• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 MENGENAL KARAKTER HAKIM-HAKIM

A. GIDEON

1. Siapakah Gideon?

Gideon adalah anak Yoas, dari suku Manasye. Namanya berarti ‘Si penghancur’, Pahlawan perkasa, atau ‘penebang’. Orang juga menyebutkan Yerubaal, ia tersohor karena berhasil mengalahkan orang Midian. Yerubaal artinya ‘penyembah berhala’, ‘pemberontak kepada Allah’, tetapi ia dipilih Allah dan mengalami perubahan menjadi tentara Allah. Ia ditetapkan Allah menjadi hakim untuk membebaskan Israel dari tangan orang Midian dan mengutuk penyembahan berhala. Pemilihan Aallah atas dirinya memerlukan proses penerimaan Gideon sendiri. Sebab ia merasa tidak yakin pada perintah Allah dan pada dirinya sendiri. Tawar menawar Gideon terhadap perintah Allah (Hakim-hakim 6:36-40) mencerminkan sikap tidak percaya diri Gideon. Setelah beberapa kali meminta bukti dari Allah, akhirnya Gideon menerima panggilan Allah sambil terus bertanya untuk mendapatkan petunjuk yang benar.

2. Kehidupan Gideon Sebagai Hakim

Ketika dipanggil Tuhan menjadi Hakim, mempimpin bangsa Israel, pada mulanya ia juga meragukan rencana Allah atas dirinya. Apa yang dimita Gideon sebagai bukti bahwa Allah memanggilnya untuk sebuah tugas, selalu diberikan oleh Allah. Tetapi setelah menjadi Hakim atas Israel, ia selalu minta tanda kepada Tuhan untuk meyakinkan dirinya bahwa mereka dipimpin Tuhan, oleh karena penindasan Gambar 2.2 Gideon

Sumber: https://www.google.co.id/ urlpemudapetra.wordpress.com

yang mereka alami (baca Hakim-Hakim 6). Dibawah pimpinannya, bangsa Israel maju berperang melawan tentara Midian. Gideon mengumpulkan banyak tentara tetapi Allah menyeleksi mereka. Hanya 300 orang tentara yang diijinkan Allah maju berperang. Allah menghendaki agar Gideon dan bangsa Israel mengandalkan Allah, bukan kekuatan mereka sendiri. Mereka memenangkan peperangan melawan Midian dengan cara yang diajarkan Allah kepada mereka (Hakim-Hakim 7:1-14). Gideon belajar mengandalkan Allah. Ia juga belajar menjadi pemimpin yang percaya diri sebagai hakim utusan Allah bagi Israel.

3. Karakter Baik Gideon a. Kolaborasi

Gideon tidak pernah ingin menjadi pahlawan seorang diri. Ia selalu ingin melakukan semua kehendak Allah bersama-sama seluruh umat Israel. Berkolaborasi menuntut kerendahan hati untuk saling menerima dan saling memperlengkapi. Kemampuan ini menunjukkan bahwa seseorang dapat menerima kehadiran orang lain, menerima kelebihan dan kekurangannya, dan bersedia melengkapi orang lain seperti dirinya juga dilengkapi oleh orang lain.

b. Religius

Gideon tidak dikenal orang seperti halnya seorang raja atau nabi. Setiap hari ia berada di penggirikan gandum sambal bersembunyi dari orang Midian yang saat itu menindas bangsa Israel. Malaikat Tuhan datang kepadanya, “TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” (Hakim-hakim 6:11-12). Gideon seorang Israel yang dengan tekun mengikuti perintah Tuhan meskipun umat yang lain telah mengikuti penyembahan berhala seperti orang kafir. Gideon menerima panggilan Allah menjadi pahlawan Israel karena ia tahu bhawa penyertaan Tuhan dan rencana-Nya tidak akan pernah mengecewakan. Bagaimana dengan dirimu?

c. Percaya Diri

Gideon seorang yang miskin, tidak memiliki jabatan apapun di dalam masyarakat. Kesediaannya menjadi hakim atas Israel dilandasi oleh kerendahan hati bahwa Allah akan memperlengkapi dirinya sehingga dapat menyelesaikan semua tanggung jawab. Percaya diri yang dimiliki oleh Gideon tidak berasal dari dirinya sendiri tetapi berasal dari Allah yang telah memilihnya. Ini adalah salah satu wujud mempercayai Allah dan kuasa-Nya.

Apakah kamu pun memiliki rasa percaya diri seperti Gideon? Banyak remaja Kristen yang menumbuhkan rasa percaya dirinya dengan cara merokok, minum minuman keras dan mabuk-mabukkan, bahkan mengonsumsi narkoba. Remaja Kristen mestinya membangun rasa percaya diri dengan melatih diri melakukan firman Tuhan, tampil apa adanya dengan segala kelemahannya, dan meningkatkan semua kelebihan agar bermanfaat bagi orang lain. Allah menyertai dan memberkati remaja yang hidup bertekun dalam firman-Nya.

d. Mandiri

Hidup di tengah penindasan, tidak dapat merasakan kebebasan sepenuhnya, dilingkupi oleh rasa takut dan terkekang; itulah situasi bangsa Israel saat itu. Tetapi di sisi lain Gideon menjadi pribadi yang mandiri, tidak bergantung pada pertolongan orang lain. Sebaliknya Gideon memimpin kaum marganya sendiri memlai perlawanan terhadap orang Midian, sampai pada suatu saat mereka mendapatkan kemenangan sebagai hasil perjuangan mereka. Mulai dengan 300 orang, jumlah mereka bertambah hingga 32.000 orang. Tanpa bergantung pada bangsa yang lebih kuat, mereka memulai perjuangan mereka untuk menikmati kehidupan yang bebas dan terhormat.

AKTIVITAS 1. Ayo Berkreasi

Kamu diminta untuk merancang dan membuat sebuah kliping dengan ketentuan berikut:

1. Rancang kliping beralur cerita tentang kehidupan Gideon

2. Jadikan kliping tersebut sebagai sebuah buku yang dapat dibaca orang lain layaknya sebuah komik

1. Siapakah Yefta?

Kehidupan Yefta menjadi seorang hakim atas Israel bukanlah penunjukkan seperti halnya Gideon atau Simson. Yefta adalah anak seorang perempuan yang tadinya mandul. Kelahirannya dianggap sebagai karunia Allah yang membuka rahim. Oleh sebab itu ia di namakan Yefta, artinya Tuhan membuka. Ketika bangsa Israel memintanya menjadi kepala pasukan melawan orang Midian, ia mengajukan persyaratan bahwa jika mereka memilihnya maka ia tidak ingin menjadi pemimpin saat perang saja tetapi seterusnya sesudah perang usai. Yefta menjadi hakim di antara orang kafir yang mempersembahkan manusia sebagai korban bakaran kepada ilah-ilah yang mereka sembah. Hukum Taurat banyak diabaikan dan hanya sedikit yang melakukannya (2 Rajaraja 3:27].

2. Kehidupan Yefta

Peristiwa besar yang terjadi dalam kepemimpinan Yefta sebagai hakim tidak hanya berhubungan dengan tugasnya memimpin umat Allah, tetapi juga di dalam keluarganya. Pada saat berperang menghadapi musuh, Yefta berjanji kepada Tuhan, jika Tuhan menolong mereka sehingga dapat memenangkan peperangan, ia akan memberikan apapun yang keluar pertama kali mendapatinya pada waktu pulang ke rumah setelah Perang usai. Yefta bernazar kepada Allah. “Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan

bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.”

(Hakim-hakim 11:30-31). Ia tidak pernah berpikir bahwa puteri tunggalnya yang akan keluar

Dokumen terkait