukan sama bokin gw, tapi untuk sahabat gw yang meninggal nggak lama sebelum lagu itu keluar.”

Hilda menilai Slank bisa mencipakan lagu yang diartikan tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Sebagai contoh, adalah lagu ”Ku Tak Bisa” yang diciptakan Bimbim sebagai lagu cinta antara dua orang yang terlibat dalam hubungan percintaan, tetapi Hilda memaknai lagu itu bisa didedikasikan untuk sahabatnya yang telah meninggal dunia. Selain lagu ”Ku Tak Bisa”, lagu yang bisa diartikan lebih dari satu makna adalah ”Balikin”. Lagu ini seolah-olah ditujukan untuk seseorang kepada pasangan yang telah menyakitinya dan meminta pertanggung jawaban atas kekacauan hidupnya, padahal lagu ini dimaksudkan Slank untuk menecam narkoba yang telah merusak hidup mereka.

”(lagu Balikin) Ceritanya kan kaya minta tanggung jawab sama pacar gitu, padahal juga ada maksud lain, Slank waktu itu udah mo bebas dari drugs. Jadi mereka pengen balikin hidup bersih kaya dulu lagi gitu.”

Hilda juga memaknai lagu terbaru Slank yang baru saja dibuat video klipnya ”Seperti Para Koruptor”, dimana lagu ini memuat nilai anti korupsi dan menolak hidup mewah tanpa cinta dan kasih sayang, seperti penjelasan Hilda berikut ini.

” Hm, ngga ada habisnya yah! Makanya sekarang kalo menurut gw sih dimulai dari diri sendiri aja. Kaya nggak beli bajakan, itu kan korupsi kecil-kecilan. Kalo di lagu itu, ya jelas nyindir pejabat yang berpenampilan kaya

tapi tauya pake uang rakyat. Percuma kan, katanya hidup mewah tapi ga ada cinta. Jadi cinta, kasih sayang tuh yang utama. PLUR!”

Selain mempelajari banyak hal dari lagu-lagu Slank, Hilda mengaku banyak mencontoh hal-hal yang dilakukan Slank sehari-hari. Baginya, Slank merupakan orang-orang yang cinta damai, sederhana dan slengean. Tetapi Hilda tidak setuju kalau dia dikatakan mencontoh semua yang dilakukan Slank untuk diterapkan dalam kehidupannya. Dia hanya mencontoh hal-hal positif yang dilakukan Slank, seperti menghargai dan menghormati orang tua dan mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Hilda tidak pernah mencoba mengonsumsi narkoba seperti yang pernah Slank lakukan, begitupun dengan meminum minuman keras.

Hilda menyimpulkan identitas dirinya selama menjadi Slankers tidak banyak berubah, kecuali beberapa pandangannya semakin terbuka. Salah satunya adalah bagaimana Slank menunjukkan kesederhanaan dalam hidup, bukan berarti menjadi sederhana itu malas, melainkan tetap berusaha untuk terus bekerja keras tanpa menjadi sombong nantinya.