• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.2 Saran

Slank sebagai significant others bagi pembentukan identitas sebanyak 75. 607 anak muda di Indonesia, sebaiknya tidak berhenti untuk terus mensosialisasikan nilai-nilai positif melalui lagu ataupun berbagai kegiatannya. Slank sudah sepatutnya sangat berterima kasih pada apresiasi yang diberikan oleh Slankers kepada karya-karya mereka. Tanda terima kasih tidak harus berupa materi, tetapi dengan tetap menyampaikan pesan-pesan yang memacu Slankers untuk mengembangkan dirinya sendiri, setidaknya melalui lagu-lagu Slank, Slankers bisa mengetahui berbagai permasalahan yang sedang terjadi. Tidak hanya melalui lagu tetapi juga dari Koran Slank atau media lainnya. Slank tidaklah berdiri sendiri, melainkan sudah identik dengan Bunda Ifet sebagai orang di balik kesuksesan Slank. Bunda Ifet yang sangat dihormati dan disegani oleh Slank sebaiknya tidak berhenti untuk selalu memberikan masukan yang baik kepada Slankers.

Pemaknaan Slankers terhadap simbol-simbol budaya musik Slank untuk membentuk identitasnya adalah sebuah bukti bahwa musik pop telah membantu pemuda mendefinisikan dirinya sendiri. Mengidolakan sebuah band atau seorang musisi adalah hal yang baik apabila senantiasa menjadi konsumen yang aktif. Slankers tidak harus selalu membaca pesan yang disampaikan Slank mentah-mentah. Artinya, Slankers sebaiknya dengan aktif memilah mana sifat atau kegiatan Slank yang patut dijadikan acuan untuk membentuk identitasnya. Pengidolaan berlebihan kepada seseorang akan berakibat pada terjadinya hyper-realitas, dimana seseorang merasa dirinya hidup di dalam realita khayalan mereka, yaitu seperti orang yang diidolakannya.

Persoalan identitas subkultur penggemar musik merupakan tema yang sangat menarik untuk diteliti. Identitas dalam interaksionisme simbolik dianggap bersifat murni, dan proses perumusan identitas hanya melihat interaksi internal (di dalam komunitas) saja. Sementara itu, teori ini seolah menutup mata pada adanya fakta mengenai penindasan melalui ”penularan” nilai yang dipaksakan dan ”senioritas” dari konsep Slankers Dewasa dan Slankers Muda. Interaksionisme simbolik hanya melihat pembentukan identitas melalui pemaknaan tanpa memandang konteks historis dan interaksi di luar komunitas Slankers. Penindasan, pemberontakan dan perlawanan di dalam budaya musik populer dapat dianalisis lebih dalam menggunakan pendekatan kajian budaya kontemporer atau cultural studies. Penelitian selanjutnya disarankan melakukan analisis menggunakan perspektif cultural studies agar penelusuran pembentukan identitas tidak hanya dilihat dari interaksi internal saja.

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Hadi Purwanto & Nurhadi (eds). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Barnard, Malcolm. 1996. Fashion sebagai Komunikasi. Idy Subandi Ibrahim & Yosal Iriantara (eds). Yogyakarta: Jalasutra.

Burton, Graeme. 1999. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer. Alfathri Adlin (eds). Yogyakarta: Jalasutra.

Charon, Joel M, 1998. Symbolic Interactionism: an Introduction, an Interpretation, and Integration; with a chapter on Erving Goffman by Spencer Cahill. New Jersey: Prentice Hall. Inc.

Cresswell, John W. 1994. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications.

Damayanti, Hellen, Betty Diana, M. Salis Yuniardi, Paulina Renny Oktora, dan Putri Nastiti E. 2005. Identitas Diri Para Slanker. Laporan Penelitian Kualitatif Program Pascasarjana Magister Profesi Klinis Dewasa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok.

Ditaputri, Sara. 2007. Identitas Punk Kawula Muda (Studi Konsumsi Teks Terhadap Peran Media Massa dalam Mengkonstruksi Identitas Punk). Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Depok.

Goodenough, Ward Hunt. 1963. Cooperation in Change, An Anthropological Approach to Community Development. New York: Russel Sage Foundation

Inayah, Sitti Syahrar. 2005. Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat Baduy dalam Perspektif Interaksi Simbolik. Tesis Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia, Depok.

Komalasari, Elvina. 2006. Pembentukan Identitas Komunitas Slankers Melalui Media. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia Depok.

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2005. The Theories of Human Communication. Australia, Canada, Mexico, Singapore, Spain, United Kingdom, United States: Thomson Wadsworth.

Lull, James. 1987. Popular Music and Communication. Newbury Park, London, New Delhi: Sage Publications.

Maliki, Dyah Nurul. 2005. Rasionalisasi Identitas Subkultur pada Komunitas Underground Progressive di Indonesia. Tesis Magister Sains Ilmu Komunikasi Pascasarjana FISIP UI, Jakarta.

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI

Press.

Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Pengantar. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Spradley, James P. 1979. The Ethnographic Interview. United States: Wadsworth

Group/Thomas Learning.

Storey, John. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sutrisno, Mudji, In Bene dan Hendar Putranto (eds).n.d. Cultural Studies: Tantangan Bagi Teori-Teori Besar Kebudayaan. Depok: Koekoesan.

Syamsi, Vera V. 2003. Pergulatan Ideologi dan Pembentukan Identitas Budaya dalam Masyarakat Inggris Kontemporer. Tesis Magister Humaniora Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok.

Lampiran 1. Contoh Catatan Lapang

CATATAN LAPANG

Kegiatan : Wawancara Tak Terstruktur Narasumber : Asep “Gapher”

Tanggal : 3 Mei 2008 Waktu : 13.30-15.10 WIB

Tempat : Warung Slankers Cisarua, Bogor

Asep, yang lebih suka dipanggil Gapher adalah seorang Slankers yang berusia 29 tahun. Asep mulai bergabung menjadi Slankers pada saat masih duduk di SMP, yaitu tahun 1993. Pada mulanya, Gapher merasa bahwa dirinya adalah orang yang slengean, dalam gaya berpakaian maupun dalam kesehariannya.

Gapher mulai menyukai Slank semenjak Slank mengeluarkan album pertama. Gapher merasa Slank memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti memiliki gaya slengean. Pada saat menyukai Slank pertama kali di usia remaja, Gapher mulai terpengaruh dengan gaya hidup Slank yang mengkonsumsi narkoba dan minuman keras.

“Ya, biasalah... mulai-mulai kenal minuman sama cimeng sih awalnya... namanya juga masih remaja, semua kepingin dicoba.” Gapher mengakui kalau yang dilakukannya itu memang karena melihat Slank. Pada saat itu dia merasa kalau mengkonsumsi narkoba dan minuman adalah hal yang wajar dilakukan dan keren. “Waktu Slank masih sering nyimeng, dan laen-laen gituh, atau mabok... gw juga masih sering sih, sama anak-anak Slankers yang laen juga tiap malem kerjaannya mabok, nyimeng... tapi itu mah dulu, sekarang udah nggak lagi. Itu juga karena Slank udah nggak make lagi”. Ketika ditanya bagaimana kenapa akhirnya dia lepas dari narkoba dan kebiasaan minum-minum, Gapher menjawab, “Biasanya sih, gw atau anak-anak Slankers yang laen kalo kepergok mabok ato nyimeng, suka disindir pake lagu... ‘kemane aje loe, hari gini masih gitu...’ , jadi malu deh... gitu sih awalnya. Terus juga kan waktu tahun 1998 memang Slank lagi mulai direhab. O, iya dulu sebelum masuk Slankers Gapher berkumpul bersama teman-temannya yang dinamakan Bosle (Bocah Slengekan). Kerjaan sehari-harinya dengerin lagu-lagu Slank, datang ke konser-konser Slank. Yang palingdiinget, konser di Pakuan karena disitu Slank maen dan panggungnya itu dibuat deket banget sama penonton jadi Slankers bisa lebih deket sama Slank. Waktu itu konsernya gak rusuh, konsenya mulai jam 3 sampai jam 6 sore.

Slankers itu orang-orang yang terdaftar namanya di SFC (Slan Fans Club), kalo di Bogor, di Cisarua ada sekitar 50 orang, itu belum termasuk Slankers yang terdapat di ranting-ranting diseluruh Bogor. Itu adanya di Ciawi, Ciapus, di Kota juga ada. Ada juga SBC (Slankers Bikers Club), itu adalah geng motor yang isinya anak-anak Slankers.

Bedanya ranting sama cabang itu kalau di cabang ada kepengurusan, di ranting gak ada kepengurusan. BSK (Bogor Slankers Club) atau SFC bogor, merupakan SFC yang pertama kali dibentuk di Indonesia yaitu pada tahun 1998 di Ciapus. Penggagasnya dalah Capung yang kini sudah tidak lagi jadi pengurus dan tidak diketahui keberadaannya. Tahun 1999 sampai 2003 itu SFC Bogor vakum dan mulai tahun 2003 mulai dirintis kembali oleh Gapher dan temannya yang bernama Bodong dan beberapa orang temannya yang lain. Baru pada tahun 2004, tepatnya tanggal 2 mei, SFC Bogor diresmikan kembali oleh Bunda Ifet berbarengan dengan peresmian SFC di Lampung, Subang, Purwakarta, Cimahi, Pandeglang. Jadi sekarang, tahun 2008 ini udah ada 4 angkatan, Gapher dan Bodong jadi ketua dan ketua keamanan yang disebut sebagai ”bidadari penyelamat”. Maksud dari bidadari penyelamat adalah rang yang menjaga keamanan ketika ada kegiatan-kegiatan yang dihadiri oleh slankers seperti konser. Para bidadari penyelamat ini yang berugas untuk mengamankan koser agar tidak terjadi kerusuhan atau konsmsi narkoba dan minuman keras oleh slankers. Pada tahun 1999 slank masuk rehab dan mulai mensosialisasikan kepada para slankers baik secara langsung maupun secara tidak langsung tentang seruan anti narkoba. Inilah titik dimana identitas slenkers berubah dan Gapher salah satu yang merasakan peubahan itu. Ia mengaku bahwa ”memang sih gue udah mau

berheni make dan minum sebelum Slank mutusin untuk kaya gitu juga tapi susah banget soalnya anak-anak kalo ngumpul pasti kaya gitu dan gue jadi ikut-ikutan. Tapi waktu Slank berenti make, gue jadi makin yakin buat berenti dan lingkungan gue juga mendukung,alhamdulillah sekarang gue udah gak make lagi.”

Motifasi utama Gapher masuk Slankers itu, yang pertama untuk menyalurkan kreatifitas di bidang musik, dia sempet nge-band juga degan temen-temennya, sekarang sih sibuk di kepengurusan aja.

Koran Slank terbit mulai tahun 2000, itu adalah koran yang berisi berita-berita tentang Slank, dari situ anak-anak Slankers bisa tau kabarnya Slank dari sms yang langsung dikrim dari SFC pusat.

Gapher ketemu sama Slank langsung itu paling sering sama Bim-Bim, palingan dalam rangka ngajuin proposal untuk bikin kegiatan Slankers di Bogor. Slankers berkesempatan buat berinteraksi dengan Slankers dari cabang lain dan juga bersama dengan Slank secara langsung, setahun ada 2 kali, yang pertama itu pas ulang tahun Slank bulan Desember, Jambore Slank dan mulai tahun ini ada ultah Slankers yang bakal diadain 6 juli 2008. dalam kesempatan-kesempata tersebut seluruh 17 SFC dari jawa barat akan ketemu dalam acara itu.

Slank pernah bikin acara bersama dengan Minak Djinggo dalam acara Slank turun ke desa. Slankers dilibatkan dalam acara tersebut dengan menjadi panitia. Gapher dilibatkan dlm kegiatan tersebut, dan menurutnya hal itu membuat dirinya mengerti tentang kepanitiaan dan menjadikan bahan pembelajaran untuknya dalam membuat sebuah acara dalam kesempatan-kesempatan lain, seperti acara 17an di RT/RW. Ilmu itu sangat bermanfaat sekali untk Gapher, dan dinilainya bermanfaat juga untk anak-anak Slanker yang lain. Misalnya, seorang Slankers yang pernah menjadi MC di acara Slank, lama-lama dia jadi sering jadi MC di acara-acara lain, kayak kawinan dsb.

Menanggapi Slankers yang dianggap suka bikin rusuh kalau konser, Gapher nggak setuju. ”Itu sih bukan anak-anak Slankers, anak-anak Slankers nggak suka sama rusuh, kita sih cinta damai. Mereka tuh cuma anak-anak yang gampang diprokasi aja. Palingan copet-copet atau preman yang nggak ada kerjaan...” yang pasti menurutnya, di dalam komunitas Slankers selalu saling mengingatkan untuk nggak melakukan hal-hal negatif kayak gitu.

CATATAN LAPANG

Jenis Kegiatan : Wawancara Tak Terstruktur Responden : Rohbet

Hari, Tanggal : Senin, 2 Juni 2008

Waktu : 08.30-10.00

Tempat : Potlot

A : Mas, tolong sebutin nama sama tanggal lahirnya yaah?

R : Ane namanya Rahmat Hidayat, atau sebutannya dipanggil Rohbet. Lahir di Jakarta 8 Oktober tahun 1974.

A : Sudah cukup tua juga yah? Hehe R : iya. Hehehe...

A : Sudah berkeluarga? Istri, anak?

R : Istri Susiarawati. Udah menikah tapi belum punya anak. Kata istri sih nyaranin disuruh nikah lagi.

A : Memangnya mau? Jangan lah.

R : Ya ane sih mau aje, asal ada yang mau. Orang dia yang nyaranin. Hehehe... A : Yah, jangan dong, kasian istrinya. Udah ke dokter?

R : Belom sih. Abis istri ane takut katanya. A : Kenapa nggak adopsi aja?

R : Iya, sempet kepikiran sih. Tapi istri ane sibuk. Kan dia juga kerja jadi SPG. Kerjanya pindah-pindah. Sekarang di Carrefur Taman Mini.

A : Tinggalnya dimana?

R : Alamat ane di KTP sih Cempaka wangi 2 RT6/9 No.30, Kebayoran. Itu alamat orang tua. Tapi sekarang tinggal di Jatiwaringin, Pondok Gede. Jalan Gg. Mesjid.

Saat ini, Agil datang dan membawakan minuman untuk kami berdua. Lalu, Agil hadir selama wawancara saya dan Rohbet berlangsung, dan ikut menimpali pernyataan-pernyataan Rohbet. A : Tinggal sama istri disitu?

R : Iya.

A : Kerja dimana?

R : Pindah-pindah sih. Sekarang ane kerja di Makro Kelapa Gading. A : Ceritain dong, gimana asal mula suka sama Slank?

R : Dari SMP. SMPN 71, deket SMA 30 sini. Pertamanya, ya ane pas denger lagu ”Mawar Merah” taun 93-an. Akhirnya saya tertarik sama lagu-lagu Slank. Slank juga

membawakannya seperti kejadian-kejadian kota metropolis lah, Jakarta. Tentang anak muda. Kan dulu juga Slank sempet terlibat narkoba kan? Nah akhirnay Bunda Ifet mengeluarkan personil yang terlibat narkoba, taun 90-an. Tuh pas bubar, dulu kan ada Indra, Pay. Sekarang diganti sama Abdee, Ridho, Ivan. Dulu juga Bimbim sering disini, kan rumahnya disini. Kalo ane kemari pagi, Mas Bimbim biasa, pake celana kolor doang, sambil ngerokok Marlboro deh. Emang sih saya suka Slank, ya itu... sifat kekeluargaannya ada. Jadi, emang bener-bener udah... ee.. misalnya udahpun terkenal tapi nggak sombong. Masih ngerangkul Slanker-Slanker yang laen.

A : Hmm, iya. Jadi begitu yah?

: Iya. Slank itu kan berdiri diatas semua golongan. Slank juga sering ngadain kegiatan kayak Sumpah Pemuda, Kemping di Cibubur.

A : Selalu ikutan tuh kalau Slank ngadain acara? R : Yah tergantung lah, kalau ada money juga.

A : Oh, emang bayar yah kalau mau ikutan acara kayak gitu?

R : Ya kena charge lah. Tapi nggak mahal sih. Paling cuma 10.000. ya masih terjangkau sih ekonomi bawah.

Lalu, Rohbet menunjukkan baju yang dia kenakan adalah baju dari kegiatan Sumpah Pemuda yang digelar Slank tahun lalu di Kalibata. Acara jalan santai dari Kalibata sampai Monas. A : Wah, jauh tuh yaa? Nggak cape?

R : Yah, enggak. Namanya juga nunjukin semangat pemuda. A : Kerasa banget tuh pasti rasa nasionalisme yah?

R : Iya. Slank juga kan emang banyak nunjukin tentang nasionalisme di lagu-lagunya. A : Oh ya? Lagu apa contohnya?

R : Bendera setengah tiang, Pan Java. Banyak lah... A : Hmm... sering datang ke konser Slank nggak?

R : Ya sering dulu sih waktu masih belum berkeluarga. Kalau sempet aja datang sekarang sih. A : Dulu kan Slank pernah pakai narkoba, Mas Rohbet pernah make juga nggak?

R : Ya pernah sih dulu, waktu SMP. Tapi cuma minum-minum sama ganja doang sih. Namanya juga anak muda.

A : Terus, berentinya karena apa?

R : Larinya ke agama sih. Aktif aja di kegiatan mesjid di rumah. Terus juga kan Slank berenti, jadi tambah yakin mau berenti.

A : Setelah itu, gimana sama Slank? Maksudnya, jadi makin deket atau gimana?

R : Wah, iyalah. Jadi makin fanatik. Apalagi Slank juga lewat Bunda banyak bikin program tentang pemberantasan narkoba. Intinya ngebantuin Slanker yang masih kecanduan narkoba gitu.

A : Nah, sekarang tentang pembuatan video klip kemaren tuh. Menurut Mas Rohbet sendiri, lagu itu dimaknai seperti apa sih?

R :“Diliat dari liriknya aja keliatan kalau Slank ingin mengingatkan kepada anggota-anggota DPR yang terlibat ini… korupsi… supaya… apa yah.. supaya inilah, lebih inget sama rakyat.DPR sendiri kan pro tentang rakyat, ya jadi harus ngerti tentang rakyat itu sendiri. Gitu ya jadi dana-dana yang harusnya buat rakyat jangan sampe ditelen sama dia sendiri. Kata-kata

pertama dalam lagu Slank itu nyindir anggota dewan yang punya mobil mewah, gaji besar, tapi akhirnya sengsara karena harta yang dimiliki adalah hasil dari korupsi.

Pernyataan ini disepakati oleh Agil yang pada saat wawancara berlangsung juga hadir bersamaan dengan Rohbet.

A : Oh, jadi menurut Rohbet lagu itu pesan buat anggota DPR yang korupsi, gitu yah?

R : Iya. Namanya wakil rakyat kan dipilih sama rakyat. Harusnya mementingkan rakyat. Bukan malah make uang rakyat. Hidup mewah-mewahan.

A : Dalam kesearian anak-anak Slank hidup sederhana gimana sih?

R : Ya pasti nggak menunjukkan kemewahan, meskipun sebenarnya mereka semua kan bisa dibilang orang mampu lah. Tapi tetep penampilan sama gaya hidupnya sederhana. Baju apa adanya, sama aja seperti kita-kita ini.

A : Ngomong-ngomong tadi nyebut Slanker ABG. Bedanya Slanker ABG sama yang udah dewasa apa sih?

R : Yah, ada aja yang beda. Namanya watak dan sifat orang kan beda-beda. Tapi kalao Slanker ABG ada yang urakan, namanya juga jiwa muda.

A : Emang ada bedanya yah Slanker ABG sama dewasa? R : Ada! Mereka biasanya lebih urakan.

A : Slanker ABG itu mulai umur berapa? R : Ya, SMP lah.

A : Memang gimana sih Slanker ABG?

R : Slanker ABG tuh dihawatirkannya bikin hal-hal yang negatif, kan ada kartu anggotanya. Jadi kan kalau ada apa-apa nggak enak bawa nama Slanker.

A : Bedanya hidup Mas Rohbet dulu sama sekarang kaya apa? Maksudnya, berhubungan sama pengaruh Slank dalam kehidupan Rohbet?

R : Beda yah. Dulu waktu punya cinta monyet. Yaa banyak kenangannya. Berdua sama cewe nonton konser. Pernah sama guru, dia Slanker juga. Wah seru tuh! Ni cerita gw dulu yah. Dia masih gadis, ngajar di Gajah Mada. Dia emang guru tapi hobi juga sama lagu-lagu Slank. Dulu nonton konser di Ancol sampe jam 12 malem. Tapi nggak jadian, abisnya darah biru, keturunan ningrat.

A : Bedanya konser dulu sama sekarang apa sih?

R : Suara sih sama, Mas Kaka punya suara bagus banget. Di kaset sama konser sama. Bedanya ya dulu emang suka banyak yang mabok sih di konser. Sekarang juga mungkin ada, tapi nggak sebanyak dulu.

A : Oh ya? Terus, kalau masih ada yang mabok gitu gimana?

R : Biasanya ditarik sama aparat, sama Bidadari Penyelamat juga. Kalau dia nggak punya kartu SFC biasanya habis tuh digebugin.

A : Ooh... Mas Rohbet sendiri menganggap pakaian Slank kayak gimana? Beda ngga manggung sama sehari-hari?

R ; Yaah, sama sih sehari-hari sama manggung. Sederhana, apa adanya. Kaayk kemarin saya ke rumah Mas Kaka, cuma pakai kaus sama celana biasa. Mereka tuh meskipun udah kaya tapi masih merakyat lah. Kegiatan mereka aja banyak yang merakyat, kayak ngejinggo bareng Slank. Mereka turun ke jalan, ketemu petani, perajin, di desa-desa gitu.

A : Seperti apa sih program “ngejinggo bareng Slank” itu?

R : Setiap hari Kamis tayangnya, di Trans TV atau SCTV, gimana sponsornya aja. Ceritanya ya Slank turun ke jalan, turun desa gitu. Ntar ikutan aja, kalau nggak salah bulan ini di Cianjur syutingnya. Ntara abis syuting, biasanya konser.

Ketika ini, Agil memotong menceritakan pengalamannya ikut acara ngejinggo bareng Slank. A : Oke, balik ke peristiwa pembuatan video clip. Kalo ngeliat apa yang mereka lakukan

seharian itu. Ngerasa nggak sih sama seperti anak Slank?

R : Ya iya, sederhana. Apa adanya. Itulah intinya Slanker. Tapi yang saya salutin sih Slanker dari daerah yang lebih niat datang kesini, ngebela-belain cuma pengen ketemu Slank. A : Iya. Kalau saya perhatin mereka pakaiannya lebih nge-punk?

R : Ya itu sih cuma korban mode aja. Anak-anak Slank tuh intinya tampil apa adanya, slengean, sederhana.

A : Oh iya, waktu pembuatan v-clip itu kan anak-anak Slank makan bareng kita yah, makanan ”rakyat” lah istilahnya. Mereka emang biasa gitu yah? Nggak sungkan tuh makan bakso kampung, ketoprak, dll?

Saat ini, Agil menambahi jawaban Rohbet. Meyakinkan saya kalau dia melihat kejadian itu.

R : Iya, mereka nggak sungkan makan bareng. Kalau kebeneran lagi ngumpul-ngumpul begini, biasa lah... ngobrol-ngobrol juga.

A : Oh ya? Apa aja tuh yang biasa diobrolin? R : Masalah keseharian lah.

A : Jadi, Masa Rohbet udah dikenal banget dong sama Slank?

R : Ya mungkin kalau kenal muka sih iya. Mereka kenal lah sama yang sering nongkrong di Potlot.

A : Oke, secara gampang ni mas. Bisa menilai nggak sih, Slank tuh seperti apa identitasnya? R : Yang pasti sih mereka sederhana, ramah-ramah banget. Saya salut banget. Mungkin itu juga

yang bikin Slanker yang baru ketemu mereka sampai ada yang histeris, bahkan ada yang pingsan. Karena mereka baik-baik. Mesipun artis besar, tapi sangat merakyat.

A : Ngerasa nggak sih punya pandangan yang sama dengan Slank?

R : Sama. Jadi, gimana kayaknya. Kadang ane udah punya panggilan hati sama anak Slank. Waktu yang KPK aja, ah, pengen kemari. Bener taunya ada acara. Pokoknya pandangan ngerasa sama kayak mereka. Mungkin pengaruh mereka juga sih yang nunjukin sifatnya ke