• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHARMONISAN KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA MENURUT TEORI SAKINAH DAN PRA SAKINAH

B. Golongan keluarga pak KN dan pak BD

Dalam hal ini penulis menggolongkan keluarga pak KN dan pak BD sebagai berikut:

1. Keluarga pak KN

No Kriteria keluarga sakinah II Ya Tidak 1 Perkawinan sesuai dengan peraturan syariat dan uu

no 1 tahun 1974

2 Keluarga memiliki surat nikah sebagai bukti perkawinan yang sah

3 Mempunyai perangkat solat, √

4 Tidak terjadi perceraian √

5 Keluarga memiliki kebutuhan pokok, sehingga bisa menabung

6 Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTP √

7 Memiliki rumah sendiri meski sederhana √

8 Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan

9 Mampu memenuhi standar makanan empat sehat lima sempurna

10 Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan perbuatan amoral lainnya.

Dalam hal ini penulis memasukkan keluarga pak KN dalam kategori keluarga sakinah II yaitu keluarga-keluarga yang di bangun atas perkawinan yang sah dan di samping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul

karimah, infaq, zakat, amal jariyah menabung dan sebagainya. Hal ini di buktikan dengan perkawinan pak KN yang di lakukan sesuai dengan syariat dan undang-undang, juga di buktikan dengan adanya surat nikah.

e. Keluarga pak BD

No Kriteria keluarga sakinah II Ya Tidak

1 Perkawinan sesuai dengan peraturan syariat dan uu no 1 tahun 1974

2 Keluarga memiliki surat nikah sebagai bukti perkawinan yang sah

3 Mempunyai perangkat solat, √

4 Tidak terjadi perceraian √

5 Keluarga memiliki kebutuhan pokok, sehingga bisa menabung

6 Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTP √

7 Memiliki rumah sendiri meski sederhana √

8 Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan

9 Mampu memenuhi standar makanan empat sehat lima sempurna

10 Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan perbuatan amoral lainnya.

Dalam hal ini penulis memasukkan keluarga pak BD dalam kategori keluarga sakinah II yaitu keluarga-keluarga yang di bangun atas perkawinan yang sah dan di samping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati

serta mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah, infaq, zakat, amal jariyah menabung dan sebagainya. Hal ini di buktikan dengan perkawinan pak BD yang di lakukan sesuai dengan syariat dan undang-undang, juga di buktikan dengan adanya surat nikah.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan penelitian diuraikan peneliti dari bab I sampai dengan bab IV, sehingga dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Proses perkawinan atau pernikahan keluarga tunarungu dan tunawicara dilaksanakan secara sah secara agama dan negara dengan melakukan ijab qobul menggunakan bahasa isyarat yang dapat dipahamu oleh orang lain. Adapun bentuk keluarga tunarungu dan tunawicara berdasarkan perkawinan termasuk perkawinan monogami, berikutnya berdasarkan pemukinan termasuk dalam bentuk keluarga patrilokal dan neolokal, selanjutnya berdasarkan jenis anggota keluarga adalah termasuk keluarga nuclear family, berdasarkan kekuasaan termasuk kelauraga patriakal dan equalitarium

2. Cara memenuhi hak dan kewajiban keluarga tunarungu dan tuinawicara, adalah dengan menyadari tugas-tugas dan kewajiban sebagai suami dan sebagai istri. Diantaranya:

a. Kewajiban suami terhadap istri. b. Kewajiban istri terhadap suami.

c. Kewajiban suami istri terhadap keluarga.

Saling berusah memenuhi kewajibannya dan memberikan hak kepada pasangannya.Walaupun dengan kekurangan yang mereka miliki namun mampu memberikan nafkah dan menjalankan kewajibannya leyaknya

orang normal pada umumnya.Pak KN yang menderita tunarungu dan tunawicara melaksanakan kewajibannya sebagi suami untuk menfkahi istrinya dengan bekerja membukak kios potong rambut, sedangkan pak BD yang normal bekerja menjual kayu sebagai pekerjaannya.Istri-istri mereka juga membantu suami untuk ekonomi keluarga dengan berjualan.Demikian keluarga tunarungu dan tunawicara saling melengkapi dan melaksanakan kewajiban masing-masing.

Sedangkan bu SW dan bu RN sebagai istri yang tunarungu dan tunawicara ternyata dapat menjalankan tugasnya sebagai istri layaknya istri-istri normal pada umumnya. Pada umumnya seorang istri melakukan tugas-tugas rumahtangga seperti memasak, mencuci, mengurus rumah, juga mengurus suami. Bu SW dan bu RN bahkan juga membantu suaminya dalam mencari nafkah untuk menambah pendapatan ekonomi keluarganya.

Tugas dan kewajiban kedua keluarga sudah di lakukan sebagaimana umumnya suami istri pada umumnya, meskipun begitu pak BD dan bu RN juga sangat bertanggung jawab akan tercukupinya kebutuhan anak-anak mereka, dengan bekerja dan menyekolahkan anak-anaknya. Pak BD dan bu RN menyadari mungkin mereka masih kurang dalam memberikan fasilitas kepada anaknya seperti belum bisa memberikan sepeda kepada anaknya untuk bersekolah, karena masih jalan kaki anaknya jika bersekolah dan fasilitas penunjang lainya. Kegigihan pak BD dan bu RN dalam memenuhi kewajibannya terhadap keluarga terutama anaknya

sangat besar, dengan berjualan kayu serta makanan ringan mereka mampu memberikan pendidikan yang baik kepada ketiga anaknya. 3. Adapun upaya keluarga tunarungu dan tunawicara dalam mewujudkan

keluarga sakinah serta harmonis. Mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan yang membangun keharmonisan dalam keluarga. Seperti baik dalam beribadah, rasa saling menyayangi, selalu memberi senyuman, saling membantu dalam melaksanakan kewajiban pasangannya, melakukan musyawarah keluarga, saling menerima kekuarngan, melakukan makan bersama. Kebiasan dari keluarga inilah yang menjadikan keharmonisan dalam rumah selalu terjaga dengan baik.

4. Keharmonisan keluarga tunarungu dan tunawicara ditinjau dari perspektif keluarga sakinahyaitu di bina berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, di liputi kasih sayang (mawadah wa rahmah) antara anggota keluarga dan lingkungan dengan selaras, serasi dan mampu mengamalkan serta memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. Akan tetapi tetap ada unsur perbedaan dalam sakinahnya, sehingga di golongkan dalam kriteria keluarga sakinah II,

B. SARAN

Dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang perlu kiranya yang perlu dipertimbangkan:

1. Orang-orang yang tunarungu dan tunawicara ternyata mampu melakukan membangun dan membina keluarga layaknya orang yang normal pada

umumnya, mereka mampu memenuhi kewajibannya sebagai suami ataupun istri dengan baik, mampu mencari nafkah, serta mampu membina keluarga yang harmonis sehingga jangan merasa bahwa kekurangan menjadi penghalang untuk beraktitas layaknya orang yang normal. Karena belum tentu keluarga yang normal lebih bahagia,harmonis dan lebih terpenuhi kebutuahan rumah tangganya dibandingkan dengan keluarga yang menderita tunarungu dan tunawicara..

2. Keluarga tunarungu dan tunawicara baiknya jangan terlalu menggap bahwa kekurangan yang mereka miliki menjadi pembatas untuk berkreasi dan berinteraksi dengan masyarakat luas. Masyarakat seharusnya mau merangkul keluarga yang memiliki kekurangan tunarungu dan tunawicara untuk aktif dalam bermasyarakat.