• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA

B. Profil keluarga Tuna Rungu dan Tunawicara

1. Pasangan suami istri keluarga tunarungu dan tunawicara (pak KN dan bu SW).

Pak KN seorang lelaki setengah baya, yang lahir di Blora, 30 Maret 1983. Dengan alamat domisili Dukuh Dukuhan Rt. 05 Rw. 06 Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora. Ia dibesarkan di sebuah perkampungan

yang sangat jauh dari kota. Ia saat ini berusia 34 tahun, Pendidikan pak KN hanya sampai tamat SMPLB. Karena merasa memiliki kekurangan dalam dirinya Pak KN ini membatasi diri dalam pergaulan karena sedikit yang mengerti akan bahasa isyaratnya hanya tetangga dekat dan mereka yang bergaul sejak lahir mengetahui arti gerakan tubuh atau mimic muka yang ia sampaikan. Penyandang tunarungu dan tunawicara merasakan sulitnya memperoleh pekerjaan. Di Indonesia, pihak-pihak yang mempekerjakan tunarungu dan tunawicara masih sangat sedikit. Penyandang tunarungu dan tuna wicara dipandang tidak mampu mengemban tanggung jawab, bahkan dianggap menyusahkan sejawatnya di tempat pekerjaan, karena kekurangan yang dimilikinya terutama dalam berkomunikasi. Pekerjaan yang mampu dikerjakan oleh tunarungu dan tunawicara sangat terbatas. Pekerjaan yang menuntut ketajaman pendengaran dan berkomunikasi,sangat sulit dilakukan oleh penyandang tunarungu dan tunawicara. Beberapa pekerjaan yang mungkin dapat dilakukan penyandang tunarungu dan tunawicara adalah berwirausaha (jika memiliki cukup modal). Menyadari kekurangannya pak KN mendapat saran dan masukan yang disampaikan dengan santun oleh orang tuanya agar tidak menyingung perasaannya dari teman – temannya untuk belajar satu keterampilan yang kelak bias dijadikan modal untuk membuka usaha sebagai mata pencaharian.Dan akhirnya diambil keterampilan potong rambut sebagai pilihannya.

(Wawancara dengan pak KN di bantu oleh ibu pak KN sebagai penerjemah, 03Februari 2017).

Dengan modal keterampilan yang dimilikiserta modal usaha yang di berikan oleh orang tua kemudian membuka kios potong rambut sederhana yang berada didepanrumah orang tuanya, yang Nampak sepertifoto di bawahini.

Kios Potong Rambut

(Dokumentasi, 03Februari 2017)

Iniseorang wanita yang memiliki kekurangan diri yaitu tunarungu dan tunawicara, lahirkan di Blora, 23 Juni 1988, dengan beralamatkan di jalan Blora, Ngelo Rt. 03 Rw. 08 NgeloCepuBlora.

Pendidikan menjadi kendala baginya untuk memperoleh pekerjaan yang menjadi mimpi (angan -angan)mereka. Pendidikan mereka sangat terbatas, karena orang tua merasa malu memiliki anak cacat, sehingga berusaha untuk disembunyikan dari masyarakat sekitarnya. Terkadang untuk mengurangi

rasa bersalah, orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan, sehingga kemandirian anak sangat kurang.

Riwayat pendidikan hanya sampai SDLB yang kebetulan berada di daerah Cepu jarak tempuh dari rumah Bu SW 30 menit. Lingkungan dukuh Bu SW ini masyarakatnya termasuk ekonomi menengah keatas dengan mata pencaharian sebagai pedagang, pengusahadan PNS dan rumahnya sudah meniru perumahan kota besar mengutamakan kenyamanan, keindahan dan keamanan, sedangkan Bu SW iniberasal dari keluarga yang sangat sederhana. (Wawancara dengan bu SW dibantu oleh ibu pak KN sebagai penerjemah, 03Februari 2017)

Ibu SW ini sebenarnya sudah memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Rama yang saat ini sudah berumur 8 tahun. Rama ini anak hasil pernikahan ibu SW yang pertama. Dulu ibu SW menikah dengan laki-laki normal dan memiliki seorang anak yang normal. Namun Rama sekarang ini tinggal dengan neneknya di Cepu dengan alasan bu SW dan pak KN merasa kesulitan untuk mendidik anaknya dengan keadaan yang keduanya tidak berbicara, oleh karena itu kami tidak dapat bertemu dan memiliki foto anaknya karena tidak tinggal satu rumah.

Berawal dari keinginan dan umur yang sudah cukup untuk menikah pak KN mengatakan pada orang tuanya bahawa ia ingin menikah. Melihat kondisi pak KN yang cacat tunarungu dan tunawicara tidak mungkin rasanya jika pak KN memilih dan mencari sendiri calon istri. Ahirnya kedua orang tua pak KN memperkenalkan pak KN pada bu SW yang memang

sama-sama memiliki kekurangan yang sama. Berselang satu munggu pak KN mau untuk menikahi bu SW meskipun pak KN mengetahui bahwa bu SW sudah pernah menikah dan memiliki satu anak laki-laki. Mendengar bahwa pak KN mau menikahi bu SW kemudian kedua belah pikak keluarga bertemu, dan sepakat untuk memberikan waktu satu bulan untuk saling mengenal satu sama lain.

Berjalan satu bulan pak KN dan bu SW saling mengenal, ternyata banyak kesamaan dan kecocokan yang sama antara mereka, terutama kecocokan dalam hal berkomuniksi. Dengan berjalannya waktu tanggal pernikahanpun telah ditetapkan oleh kedua keluarga yaitu pada tanggal hari rabu, 27 juli 2016.Pernikahanpun terjadi dan terlaksana di desa Ngelo, Cepu Blora.Pernaikahan mereka hingga saat ini sudah berumur 2 tahun hingga saat ini. Mereka hidup berdua dan harmonis hingga saat ini, dan belum di karuniai anak dari pernikahan ini.( wawancara dengan pak KN dan bu SW dibantu oleh ibu pak KN sebagai penerjemah, 03 februari 2017 )

2. Profil keluarga tunarungu,tunawicara dengan suami normal (pak BD dan bu RN)

Pak BD adalah kepala keluarga sehat, normal, dan tidak cacatyang kehidupan keseharian dengan mata pencaharian sebagai penjual kayubakar, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari – hari tidak ada kendala karena dengan kayu bakar merupakankebutuhan pokok sebagai bahan bakar untuk memasak walaupun ditengah kemajuan masyakat yang memakai tabung gas elpiji. Pak BD berumur 58 tahunyang memiliki 3 anak dan 1 istri yang cacat tunarungu dan tunawicara.Pak BD hanya mengenyam pendidikan SD di daerah Brungunan, Kecamatan Sulursari, Blora. (wawancara dengan pak BD, 08 Februari 2017)

Bu RN adalah istri dari Pak BD yang menyandangcacat tunarungu dan tunawicara yang setia selalu mendampingi dalam suka dan duka, dengan mata pencaharian sebagai pedagang makanan ringan anak kecil, sehingga menambah

pemasukan ekonomi keluarga. Bu RN berumur 38 tahun yang sudah melahirkan 3 anak dari hasil pernikahannya dengan pak BD.Bu RN ini juga hanya lulusan SDLB.

Pak BD dan bu RN ini bertemu berawal dari ketidak sengajaan.pak BD yang saat itu sholat berjamaah di masjid Assamani saat itu melihat seoarng wanita yaitu bu RN. Mulai dari itu pak BD tertarik dengan bu RN. Selang beberapa hari pak BD bertemu kembali di masjid yang sama, ahirnya pak BD mengikuti bu RN pulang kerumahnya dengan alasan ingin bersilaturrohmi. Pak BD saat itu kaget setelah mengetahui bu RN ini cacat tunarungu dan tunawicara, namun kekurangan bu RN ini tidak mengubah rasa suka pak BD terhadap bu RN.Berjalannya waktu pak BD mengenal bu RN semakin memantapkan pak BD untuk menikahi bu RN.Ahirnya pak BD mengatakan pada keluarganya bahwa ingin menikahi bu RN.

Setelah mengetahui bu RN ini cacat tunarungu dan tunawicara semua keluarga pak BD tidak setuju dengan niat pak BD terebut.Niat kuat pak BD yang tetap ingin menikahi bu RN meski cacat pak BD berusaha memberikan pengertian terhadap keluarganya bahwa bu RN ini wanita yang baik dan mampu menjadi seorang istri pada umumnya.Pilihan pak BD yang tertambat pada bu RN ini beralasan karena bu RN ini sangat tekun beribadah dan mau bekerja keras.Musyawarah kelarga pak BD dilakukan, dengan memikirkan alasan pak BD yang kuat dan keinginan yang besar untuk menikahi bu RN ahirnya keluarga menyetujui pernikahan tersebut.

Senyum kebahagiaan terlihat di wajah pak BD yang mendapat restu dari orang tuanya ahirnya memberanikan diri untuk melamar bu RN.Pernikahanpun

terjadi pada hari jum’at, 03 maret 1995.Sampai saat ini umur pernikah mereka

sudah 22 tahun dan memiliki 3 orang anak. (wawancara dengan pak BD dan bu RN, 08 februari 2017)

C. Proses perkawinan dan bentuk keluarga.