• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.5. Gaya Kepemimpinan

2.5.5 Gaya Kepemimpinan Situasional

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard dalam Hersey dan Blanchard (1993), mengungkapkan bahwa adanya kebutuhan akan model situasional yang signifikan dalam bidang kepemimpinan telah diakui dalam literatur untuk beberapa waktu lamanya.

Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara:

1. Kadar bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin.

2. Kadar dukungan sosio-emosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin.

3. Level kesiapan “kematangan” yang diperlihatkan pegawai dalam pelaksanaan tugas, fungsi atau tujuan tertentu.

Konsep ini dikembangkan untuk membantu orang-orang yang melakukan proses kepemimpinan tanpa mempersoalkan peranan mereka, agar lebih efektif dalam hubungan mereka sehari-hari dengan orang lain. Konsep ini menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan level kematangan para pegawai.

Gaya kepemimpinan mana yang harus diterapkan seseorang terhadap orang-orang atau sekelompok orang bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan dipengaruhi pemimpin, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Kepemimpinan Situasional (Hersey dan Blanchard, 1993)

Gambar 2 menggambarkan hubungan antara kematangan yang berkaitan dengan tugas dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan pada saat pegawai bergerak dari keadaan tidak matang ke level yang lebih matang. Gaya kepemimpinan yang sesuai bagi level kematangan tertentu dari pegawai digambarkan dengan kurva perspektif yang bergerak melalui keempat kuadran kepemimpinan. Kurva berbentuk lonceng tersebut disebut kurva perspektif, karena hal itu menunjukkan gaya kepemimpinan yang sesuai langsung di atas level kematangan pegawai yang berkaitan.

Tabel 8. Gaya kepemimpinan Sesuai dengan Level Kematangan

Level Kematangan Gaya Kepemimpinan

Rendah (D1)

Tidak Mampu dan Tidak Mau atau Tidak Yakin

Memberitahukan (Directing) (S1) Perilaku Tinggi Tugas

dan Rendah Hubungan Rendah ke Sedang (D2)

Tidak Mampu tetapi Mau atau Yakin

Menjajakan (Coaching) (S2) Perilaku Tinggi Tugas dan Tinggi Hubungan Sedang ke Tinggi (D3)

Mampu tetapi Tidak Mau atau Tidak Yakin

Mengikutsertakan (Supporting) (S3) Perilaku Rendah Tugas

dan Tinggi Hubungan Tinggi (D4)

Mampu dan Mau atau Yakin

Mendelegasikan (Delegating) (S4) Perilaku Rendah Tugas

dan Rendah Hubungan

Gambar 2 dan Tabel 8 menjelaskan kombinasi dari perilaku tugas dan perilaku hubungan. Kematangan pengikut adalah persoalan kadar. Seperti yang terlihat dalam Gambar 2 dan Tabel 8 terdapat tanda-tanda untuk menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan memilih kontinum kematangan di bawah model kepemimpinan itu ke dalam empat level: rendah (D1), rendah ke sedang (D2), sedang ke tinggi (D3) dan tinggi (D4). Gaya kepemimpinan yang sesuai bagi masing-masing level kematangan mencakup kombinasi perilaku tugas dan perilaku hubungan yang tepat.

Pada Gambar 2 dan Tabel 8 menjelaskan keempat gaya kepemimpinan situasional dan keempat gaya kepemimpinan situasional tersebut adalah:

1. Memberitahukan (Directing)

Memberitahukan adalah bagi tingkat kematangan yang rendah. Orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau (D1) memikul tanggung jawab untuk melakukan sesuatu adalah tidak kompenten

atau tidak yakin, ketidakmauan mereka adalah karena

ketidakyakinan mereka dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas tertentu. Gaya memberitahukan yang direktif (S1) yang menyediakan arahan dan supervisi yang spesifik dan jelas memiliki kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang yang berada pada level kematangan rendah. Gaya ini diacu sebagai “memberitahukan”, kerena dicirikan oleh perilaku pemimpin yang menetapkan peranan dan memberitahu orang-orang tentang apa, bagaimana, kapan dan dimana melakukan berbagai tugas. Gaya ini tercakup perilaku tinggi tugas dan rendah hubungan.

2. Menjajakan (Coaching)

Menjajakan adalah bagi tingkat kematangan rendah ke sedang. Orang-orang yang tidak mampu, tapi mau (D2) memikul tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas adalah yakin tetapi kurang memiliki keterampilan pada saat sekarang. Gaya menjajakan (S2) yang menyediakan perilaku direktif, karena mereka kurang mampu,

tetapi juga perilaku suportif untuk memperkuat kemauan dan antusias mereka merupakan gaya yang paling sesuai dengan orang-orang yang berada pada level kematangan ini. Gaya ini disebut sebagai “menjajakan”, karena pemimpin masih menyediakan hampir seluruh arahan, tetapi melalui komunikasi dua arah dan penjelasan, pemimpin berusaha agar secara psikologis pengikut turut andil dalam perilaku yang diinginkan. Para pengikut pada level kematangan ini biasanya akan menyetujui suatu keputusan apabila mereka memahami alasan adanya keputusan itu dan apabila pemimpin mereka juga menawarkan bantuan dan arahan. Gaya ini tercakup perilaku yang tinggi tugas dan tinggi hubungan.

3. Mengikutsertakan (Supporting)

Mengikutsertakan adalah bagi tingkat kematangan sedang ke tinggi. Orang-orang pada tingkat kematangan ini mampu, tetapi tidak mau (D3) melakukan hal-hal yang diinginkan pemimpin. Ketidakmauan mereka sering sekali karena kurang yakin atau tidak merasa aman. Mereka kompeten, namun tidak mau, keengganan mereka lebih merupakan masalah motivasi. Terhadap bawahan dengan tingkat kematangan ini perlu membuka saluran komunikasi dua arah untuk mendukung upaya pengikut dalam menggunakan kemampuan yang telah mereka miliki. Gaya mengikutsertakan (S3) yang suportif dan tidak direktif memiliki kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang pada tingkat kematangan ini. Gaya ini disebut “mengikutsertakan” karena pemimpin dan pengikut berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan, sedangkan peranan pemimpin yang utama dalam gaya ini adalah memudahkan dan berkomunikasi. Gaya ini mencakup perilaku rendah tugas dan tinggi hubungan.

4. Mendelegasikan (Delegating)

Mendelegasikan adalah bagi tingkat kematangan tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan ini adalah mampu dan mau (D4) atau yakin untuk memikul tanggung jawab. Gaya mendelegasikan

(S4) yang berprofil rendah, memiliki kemungkinan efektif paling tinggi dengan orang-orang yang berada pada level kematangan tinggi. Meskipun pemimpin boleh jadi masih mengidentifikasikan masalah, tetapi tanggung jawab untuk melaksanakan rencana

diberikan kepada para pengikut yang matang. Mereka

diperkenankan melaksanakan sendiri pekerjaan dan memutuskan ikhwal bagaimana, bilamana dan dimana pelaksanaan pekerjaan itu. Pada saat yang sama, mereka secara psikologis matang dan karenanya tidak membutuhkan kadar komunikasi dua arah atau perilaku suportif di atas rata-rata. Gaya ini tercakup perilaku yang rendah hubungan dan rendah tugas.