• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Hersey dan Blanchard (1993), pada umumnya disepakati bahwa paling tidak terdapat tiga bidang kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan proses manajemen yang efektif, yaitu: kemampuan teknis, kemampuan sosial dan kemampuan konseptual.

1. Kemampuan Teknis (Technical Skill)

Kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan tugas tertentu yang diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan training.

2. Kemampuan Sosial (Social/Human Skill)

Kemampuan dan kata putusan (judgment) dalam bekerja dengan dan melalui orang lain, yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan penerapan kepemimpinan yang efektif.

3. Kemampuan Konseptual (Conceptual Skill)

Kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak unit kerja masing-masing ke dalam bidang operasi organisasi secara menyeluruh. Kemampuan ini memungkinkan seseorang bertindak selaras dengan tujuan organisasi secara menyeluruh daripada hanya atas dasar tujuan dan kebutuhan kelompok sendiri.

Peningkatan seseorang dari level yang lebih rendah ke level yang lebih tinggi dalam organisasi makin sedikit kemampuan teknis yang diperlukan, pada saat yang sama makin lebih banyak kemampuan konseptual yang diperlukan, hal tersebut menunjukkan pencapaian efektivitas kemampuan. Para pemimpin pada level bawah memerlukan kemampuan teknis yang cukup karena mereka sering diharuskan melatih dan mengembangkan teknisi dan pegawai lainnya dalam bagian mereka. Pada ekstrim yang lain, para pemimpin level atas dalam organisasi tidak perlu mengetahui cara melaksanakan semua tugas spesifik pada level operasional, tetapi mereka harus mampu melihat kaitan seluruh tugas tersebut dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara menyeluruh.

Kadar kemampuan teknis dan konseptual yang diperlukan pada berbagai level manajemen berbeda-beda, namun kemampuan yang tampak paling penting pada semua level adalah kemampuan sosial. Penekanan pada kemampuan sosial telah dipandang penting sejak waktu-waktu yang lalu. Perhimpunan Manajemen Amerika (American Management Association) menyetujui bahwa satu-satunya kemampuan yang paling penting bagi seorang pemimpin level atas adalah kemampuannya bergaul baik dengan orang lain. Pimpinan mengharkat kemampuan ini lebih vital dari kecerdasan, kemampuan memutuskan, pengetahuan dan kemampuan tentang pekerjaan.

Menurut Rivai (2004), proses kepemimpinan akan berlangsung efektif bilamana kepribadian pemimpin memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

1. Mencintai kebenaran dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain.

3. Mampu bekerja sama dengan orang lain.

4. Ahli di bidangnya dan memiliki pandangan yang luas yang didasari oleh kecerdasan yang memadai.

5. Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong dan memberikan petunjuk, serta terbuka pada kritik orang lain.

6. Penuh pengabdian dan memiliki kesetian yang tinggi. 7. Kreatif, penuh inisiatif, sehat jasmani dan rohani.

8. Bertaanggung jawab, konsekuen, berdisiplin dan bijaksana.

Seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain, hal itu disebut sebagai upaya kepemimpinan. Tanggapan terhadap upaya kepemimpinan ini boleh jadi berhasil atau tidak berhasil, karena tanggung jawab pokok para pimpinan dalam organisasi adalah mencapai hasil dengan dan melalui orang-orang, maka keberhasilan mereka diukur oleh keluaran atau produktivitas kelompok yang mereka pimpin.

Bernard M. Bass dalam Hersey dan Blanchard (1993)

mengemukakan suatu perbedaan yang jelas antara kepemimpinan yang berhasil dengan kepemimpinan yang efektif. Andaikan pemimpin A berupaya mempengaruhi B untuk melakukan pekerjaan tertentu. Keberhasilan atau ketidakberhasilan upaya A bergantung pada kadar sejauh mana penyelesaian

pekerjaan oleh B. Keberhasilan A dapat digambarkan pada suatu kontinum (Gambar 3) yang beranjak dari sangat berhasil hingga sangat tidak berhasil.

Gambar 3. Kontinum Kepemimpinan yang Berhasil dan Tidak Berhasil (Hersey dan Blanchard, 1993)

Anggaplah bahwa kepemimpinan A berhasil dengan tanggapan B terhadap stimulus kepemimpinan A jatuh pada sisi kontinum yang berhasil. Hal ini masih belum mengungkapkan kisah efektivitas secara keseluruhan. Apabila kepimpinan A tidak sesuai dengan pengharapan B dan apabila B hanya melakukan pekerjaan karena kuasa posisi A, maka kita dapat mengatakan bahwa A berhasil tetapi tidak efektif. Tanggapan B sesuai dengan yang diinginkan pimpinan A, karena pimpinan A memiliki kontrol atas ganjaran dan hukuman dan bukan karena B merasa kebutuhannya dapat terpenuhi dengan memenuhi tujuan pemimpin atau organisasi.

Di sisi lain, apabila upaya kepemimpinan A mengarah pada

tanggapan yang berhasil dan B melakukan pekerjaan itu karena ia ingin melakukannya dan merasa ada hasil yang diperolehnya, maka A dipandang tidak hanya memiliki kuasa posisi tetapi juga kuasa pribadi. B menghormati pimpinan A dan mau bekerjasama dengannya, dengan menyadari bahwa permintaan pimpinan A konsisten dengan tujuan pribadinya. Nyatanya, B merasa tujuan pribadinya itu tercapai melalui aktivitas tersebut. Inilah yang dimaksudkan dengan kepemimpinan yang efektif. Perlu diingat bahwa efektivitas juga tampak seperti kontinum yang dapat beranjak dari sangat efektif sampai dengan sangat tidak efektif, seperti yang diilustrikan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Kontinum Kepemimpinan yang Berhasil dan yang Efektif (Hersey dan Blanchard, 1993)

Keberhasilan berkaitan dengan cara seseorang atau kelompok dalam berperilaku, sebaliknya efektivitas menggambarkan keadaan internal seseorang atau kelompok dan karenanya bersifat sikap. Apabila orang-orang hanya mementingkan keberhasilan, maka cenderung mengutamakan kuasa posisi mereka dan menerapkan supervisi yang ketat, tetapi apabila mereka efektif, mereka juga akan bergantung pada kuasa pribadi dan menerapkan supervisi yang lebih longgar. Kuasa posisi cenderung didelegasikan ke bawah melalui struktur organisasi, sedangkan kuasa pribadi dialirkan ke atas dari bawah melalui kesukarelaan pengikut.

Perbedaan antara berhasil dan efektif dalam manajemen organisasi seringkali mengungkapkan ikhwal mengapa para pimpinan dapat memperoleh level keluaran yang memuaskan hanya apabila mereka berada di sekitar bawahan dan mengawasi mereka dengan ketat, tetapi begitu mereka tidak di tempat, kinerja menurun.

Secara ringkas, pemimpin boleh jadi berhasil tetapi tidak efektif, yang hanya memiliki pengaruh singkat atas perilaku orang lain dan sebaliknya, apabila pemimpin berhasil dan efektif, maka pengaruh yang mereka timbulkan cenderung menghasilkan produktivitas jangka panjang dan perkembangan organisasi.