• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHARMONISAN KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA (Studi kasus di Dk. Dukuhan Ds. Doplang Kec. Jati Kab. Blora Tahun 2017) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEHARMONISAN KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA (Studi kasus di Dk. Dukuhan Ds. Doplang Kec. Jati Kab. Blora Tahun 2017) - Test Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

KEHARMONISAN KELUARGA TUNARUNGU DAN

TUNAWICARA

(Studi kasus di Dk. Dukuhan Ds. Doplang Kec. Jati Kab. Blora Tahun 2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh: Hanik rusdiyana

21112003

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

NOTA PEMBIMBING

Lam : 4 (empat) eksemplar

Hal : pengajuan naskah skripsi

Kepada Yth

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Di Salatiga.

Assalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa.

Nama : Hanik rusdiyana NIM : 21112003

Judul : Keharmonisan keluarga tunarungu dan tunawicara (studi kasus di Dk. Dukuhan Ds.Doplang Kec. Jati Kab. Blora)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqosah.

Demikian nota pembimbing dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokatuh.

Salatiga 20 september 8 Agustus 2017 Pembimbing

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa V No. 9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722

Website : www.iainsalatiga.ac.id. E-mail:

administrasi@stainsalatiga.ac.id.

PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksidandiperbaiki, makaskripsiSaudara:

Nama : Hanikrusdiyana NIM : 211112003 Fakultas : Syari’ah

Jurusan : Hukumkeluargaislam.

Judul :KEHARMONISAN KELUARGA TUNARUNGU DAN

TUNAWICARA (STUDI KASUS DI

DK.DUKUHANDS. DOPALNG KEC. JATI KAB. BLORA)

Telah kami setujuiuntukdimunaqosahkan.

Boyolali, 8 Agustus 2017 Pembimbing

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Hanikrusdiyana NIM : 21112003

Fakultas : Syari’ah

Jurusan : Hukumkeluargaislam Menyatakanbahwaskripsi yang

sayatulisinibenar-benarmerupakanhasilkaryasayasendiri,bukanjiplakandarikaryatulis orang lain. Pendapatatautemuan orang lain yang

terdapatdalamskripsiinidikutipataudirujukberdasarkankodeetikilmiah.

Boyolali, 13 september2017 Yang menyatakan,

(5)

MOTTO

(6)

PERSEMBAHAN

Atas nama cinta dan kasih dari dalam jiwa, skripsi ini penulis persembahkan untuk,

 Bapak,ibu(Abdul mana dan Sumiyati) yang tak henti-hentinya

memberikan dukungan, do’a dan semangat sepanjang masa buat saya.

 Suami tercinta ( zainul muttaqin ) yang selalu memberi dukungan cinta, doa serta semangat yang selalu mengalir.

 Kakak adik ( wiji lestari dan muhammad alwi sidiq )yang selalu

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah swt dan puji syukur peneliti panjatkan

kepadaNya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang kita nanti syafaatnya di hari akhirat nanti.

Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak.Oleh karena itu, peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M.Pd. selakurektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Dr. SitiZumrotun, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syari’ah.

3. Bapak Sukron Ma’mun, S.Hi.,M.Si. selaku ketua program studi Hukum Keluarga Islam.

4. Bapak Dr. Ilyya Muhsin,S.Hi,M.Si. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta memotivasi guna membimbing terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang mengajari dari semester satu sampai delapan telah membagi ilmunya yang bermanfaat.

6. Bapak Kepala Desa Doplang.

7. Para informan keluarga tunarungu dan tunawicara.

(8)

9. Suami tercinta yang selalu mendampingi dan memberikan perhatian. 10.Semua pihak yang tidak bias peneliti sebutkan satu per satu terimakasih

atas kerjasama dan perhatiannya.

Teriring do’a dan harapan semoga amal baik semuapihaktersebut di atasakanmendapatbalasandari Allah swt.

Wassalamu’alaikumwr.wb

(9)

Abstrak

Hanik rusdiyana, 21112003,keharmonisankeluargatunarungudantunawicara (studi kasus Dk. Dukuhan Ds. Doplang Kec. Jati Kab. Blora), jurusan hukum keluarga islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga. Kata kunci: keluarga, Tunarungu dan tunawicara

Keluarga yang sakinah serta harmonis merupakan dambaan semua keluarga. Saling menyayangi, saling memberikan perhatian, dan rukun itu impian setiap keluarga, namun bagaimana jika semua itu terjadi dalam kelurga yang tunarungu dan tunawicara. Permasalahan yang yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana proses perkawinan dan bentuk keluarga tunarungu dan tunawicara? (2) bagaimana pasangan suami istri tunarungu dan tunawicara dalam memenuhi hak dan kewajibannya? (3) bagaimana upaya keluarga tunarungu dan tunawicara dalam mewujudkan keluarga sakinah? (4) bagaimana keharmonisan keluarga tunarungu dan tunawicara menurut teori sakinah dan pra sakinah.

Lokasi penelitian adalah Dukuh Dukuhan Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan normatif yuridis dan sosiologis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa yang pertama proses perkawinan keluarga tunarungu dan tunawicara adalah sah secara agama dan Negara. Ijab qobul yang dilakukan menggunakan isyarat yang memang diperuntukkan bagi orang yang bisu

sebagaimana pendapat para fuqohak serta mazhab hambali dan syafi’i,

(10)

DAFTAR ISI

Sampul

Lembarberlogo

Judul ... i

Persetujuanpembimbing ... ii

Pengesahankelulusan ... iii

Pernyataankeaslian ... iv

Motto ... v

Persembahan ... vi

Kata pengantar ... vii

Abstrak ... ix

Daftarisi...x

Daftartabel ... xv

Daftarlampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakangmasalah ...1

B. Rumusanmasalah ...8

C. Tujuanpenelitian...8

D. Telaahpustaka...9

E. Metodepenelitian ...10

F. Sistematikapenulisan...16

(11)

2. Tujuanperkawinan...17

3. Rukunperkawinan...18

4. Syaratsahperkawinan………21

B. Tinjauanumumkeluarga. 1. Pengertiankeluarga ...22

2. Bentuk-bentukkeluarga...24

C. Hakdankewajibansuamiistri. 1. Kewajibansuamiterhadap istri ...26

2. Kewajibanistriterhadapsuami...28

3. Kewajibansuamiistriterhadapkeluarga...29

D.Keluargasakinah. 1. Pengertiankeluargasakinah...30

2. Dasarkeluargasakinah...34

3. Kriteriakeluargasakinah...36

4. Bekalkeluargasakinah...42

BAB III PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA A. Gambaranumumlokasipenelitian 1. Kondisigeografis ...47

2. Keadaanpenduduk ...48

3. Pendidikan ...49

4. Mata pencaharian ...49

(12)

1. Pasangansuamiistritunarungudantunawicara (pak KN danbu SW).52 2. Pasanganistritunarungudantunawicaradengansuami normal ( pak BD

danbu RN ) ...57

C. Proses perkawinandanbentukkeluarga. 1. Proses perkawinan...59

2. Bentuk-bentukkeluarga...62

D.Cara keluargatunarungudantunawicaradalammemenuhihakdankewajiban. 1. Cara memenuhikewajiabansuamiterhadapistri...66

2. Cara istridalammemenuhihakdankewajibanterhadapsuami...68

3. Cara suamiisrtimemenuhihakdankewajibanterhadapkeluarga...69

BAB IV KEHARMONISAN KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA MENURUT TEORI SAKINAH DAN PRA SAKINAH. A. Upayakeluargatunarungudantunawicaradalammembinakeluargaharmonisd ansakinah. 1. Baikdalamberibadah...71

2. Rasa salingmenyayangi...71

3. Selalu member senyuman...72

4. Saling membantu dalam melaksanakan kewajiban pasangannya...73

5. Melakukanmusyawarahkeluarga...74

6. Salingmenerimakekurangan...74

7. Melakukanmakanbersama...75

(13)

2. Keluarga pak BD………77 BAB V PENUTUP.

(14)

DAFTAR TABEL

1. Tabel I informan di Desa Doplang... ... 12

2. Tabel II fasilitas pendidikan di Desa Doplang ... 49

3. Tabel III mata pencaharian di Desa Doplang ... 50

4. Tabel IV jumlah penduduk berdasarkan agama ... 51

5. Tabel V komparasi keluarga berdasarkan pemukiman ... 64

6. Tabel VI komparasi berdasarkan jenis anggota keluarga...65

7. Tabel VII komparasi berdasarkan kekuasaan...66

8. Tabel golongan keluarga sakinah II pak KN………76

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranI DaftarRiwayatHidup Lampiran II FotoWawancara

Lampiran III FotoAktaNikahkeluarga tunarungu dan tunawicara Lampiran IV Surat tugas penelitian

LampiranV DaftarNilai SKK

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena tujuan perkawinan dalam Islam tidak hanya sekedar pada batas pemenuhan nafsu biologisataupelampiasan nafsu seksualbelaka, tetapi memiliki tujuan yang lebihmulia yaituuntuk menciptakankeluarga yang hidupdenganaman dan tenteram (sakinah), pergaulanyang saling mencintai (mawaddah)dansaling menyantuni(rahmah) (Idris Ramulyo, 1974: 4).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Rum ayat 21:





















































Artinya:"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir ”( Al-Qur’an dan Terjemahannya, 1992 : 644)

(17)

sebagaimana tujuan perkawinan maka perkawinan harus didasari dengan rasa kasih sayang yang dimiliki oleh suami istri maupun orang tua. Tanpa kasih sayang maka tujuan perkawinan tidak akan tercapai.

Menurutpasal1undang–undangNo1tahun 1974 tentang perkawinan, Perkawinanialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suamiistri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam definisi tersebut disebutkantujuan pernikahan yaitu membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal, yang menafikan perkawinan secara temporal seperti nikah

(18)

Disamping agama memandang perkawinan sebagai perbuatan ibadah, ia juga merupakan Sunnah Allah dan Sunnah Rasul. Sunnah Allah berarti menurut qudrat dan iradah Allah dalam penciptaan alam ini, sedangkan sunnah rasul berarti suatu tradisi yang telah ditetapkan untuk dirinya sendiri dan untuk umatnya ( Syarifuddin, 2010 : 41).

Karena melaksanakannya merupakan ibadah maka dalam perkawinan haruslah terpenuhi syarat-syarat dan rukunnya, salah satu rukunnya adalah wali nikah, meskipun ulama berbedapendapat dalam hal ini.

Menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah, wali merupakan rukun dalam sebuah perkawinan. Apabila pernikahan dilakukan tanpa adanya wali maka pernikahan itu tidak sah. Begitu juga tidak sahpernikahan tanpa wali menurut ulama Hanabilah, meskipun dalam pengambilan dalilnya berbeda dengan

Malikiyah dan Syafi’yah.

(19)

Dalam sebuah perkawinan yang paling berhak menjadi wali nikah adalah ayah selaku orang tua. Bagi orang tua anak adalah bagian dari harapan terbesar untuk meneruskan tugas kekhalifahan di muka bumi. Demi regenerasi itu, para orang tua senantiasa menginginkan seluruh keturunannya menjadi putra–putri yang shalih dan shalihah, serta memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Lebih dari itu, setiap manusia menginginkan seluruh keturunannya menjadi perhiasan, penyejuk mata (qurrota a’yun) bagi mereka. Allah swt berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 74:

Artinya: Dan orang-orang yang berkata:Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada kami istri-istrikamidanketurunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa(Al-Qur’an dan Terjemahannya, 1992 : 569)

Namun demikian, anak tetap bukanlah hak milik bagi orang tua. Ia adalah titipan Allah swt semata. Orang tua berkewajiban mengasuh, membesarkan, mendidik, dan menikahkan putra-putri mereka apabila telah waktunya tiba. Walaupun demikian, apakah kewajiban ini menjadikan orang tua berhak sepenuhnya menentukan calon pasangan bagi anak - anaknya terutama anak perempuannya.

(20)

Halitu terjadi,apakahkarena masih banyak pemahaman di kalangan orang tua bahwa anak adalah hak milik bagi mereka. Orang tua berhak sepenuhnya untukmenentukan kehidupan sang anak, termasuk menentukan calon suami yang hendak menjadi pasangan hidup bagi si anak gadis untuk sepanjang umurnya. Oleh sebab itu, jika seorang anak gadis menolak calon suami pilihan orang tua, seorang ayah merasa berhak memaksakan kehendaknya tanpa mempertimbangkan persetujuan calon mempelai. Padahal telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 16 yang menyatakan bahwa: Perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai.

Hal ini didasarkan pada pemahaman ajaran agama mengenai hak ijbar yang dimiliki oleh orang tua yaitu ayahatau kakek selaku wali mujbir. Bagi orang yang kehilangan kemampuannya seperti gila, anak - anak yang masih belum mencapai usia tamyiz, boleh dilakukan wali mujbir atas dirinya sebagaimana dengan orang-orang yang kurang kemampuannya seperti orang yang akalnya belum sempurna tetapi sudah berusia tamyiz (abnormal) (Sayid Sabiq, 2007 : 18)

Yang dimaksud berlakunya wali mujbir yaitu seorang wali berhak mengakadnikahkan orang yang diwakilkan diantara golongan tersebut tanpa menanyakan pendapat mereka terlebih dahulu. Akadnya berlaku juga bagi orang yang diwakilkan tanpa melihat ridha atau tidaknya. (Sayid Sabiq, 2007 : 18)

(21)

terbina menjadi keluarga sakinah dan akan terciptasaling memberi dan menerima bagi mereka yang lahir normal dan panca indra berfungsi semua,namun bagaimana dengan mereka yang lahir dengan kekurangan fungsi panca indra ?

Manusia terlahir sudah pasti memiliki kekurangan yang berbeda - beda, kekurangan itu bila bersatu akan saling mengisi dan melengkapi satu sama lainnya, kekurangan bisa berbentuk ruhani dan jasmani namun yang menjadi fakus atau bahan pembicaraan pada umumnya mereka yang kekurangan dalam fisik seperti kaki buntung, tangan buntung, bisu dan lain – lain. Seperti halnya tunarungu dan tunawicara merupakan kekurangan yang membutuhkan perhatian khusus dalam semua kehidupannya.

Tunarungu adalah kekurangan yang dialami oleh manusia dalam hal pendengaran, dengan kekurangan ini ia tidak bisa menangkap atau mendengar suara apapun yang dikeluarkan oleh sumber bunyi, ia hanya bisa memperhatikan dan mempelajari pergerakan yang dilihat oleh mata kemudian disimpan dalam memori otak untuk ia gunakan dalam menyampaikan isi hatinya melalui gerakan – gerakan yang telah dipelajarinya, tunarungu ini bisa mengeluarkan suara dari mulutnya yang bisa didengar oleh orang lain.

(22)

kekurangan berbeda tetapi bila di kaji lagi menemukan satu kesamaan yaitu tidak mampu menyampaikan isi hati melalui mulut atau berbicara normal.

Dari sini muncullah berbagai macam pertanyaan mengenai tunarungu dan tunawicara ini, bagaimana tunarungu dan tunawicara ini menikah yang keduanya memiliki kekurangan yang sama ?, mereka ingin seperti orang – orang normal pada umumnya, yang bisa berumahtangga dengan baik, memiliki keturunan, memiliki rumah bahkan bekerja menjalankan tugas masing – masing sebagai suami dan istri yang menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan warohmah. Bagaimanakah keluarga cacat tunarungu dan tunawicara dalam berumahtangga ?.

Seperti apa pola kehidupan berumahtangga mereka, bagaimana mereka menjalankan peran aktifitas sehari – hari, apakah keluarga mereka bahagia, bagaimana mereka membina rumahtangga agar menjadi sakinah ?

Keluarga merupakan kelompok kecil menggambarkan dinamika masyarakat secara umum yang mempunyai tujuan satu diraih bersama – sama, tujuan berkeluarga yaituuntuk mengembangkan cinta kasih, kepribadian, kebutuhanketurunan, juga termasuk ingin bekerjasama dan merencanakan masa depan yang lebih baik, secara nyata bisa dikatakan menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warrohmah.

(23)

anggota keluarga tersebut akan selalu merasa aman, tentram, aman, damai dan bahagia (PP Aisyiah, 1989 : 5)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud mengkaji lebih mendalam dalam bentuk skripsi dengan judul: keharmonisan keluarga tunarungu dan tunawicara (Tunarungu dan Tunawicara StudiKasus di Dk. Dukuhan Ds. Doplang Kec. Jati Kab. Blora) Tahun 2017

B. Rumusan Masalah

Untuk membuat permasalahan menjadi spesifik yang sesuai dengan titik kajian, maka diperlukan rumusan masalah yang lebih fokus. Hal ini dimaksudkan agar dalampembahasanini tidak melebar dari tujuan penelitian. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, ada beberapa rumusan masalah yang dapat diambil yaitu :

1. Bagaimana proses perkawinan dan bentuk keluarga tunarungu dan tunawicara?

2. Bagaimana pasangan suami istri tunarungu dan tunawicara dalam memenuhi hak dan kewajibannya?

3. Bagaimana upaya keluarga tunarungu dan tunawicara dalam mewujudkan keluarga sakinah?

4. Bagaimana keharmonisan keluarga tunarungu dan tunawicara tunarungu dan tunawicara menurut teori sakinah dan prasakinah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(24)

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui bagaimana proses pernikahandan bentuk keluarga tunarungu dan tunawicara.

b. Untuk mengetahui bagaimana keluarga tunarungu dan tunawicara dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam rumah tangga c. Untuk mengetahui upaya keluarga tunarungu dan tunawicara dalam

kehidupan sehari – hari

d. Untuk mengetahui cara keluarga tunarungu dan tunawicara dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan warrohmah

2. Kegunaan

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini dapat menjadi literatur dalam menentukan kajian yang respek terhadap problematika rumah tangga

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi

pengembangan keilmuan pada Fakultas Syari’ah dan Hukum secara

umum dan khususnya Jurusan Al Ahwal As Syakhsiyah D. Telaah Pustaka

(25)

penelaahan terhadap skripsi lain yang mempunyai relevansi dengan masalah tersebut.

Adapun penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurul Laila dengan judul Penelitian Upaya Keluarga Autis dalam Membina Keluarga Sakinah (Studi Di Lembaga Pendidikan Autis Aldewis Kota Blitar), dengan Rumusan Masalah Upaya yang dilakukan para orang tua penderit aautis dalam membina keluarga sakinah. Dengan Hasil Penelitian Para keluarga autis dalam membina keluarga sakinah adalah Mendekatkan diri pada Allah, seperti meningkatkan ibadah dan selalu berdo’a agar rumah tangga tetap diberi ketenangan dalam menghadapi permasalahan yangadasertaslaluberusahadanberupayadengan diiringi do’a. Memenuhi hak-hak untuk anak, memenuhi hak anakadalah kewajiban orang tua serta anak sendiri adalah amanah dari Allah sehingga sudah selayaknya orang tua memenuhi hak-haknya(NurulLaila, 2009).

(26)

dan lain-lain, Sementara seoarang isteri membantu suaminya. Saling bekerja sama, saling menghargai, berusaha mengikuti selera masing-masing, manfaatkan waktu luang untuk keluarga, saling mengekang emosi, dan adanya kekuatan mental (Iis Mustamid, 2007)

E. Metode Penelitian

Metodepenelitianbermaknaseperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis dalam mencari data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya (Soejono Soekanto, 1986 : 21-22).

Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini sebagai berikut

1. Jenis penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) yang bersifat deskriptif kualitatif guna memperoleh gambaran

yang jelas dan dapat memberikan data yang detail tentang obyek yang diteliti.

2. Pendekatan penelitian.

(27)

penggunaan konsep-konsep dasar (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009 : 13-14)

3. Kehadiran Peneliti.

Dalam hal penelitian ini, peneliti hadir dilapangan sebagai peneliti. Peneliti hadir hanya meneliti keluarga tunarungu dan tunawicara dan tetangga sekitar yang diwawancarai.

4. Subjek dan Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian di Dukuh Dukuhan Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora. Alasan penelitian di Blora karena masih kerabat dengan peneliti dan kasus yang di dapatkan berada di Blora. Subjek penelitian adalah keluarga tunarungu dan tunawicara.

5. Sumber data.

Sumber data adalah keluarga tuna rungu dan tuna wicara di Dukuh Dukuhan Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora beserta keluarganya dan tetangga sekitarnya.

Tabel 1

Informan di Dukuh Dukuhan Desa Doplang Kecamatan Jati. No Nama informan Status informan

(28)

6. Metode pengumpulan data.

a. Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi, Arikunto, 1998 : 146).

Dalam observasi penelitian ini dengan terjun langsung ke lapangan yang akan diteliti. Yaitu dengan datang langsung di keluarga tuna rungudantuna wicara di Dukuh Dukuhan Desa Doplang Kecamatan Jati.

b. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh keduabelah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, Lexy , M.A. 2009 : 186) Metode ini peneliti gunakanwawancara kepada tunarungu dan tunawicara. Dengancara mengajukan pertanyaan - pertanyaan dengan dibantu orang tua tunarungu,tetangga sekitar sebagai penerjemah yang menerangkan gerakan tubuh atau isyarat lainnyakedalam bahasa verbal begitu sebaliknya.

c. Dokumentasi.

(29)

sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Setiap bahan tertulis ataupunfilm, dimanfaatkanuntuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramal

(Moleong, Lexy, M.A, 2009 : 216-217). Dokumen dalam penelitian ini adalah foto dan surat nikah.

7. Analisis data.

Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun diperoleh, dianalisa secara kualitatif dengan cara mengambarkan masalah secara jelas dan mendalam. Jenisanalisis yang akan peneliti gunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang. Metode diskripsi kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan mengambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dilapangan mengenai faktor - faktormereka menikah, bagaimana mereka mencari nafkah, serta bagaimana upaya keluarga tunarungu dan tunawicaradalam membina keluarga sakinah mawaddah dan warrohmah untuk kemudian di komparasikan.

8. Pengecekan keabsahan data.

(30)

penelitian (Moleong, Lexy , M.A. 2009 : 330). Untuk melakukan triangulasi yaitu keterangan informan dicek dengan informan lainnya,kemudian keterangan informan dicek dengan observasi dan dokumentasi.

9. Tahap-tahap penelitian.

Adapun prosedur atau tahap penelitian yang peneliti lakukan dalam penelitian ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

a. Tahapsebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang keluarga tuna rungu dan tuna wicara diDukuh Dukuhan Desa Doplang Kecamatan Jati dan menyusun proposal.

b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan dokumentasi.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang akan diteliti.

(31)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika skripsi ini disusun ke dalam lima bab.

Bab pertama adalah pendahuluan yang meliputi abstrak, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab dua berisi kajian pustaka yang terdiri: Tinjauan Umum tentang keluarga, bentuk keluarga, tinjauan tentang tunarungu dan tunawicara tinjauan umum tentangkeluarga sakinah.

Bab tiga adalah hasil penelitian yang meliputi: berisi tentang hasil penelitian yang memuat faktor-faktor mereka menikah, bagaimana mereka melakukan komunikasi, bagaimana mereka mencari nafkah, serta bagaimana upaya keluarga tunarungu dan tunawicara membina keluarga sakinah mawaddah dan warrohmah di Dukuh DukuhanDesa Doplang Kecamatan Jati.

(32)

BAB II

TINJAUANUMUM UPAYA KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA SERTA KELUARGASAKINAH,

MAWADDAH, WARROHMAH

A. Tinjauan umum tentang perkawinan. 1. Pengertian Pernikahan atau Perkawinan

Pernikahan adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela dan keridhaan ke

dua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhai oleh Allah (Ahmad ashar basyir, 2009.12).

2. Tujuan perkawinan.

(33)

Apabila kecenderungan ini disalurkan sesuai dengan aturan Islam maka yang tercapai adalah ketenangan dan ketentraman, karena makna lain dari sakinah adalah ketenangan. Ketenangan dan ketentraman ini yang menjadi salah satu dari tujuan pernikahan atau perkawinan.Karena pernikahan adalah sarana efektif untuk menjaga kesucian hati agar terhindar dari perzinahan (Ahmad ashar basyir, 2009.15).

3. Rukun perkawinan

a. Pengantin lelaki (Suami) 1.) Islam

2.) Lelaki yang tertentu

3.) Bukan lelaki mahram dengan bakal isteri

4.) Mengetahui wali yang sebenar bagi akad nikah tersebut 5.) Bukan dalam ihram haji atau umrah

6.) Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

7.) Tidak mempunyai empat orang isteri yang sah dalam satu masa 8.) Mengetahui bahawa perempuan yang hendak dikahwini adalah sah

dijadikan isteri

b. pengantin perempuan (Isteri) 1.) Islam

2.) Perempuan yang tertentu

3.) Bukan perempuan mahram dengan bakal suami 4.) Bukan seorang khunsa

(34)

6.) Tidak dalam idah 7.) Bukan isteri orang

c. Wali

1.) Islam, bukan kafir danmurtad 2.) Lelaki dan bukannya perempuan 3.) Baligh

4.) Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan 5.) Bukan dalam ihram haji atau umrah

6.) Tidak fasik

7.) Tidak cacat akal fikiran,gila, terlalu tua dan sebagainya 8.) Merdeka

d. Dua orang saksi lelaki 1.)Islam

2.)Berakal 3.)Baligh 4.)Lelaki

5.)Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul 6.)Dapat mendengar, melihat dan bercakap

(35)

e. Merdeka

f. Ijab dan kabul (akad nikah)

1.) Pernikahan nikah ini hendaklah tepat

2.) Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran 3.) Diucapkan oleh wali atau wakilnya

4.) Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak perkahwinan(ikatan suami isteri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah mutaah)

5.) Tidak secara taklik (tiada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafazkan) 6.) Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab

7.) Tiada perkataan sindiran

8.) Dilafazkan oleh bakal suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)

9.) Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut’ah(seperti nikah kontrak)

10.)Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu qabul dilafazkan)

11.)Menyebut nama bakal isteri

12.)Tidak diselangi dengan perkataan lain

(36)

bahwa mengungkapkan ijab kabul dengan tulisan bagi orang bisu lebih diutamakan. Hal ini karena tulisan lebih jelas dan lebih dapat dipahami. Meski demikian, Hanabilah tetap membolehkan orang bisu melafalkan ijab kabul dengan isyarat, walaupun ia bisa menulis dan membaca.

Para fuqaha sepakat bahwa akad nikah dengan isyarat hanya diperbolehkan bagi orang bisu dan tuli, selama isyarat tersebut dapat dipahami oleh saksi dan orang lain.

Madzhab Syafi’iberpendapat bahwa bahasa tulisan lebih diutamakan dibandingkan dengan bahasa isyarat. Tulisan kedudukannya sama dengan ungkapan dengan kata-kata. Maliki dan Hanabilah mengatakan bahwa lafal ijab kabul dengan isyarat atau tulisan mempunyai kedudukan yang sama. Artinya tidak ada yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya.Hanafi mengatakan tulisan lebih baik dari isyarat, karena tulisan lebih dipahami oleh orang lain(Ahmad ashar basyir, 2009.28).

4. Syarat sah perkawinan a. Islam

b. Lelaki yang tertentu

c. Bukan lelaki mahram dengan bakal isteri

d. Mengetahui wali yang sebenar bagi akad nikah tersebut e. Bukan dalam ihram haji atau umrah

f. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

(37)

Mengetahui bahawa perempuan yang hendak dikahwini adalah sah dijadikan isteri(Ahmad ashar basyir, 2009.24).

B. Tinjauan Umum tentang keluarga. 1. Pengertian keluarga.

Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.Keluargamenjadi tempatpertama seseorang yang memulai kehidupannya. Keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu, maupun anak. Hubungan tersebut terjadi antar anggota keluarga sehingga saling berinteraksi. Dengan adanya interaksi maka akan terjadi hubungan yang akrab yang akan terjalin di dalam keluarga, dan dalam kehidupan yang normal maka lingkungan yang pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua, saudara-saudaranya serta mungkin kerabat lain yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itu anak mulai mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan keluarga itulah seorang anak akan mengalami proses sosiolisasi awal.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Undang-Undang No. 10 Tahun 1992).

(38)

Keluarga ini merupakan community primer yang paling penting dalam masyarakat, karena hubungan antara para anggotanya sangat erat dan kekal. Oleh karena itu, keluarga tersebut mempunyai sifat-sifat dan ciri : a. Memiliki ikatan batin dan emosional.

Artinya di antara para anggota memiliki rasa kasih sayang dan kecintaan yang mendalam, termasuk kebanggaan terhadap eksistensinya.

b. Memiliki hubungan darah.

Artinya, setiap anggota keluarga tersebut berada dalam satu jalur keturunan kecuali suami dan isteri yang berasal dari garis keturunan yang berbeda.

c. Memiliki ikatan perkawinan.

Artinya, pasangan pria wanita yang membentuk keluarga diikat oleh perkawinan yang sah (menurut agama dan pemerintah), sehingga secara resmi mereka telah menjadi pasangan suami isteri. Perkawinan ini bisa indogami, yakni kawin dengan golongannya sendiri, atau eksogami, yaitu kawin di luar golongan sendiri.

d. Mempunyai kekayaan keluarga.

Artinya, keluarga pasti mempunyai harta benda untuk kelangsungan para anggotanya.

e. Memiliki tempat tinggal.

(39)

f. Memiliki tujuan.

Artinya, setiap keluarga pasti memiliki tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai seperti meneruskan keturunan, menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.Setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sendiri-sendiri (Wiwik Toyo Santoso Dipo, 2009 : 15-16)

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah sebuah unit terkecil yang terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, adopsi yang kemudian berinteraksi antara satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial yang mempunyai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.

2. Bentuk-bentuk keluarga.

Keluargadi bagimenjadibeberapa bentuk berdasarkan jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan.

a. Berdasarkan jenis perkawinan.

1. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri.

(40)

b. Berdasarkan pemukiman.

1. Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami

2. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri

3. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri. (suharmini,2007: 3)

c. Berdasarkan jenis anggota keluarga.

1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.

2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti di tambahkan dengan sanak saudara, misalkan kakak, nenek, keponakan dan lain-lain.

3. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebuh dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

(41)

d. Berdasarkan kekuasaan.

1. Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.

2. Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.

3. Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu. (suharmini, 2007 : 4)

C. Hak dan kewajiban suami istri.

Setelah berlangsung pernikahan, resmilah kedua mempelai itu menjadi suami - istri yang terikat oleh kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan. Apabila dibagi maka terdapat tiga jenis utama kewajiban suami-istri, yaitu: 1) Kewajiban suami terhadap istri. 2) Kewajiban istri terhadap suami. 3) Kewajiban suami-terhadap keluarga. Pembahasan ketiganya ini akan diuraikan secara umum yaitu : (Mangunso, frieda, 2009: 88)

1. Kewajiban Suami terhadap Istri

a. Suami berkewajiban mendidik dan mengajar istri untuk melaksanakan segala perintah Allah SWT .dan menjauhi semua larangan-Nya, serta mendidik untuk berprilaku mulia.

b. Memberi nafkah lahir (sandang, pangan dan perumahan) dan batin dengan halal serta sebaik-baiknya sesuai dengan kesanggupan suami. c. Bersikap kepada istri seperti yang ia inginkan, selama tidak

(42)

d. Bergaullah dengan istri secara baik.

e. Jangan bertindak sewenang-wenang. Ajaklah bermusyawarah, dan jika pendapat anda benar arahkan ia pada pendapat anda yang benar arahkan ia pada pendapat secara halus.

f. Jangan berbuat kasar terhadap istri, apalagi sampai memukul dan mencaci. Sabda Rasulullah.

g. Berpakaianlah yang wajar untuk menyenangkan hati istri.

h. Membantu pekerjaan sehari-hari istri seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW. terhadap istrinya. Aisah ra.

i. Apabila suami tidak mampu atau tidak berkesempatan mengajarkan agama kepada istrinya untuk menuntut ilmu agama atau ilmu/ keterampilan lain yang berguna bagi pembinaan dirinya atau keluarganya; selama dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam serta tidak melalaikan tugasnya sebagai istri dan menjaga kehormatan dirinya.

j. Apabila suami mempunyai istri lebih dari satu maka ia harus berlaku adil secara lahir dan batin kepadaistri-istrinya.

k. Tidak membuka rahasia dan keburukan istri serta rahasia hubungan intim suami-istri kepada orang lain.

(43)

2. Kewajiban Istri terhadap Suami

a. Taat dan patuh kepada suami selama suaminya menyturuh dalam hal kebenaran sesuai ajaran Islam.

b. Istri tidak boleh menolak ajakan suami untuk “berhubungan intim”. c. Ridla dengan hasil jerih payah suami dalam bekerja/mencari nafkah

dan tidak menuntut suami secara berlebihan atau di luar batas kemampuan suaminya.

d. Menjaga harta suami. Maksudnya istri tidka boleh membelanjakan atau menghadiahkan harta suami tanpa seizinnya.

e. Mengatur urusan rumah tangga dan turut serta mendidik anak-anaknya.

f. Menjaga dan memelihara kehormatan suami, anak dan seluruh isi rumahnya.

g. Menahan pandangan, merendahkan suara, tidak berbuat bruruk,

isannya tidak membicarakan yang munkar dan tidak berbuat bid’ah.

h. Bergaul dengan karib kerabat atau saudara dari pihak suami dan pihak istri dengan pergaulan yang baik serta berakhlak mulia.

(44)

3. Kewajiban Suami-Istri terhadap Keluarga

Kewajiban suami-istri yang harus dilakukan secara bersama-sama terhadap diri dan keluarganya adalah :

a. Mempunyai niat yang ikhlas dalam berkeluarga. Harus diniatkan bahwa berkeluarga itu adalah ibadah dan mengikuti sunah Rasulullah, sehingga apapun/kewajiban yang dilakukan senantiasa ikhlas, tidak merasa terpaksa apalagi dipaksa.

b. Menerima keadaan dan hasil usaha masing-masing secara jasmani dan rohani. Namun demikian harus tetap diupayakan (baik oleh masing-masing maupun secara bersama) agar kelebihannya itu bisa tetap dipertahankan, dan kelemahannya dikurangi.

c. Saling membantu dalam menunaikan tugas dan kewajiban. Misalnya apabila penghasilan suami dirasakan belum mencukupi, maka istri diperbolehkan untuk mencari penghasilan tambahan, selama dilaukan secara halal, ikhlas, tetap terhormat dan taat kepada suami, serta tidak mengabaikan kehormatan keluarga dan tugasnya sebagai istri. Lebih baik lagi apabila istri mencari/ mendapatkan penghasilan tambahannya itu dengan tetap berada di dalam rumah, misalnya menjahit, berdagang dan sebagainya. Begitu suami harus bersedia untuk membantu tugas-tugas istri, selama ada kesempatan dan berkemampuan melaksanakan d. Membiasakan berkomunikasi dengan baik. Bersikap jujur dan terbuka

terhadap suami/istri. Bicarakan dan selesaikan setiap permasalahan

(45)

wa jadda” (siapa bersungguh-sungguh, dia akan berhasil) begitu kata pepatah Arab. Biasakan pula untuk hidup sehat, hemat, cermat dan manfaat di keluarga.

e. Hidupkan suasana keagamaan dalam keluarga. Mulailah, didiklah, dan hidupkanlah ajaran Islam dalam keluarga kita, misalnya dengan

membiasakan shalat berjamaah, membaca Al Qur’an bersama, berkata

dan bersikap yang sopan, ramah dan berakhlak mulia. Menyantuni kaum duafa, saling menasihati dalam kebenaran dan takwa serta menegur/ mengingatkan apabila ada yang salah dan lain sebagainya. Apabila semua kewajiban itu; baik sebagai suami, istri ataupun bersama, dilakukan dengan baik dan ikhlas, ditambah dengan prilaku anak-anaknya yang shalih; maka akan terwujudlah keluarga yang tenteram, penuh cinta dan kasih-sayang , sehingga kita merasa betah di

dalamnya seperti kata Rasulullah, “Baiti jannati” rumahku adalah

surgaku.(mangunso, freida, 2009: 89)

D. Keluarga Sakinah

1. Pengertian keluarga sakinah

(46)

bahasa adalah tenang atau tentram. Keluarga Sakinah berarti keluarga yang tenang, damai dan tidak banyak konflik, dan mampu menyelesaikan problem-problem yang dihadapi (WJS. Poerwadarminta, 1995 : 675).

b. Keluarga sakinah

Adalah keluarga yang setiap anggota keluarga senantiasa mengembangkan kemampuan dasar fitrah kemanusiaannya, dalam rangka menjadikan dirinya sendiri sebagai manusia yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan sesama manusia dan alam, sehingga oleh karenanya setiap anggota keluarga tersebut akan selalu merasa aman, tentram, damai dan bahagia (PP Aisyiah, 1989 : 5).

Keluarga sakinah berarti pula keluarga yang bahagia ataujuga keluarga yang diliputi rasa cinta-mencintai (mawadah) dan kasih sayang (warohmah).

Dasar pembentukan keluarga terdapat dalam firman Allah :

Artinya:Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-ruum : 21).

(47)

Sehingga pintunya telah tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir batin yangdatang dari pasangan.

Sedangkan rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul dalam hatiakibat menyaksikan ketidakberdayaan, sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu dalam kehidupan rumah tangga, masing-masing suami istri akan bersusah payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya, serta menolak segala yang mengganggu dan mengeruhkannya. Banyak pasangan suami istri mengharapkan kebahagiaan pernikahan mereka seakan-akan kebahagiaan itu suatu keberuntungan yang pasti datang pada saatnya (Hasbiyallah, M. Ag., 2015 : 69-70).

Keluarga sakinah adalah keluarga yang penuh kebahagiaan yang terlahir dari usaha keras pasangan suami istri dalam memenuhi kewajiban, baik kewajiban perorangan maupun kewajiban bersama. Hukum pernikahan disyariatkan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin sebagaimana Allah dan rasulnya telah menuntun kita untuk mencapai kebahagiaan tersebut.

Dalam keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah terdapat lima karakter kebahagiaan yaitu:

a. Kebahagiaan spiritual.

(48)

dan dalam momen-momen tertentu memenuhi anjuran Allah dan Rasulnya untuk melaksanakan secara bersama seperti shalat

berjama’ah, membaca AlQur’an, puasa sunnah , maka kehidupan rumah tangga inidihiasi oleh suasana religius dan aura spiritual yang kental. Kebahagiaan spiritual ini menjadi kunci keberhasilan dalam menggapai kebahagiaan-kebahagiaan lainnya.

Namun dalam kehidupan keluarga modern ini lebih mengesampingkan atau bahkan menganggap tidak penting dalam kebahagiaan spiritual ini. Sehingga menyebabkan fenomena-fenomena hancurnya suatu keluarga seperti perselingkuhan para suami, ketidakpatuhan seorang istri dan anak-anak yang bergaul dengan bebas.

Untuk menggapai kebahagiaan yang spiritual ini, suatu keluarga hendaknya melakukan kewajiban-kewajiban kepada Allah dan

Rasulnya seperti shalat, membaca alqur’an serta aktifitas lain yang

bernilai ibadah. Sehingga keluarga ini akan meraih keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah. (hasbiyallah, M. Ag.,2015: 73). b. Kebahagiaan seksual.

Sudah menjadi fitrahnya dalam kehidupan rumah tangga, suami istri ingin meraih kepuasan seksual. Bahkan hubungan seksual ini dihukumi sebagai sedekah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

...

Dan dalam budh’i (hubungan suami istri) salah seorang di antara

(49)

c. Kebahagiaan finansial.

Keluarga yang bahagia secara finansial adalah terpenuhinya segala kebutuhan keluarganya dari mulai kebutuhan terkecil sampai kebutuhan besar. Maksudnya suami sebagai pemimpin keluarga wajib mencukupi kebutuhan nafkah istri dan anak-anaknya dengan berbagai usaha yang halal. Kebahagiaan finansial ini meliputi kebutuhan asasi seperti sandang, pangan dan papan (Hasbiyallah, M. Ag., 2015 : 73) d. Kebahagiaan moral.

Kebahagiaan moral meliputi sikap-sikap baik yang dilakukan oleh setiap individu dalam keluarga. Seperti sikap suami dalam

memperlakukan istri dengan ma’ruf. Istri juga wajib bersikap hormat

dan patuh terhadap suami.(Hasbiyallah, M. Ag., 2015: 74) e. Kebahagiaan intelektual.

Untuk menjalani hidup yang sebaik-baiknya menurut tolok ukur islam, juga mampu mengatasi berbagai masalah dengan cepat dan tepat dalam suatu problematika rumah tangga, maka keluarga perlu pengetahuan pemikiran dan hukum-hukum islam pada pasangan suami-istri. Dengan demikian keluarga akan merasakan suatu kebahagiaan karena hidup akan terasa terkendali karena adanya pengetahuan.( Hasbiyallah, M. Ag., 2015: 78).

2. Dasar-dasarkeluarga sakinah.

(50)

bintang-bintang adalah perhiasan langit, maka rumah tangga adalah perhiasan sebuah keluarga. karena pada rumah tangga ada unsur keindahan, kebanggaan, dan kebersamaan dengan orang-orang tercinta. Sebab dengan keluargalah kenikmatan abadi bisa diperoleh manusia.

Untuk mewujudkan keluarga sakinah, hendaknya seseorang dapat memilih calon suami/istri yang berakhlak mulia dan mengutamakan agamanya. Sebab agama merupakan faktor yang penting dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah saw menyarankan dalam hal memilih calon istri dengan petunjuk empat kriteria, yaitu:

a. Karena kekayaannya. b. Karena keturunannya. c. Karena kecantikannya. d. Karena agamanya.

Islam telah menganjurkan dalam memilih istri bahwa agama seorang wanita harus lebih diutamakan dari pada faktor-faktor yang lainnya(kekayaan, keturunan, kecantikan). Karena kebaikan agama seorang wanita sangat mempengaruhi kebajikan keluarganya (Hasbiyallah, M. Ag., 2015 : 79).

(51)

diusahakan mendapatkannya dengan sungguh-sungguh. Adapun yang dimaksud dengan sholihah adalah hidup mematuhi agama, bersikap luhur, menghormati hak-hak suami dan melaksanakan kewajibannya serta memelihara anak-anaknya dengan baik(Sayyid Sabiq, 1997 : 29).

Untuk memilih suami yang saleh juga penting demi kokohnya dasar kehidupan berumah tangga. Jika hal tersebut terpenuhi maka besar kemungkinan akan tercapai tingkat sosial yang baik, tingkat ekonomi yang mapan, tingkat pengetahuan yang tinggi dan yang paling penting bahwa suami yang saleh dapat melindungi hak dan kepentingan istri.

3. Kriteria keluarga sakinah.

Agar tujuan perkawinan dapat tercapai yaitu menjadi keluarga yang sakinah,ada kriteria-kriteria tertentu. Adapun menurut Kemenag RI Kementerian Agama menyatakan kriteria-kriteria tersebutsebagai berikut: a. Keluarga pra sakinah.

Keluarga prasakinah adalah keluarga–keluargadibentuk bukan melaluiperkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan meterial (basic need) secara minimal, seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, papan dan pangan. (kemanag RI Kementrian agama, 2011: 17)

b. Keluarga sakinah I.

(52)

psikologisseperti kebutuhanpendidikan, bimbingan keagamaan dan keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya.( kemanag RI Keamantrian agama, 2011: 17 )

c. Keluarga sakinah II.

Keluarga sakinah II adalah keluarga-keluargadibangun atas perkawinansah, dapat memenuhi kebutuhan kehidupan, mampu memahamipelaksanaan ajaran agama dan mampu melaksanakan bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah, infaq, zakat, amal jariyah menabung dan sebagainya.(Kemanag RI Kementrian Agama, 2011: 18)

d. Keluarga sakinah III.

Keluarga sakinah III adalah keluarga–keluargadapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlakul karimah sosial psikologis dan pengembangan keluarganya tetapi belum mampu menjadi suri teladan bagi lingkungannya.(Kemenag RI Kementrian agama, 2011 : 18)

e. Keluarga sakinah III plus.

(53)

pengembangannya serta dapat menjadi suri teladan bagi lingkungannya(Kemenag RI Kementrian Agama, 2011: 18)

Untuk mengukur keberhasilan progam keluarga sakinah tersebut di tentukan tolok ukur umum masing-masing tingkatan. Tolok ukur inidapat di kembangkan sesuai situasi dan kondisi di sekitarnya. Adapun tolok ukur umum tersebutsebagai berikut:

1. Keluarga pra sakinah.

a) Keluargadibentuk melalui perkawinantidak sah

b) Tidak sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku c) Tidak memiliki dasar keimanan

d) Tidak melakukan salat wajib e) Tidak mengeluarkan zakat fitrah f) Tidak menjalankan puasa wajib

g) Tidak tamat SD, dan tidak dapat baca tulis h) Termasuk kategori fakir dan atau miskin i) Berbuat asusila

j) Terlibat perkara-pekara kriminal. (kemanag RI Kementran Agama, 2011: 18)

2. Keluarga sakinah I.

a) Perkawinan sesuaiperaturan syariat dan undang-undang nomor 1 tahun 1974

(54)

c) Mempunyai perangkat salat, sebagai bukti melaksanakan salat wajib dan dasar keimanan

d) Terpenuhi kebutuhan makanan pokok e) Masih sering meninggalkan salat f) Jika sakit sering pergi ke dukun g) Percaya pada takhayul

h) Tidak datang di pengajian atau majelis ta’lim

i) Rata-rata keluarga tamat atau memiliki ijazah SD. (kemenag RI Kementrian Agama, 2011: 19)

3. Keluarga sakinah II.

Memiliki kriteria keluarga sakinah I, serta keluargahendaknya: a) Tidak terjadi perceraian, kecuali sebab kematian atau hal

sejenis lainnya yang mengharuskan terjadinya perceraian itu b) Penghasilan keluarga memiliki kebutuhan pokok, sehingga

bisa menabung

c) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SLTP d) Memiliki rumah sendiri meskipun sederhana

e) Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan sosial keagamaan

(55)

g) Tidak terlibat perkara kriminal, judi, mabuk, prostitusi dan perbuatan amoral lainnya.( kemenag RI Kementrian Agama, 2011: 19).

4. Keluarga sakinah III.

Memenuhi kriteria keluarga sakinah II, keluarga tersebut hendaknya:

a) Aktif dalam upaya meningkat kegiatan dan gairah keagamaan di masjid-masjid maupun keluarga

b) Keluarga aktif dalam pengurus kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan

c) Aktif memberikan dorongan dan motifasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan masyarakat pada umumnya

d) Rata-rata keluarga memiliki ijazah SMA ke atas e) Mengeluarkan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf f) Meningkatkan pengeluaran qurban

g) Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar, sesuai tuntunan agama dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (Kemenag RI Kementrian Agama, 2011: 20)

5. Keluarga sakinah III plus.

(56)

a) Keluarga telah melaksanakan ibadah haji dan memenuhi kriteria haji mabrur

b) Menjadi tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh organisasi yang di cintai oleh masyarakat dan keluarganya

c) Mengeluarkan zakat, infaq, shadaqah, jariyah, wakaf meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif

d) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat sekelilingnya dalam memenuhi ajaran agama

e) Keluarga mampu mengembangkan ajaran agama f) Rata-rata anggota keluarga memiliki ijazah sarjana

g) Nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah tertanam dalam kehidupan pribadi dan keluarganya

h) Tumbuh berkembang perasaan cinta kasih sayang secara selaras, serasi dan seimbang dalam anggota keluarga dan lingkungannya

i) Mampu menjadi suri teladan masyarakat sekitarnya. (Kemenag RI Kementrian Agama, 2011: 21)

4. Bekal meraih keluarga sakinah.

Suami istri harus melakukanupaya yang dapat mendorong tercapainya cita-cita keluarga sakinah. Secara singkat dapat dikemukakan upaya ditempuh suami istrimelalui :

(57)

Diantara suami istri hendaknya saling memahami dan mengerti tentang keadaan masing-masing, baik secara fisik maupun mental, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

b. Saling menerima kenyataan.

Suami istri sadar jodoh, rejeki dan mati itu dalam kekuasaan Allah, tidak dapat dirumuskan secara matematis.Namun kepada kita manusia diperintahkan untuk melakukan ikhtiar.Hasilnya barulah merupakan suatu kenyataan yang harus diterima, termasuk keadaan suami/istri merima secara tulus ikhlas.

c. Saling menyesuaikan diri.( BKKBN,2011: 10 )

Penyesuaian dari dalam keluarga berarti setiap anggota keluarga berusahadapat saling mengisi kekurangann menerima dan mengakui kelebihanorang lain dalam lingkungan keluarga.

d. Memupuk rasa cinta.

Suami istri berupaya memupuk rasa cinta dengan saling menyayangi, mengasihi, menghormati serta saling menghargai dan penuh keterbukaan.

e. Melakukan azas musyawarah.

Sikap musyawarah antara suami dan istri adalah tindakan harus dilakukan.Sikap terbuka, lapang dada, jujur, mau menerima dan memberi serta sikap tidak mau menang sendiri dari pihak suami maupun istri.

(58)

Suami istri harus bersikap saling memaafkan atas kesalahan masing-masing. Hal ini penting tidak jarang soalkecil dan sepelemen jadi sebab terganggunya hubungan suami istri, menjadikan perselisihan berkepanjangan.

g. Berperan serta untuk kemajuan bersama.

Masing-masing suami istrisaling membantu pada setiap usaha untuk peningkatan dan kemajuan bersama yang pada gilirannya menjadi kebahagiaan keluarga (BKKBN, 2011 : 10-11)

5. Problematika Yang Muncul Dalam Keluarga.

Upaya membina keluargadidalamnya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan itu,membina keluarga sakinah, ada beberapa hal yang dicegah atau dihindari, diantara lain :

a. Membuka rahasia pribadi

Rahasia pribadi, lebih-lebih yang menyangkut aib dan kekurangan suami mauppun istri termasuk keluarga dari suami istri, tidak perlu dibukakan atau dikatakan kepada orang lain.

b. Cemburuberlebihan.

(59)

c. Rasa dendam, iri hati dan dengki

Dendam yang berkepanjangan, apalagi tidak jelas ujung pangkalnya, merupakan sifatamat tercela.Saat kita melihat kebaikan atau kelebihan seseorang, tidak seharusnya menjadi iri hati dan dengki, tetapi jadilah manusia yangmawas diri, mensyukuri nikmat Ilahi serta berdoa kepada- Nya.

d. Judi dan minuman keras.

Judi perbuatan sia-sia dan membahayakan kehidupan keluarga. Seorang penjudi selalu lalai dalam tugas dan tanggung jawab, baik kepada Allah Swt, keluarga dan masyarakat.

e. Pergaulan bebas tanpa batas.

Pergaulan suatu kebutuhan. Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Pergaulan bebas tanpa batas yang menyangkut hubungan priadan wanita, akan menjurus kepada gangguan kebahagiaan keluarga. Segala bentuk perbuatan mengarah pada zina harus dijauhi. Jagamata kepala dan mata hati, lisan dan badan dari perbuatan zina. f. Kurang menjaga kehormatan diri.

(60)

Dari teori di atas, dapat disimpulkan dalam kehidupan berkeluarga biasanyapaling utama menjadimasalah yang muncul dalam keluarga tersebutsebagai berikut:

a. Cemburu.

Cemburu adalah perasaan tidak senang terhadap hal yang dilakukan oleh seseorang yang dicintai karena dinilai mengabaikan kepentingan dirinya. Semua orang akan menaruh cemburu apabila yang dimilikinya itu akan diambil atau dirampas orang. Cemburu bisa menjadi faktor awalnya permusuhan antara suami istri. Karena itu, suami atau istri harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang menimbulkan kecemburuan, baik berupa ucapan, perbuatan dan sebagainya

b. Ekonomi.

Kesetabilan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh kelancaran ekonomi. Segala kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi jika ekonominya lancar. Kericuhan rumah tangga sering terjadi yang kadang diakhiri dengan perceraian. Dalam hal ini disebabkan ekonomi lancar.

c. Selingkuh.

(61)
(62)

BAB III

PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN KELUARGA TUNARUNGU DAN TUNAWICARA

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian.

a. Kondisi geografis dan lingkungan alam.

Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora terletak di dataran rendah. Desa Doplang merupakan salah satu dari 12 desa yang terletak di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Desa Doplang memiliki bentangan wilayah yang luas yaitu 839,8 Ha. Dusun yang ada di Desa Doplang berjumlah 10 dusun, yaitu Dusun Doplang, Dusun Dukuhan Kidul, Dusun Dukuhan Lor, Dusun Klatak Lor, Dusun Klatak Kidul, Dusun Ngasem, Dusun Balongkal, Dusun Ngasem Tanggung, Dusun Nggrogol, Dusun Ngglonggong.

(63)

Secara geografis, Desa Doplang memiliki batas administrasi sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa GrogolKecamatan Kunduran. b. Sebelah selatan : Desa Jati

c. Sebelah timur : Desa Randulawang d. Sebelah barat :DesaGabusan

(Sumber: Monograf Desa DoplangKecamatanJatiKabupatenBlora ). b. Keadaan penduduk.

Jumlah penduduk Desa Doplang adalah 4.232 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 2.106 serta wanita berjumlah 2.126. Kelompok umur wanita dan laki-laki di Desa Doplang hampir sama, dapat menunjukkan adanya kecenderungan dan kesempatan untuk membantu dan berupaya memenuhi kebutuhan keluarga baik ranah domestic maupun ranah public. (sumber : Monograf Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora).

(64)

c. Pendidikan.

Fasilitas pendidikan di Desa Doplang sudah tergolong maju. Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Doplang meliputi:

Tabel 3

Fasilitas Pendidikan Desa Doplang

No Nama fasilitas Jumlah

1 TK 8

2 MI 2

3 SD 10

4 MTs 2

5 SMA/MA/SMK 8

(Sumber:Observasi penelitian di Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora 2016 )

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Doplang rata-rata sudah lulusan SMA dan juga sebagian sudah ada yang sarjana, hal ini berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga yang rendah pula.

d. Mata pencaharian.

(65)

dalam suatu proses pembangunan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing individu, yang mana cukup berpengaruh pada perekonomian itu sendiri.

Sesuai dengan geografisnya, sebagian besar masyarakat Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora bermata pencaharian sebagai petani, buruh kebun. Dan sebagian lainnya bermata pencaharian sebagai pegawai negeri, pedagang dan wirausaha. Kalau dilihat dari penghasilannya kebanyakan dari mereka adalah masyarakat kelas ekonomi menengah dan ekonomi rendah.

Tabel 4

Mata Pencaharian Penduduk Desa Doplang

No Pekerjaan Jumlah

1 Belum/tidak bekerja 852

2 Mengurus rumah tangga 200

3 Pelajar/mahasiswa 555

4 Pensiunan 14

5 Pegawai Negeri Sipil 25

6 Tentara Nasonal Indonesia 2

7 Kepolisian RI 4

8 Perdagangan 3

9 Petani/pekebun 1.180

10 Peternak 1

16 Buruh nelayan/perikanan 2 17 Tukang las/pandai besi 1

18 Tukang jahit 1

19 Seniman 1

(66)

21 Dokter 1

(Sumber : Dokumentasi jumlah penduduk Desa Doplang berdasarkan pekerjaan tahun 2016)

e. Kehidupan sosial-ekonomi keagamaan.

Dalam masalah keagamaan di Desa Doplang cukup baik. Setiap minggu ada pengajian per RT, kemudian setiap tahun ada pengajian akbar. Meskipun ada beberapa penduduk Desa Doplangyang beragama selain islam, namun dalam hal kepercayaan para penganut agama lain itu saling menghormati dan menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Hal ini membuktikan jika kepercayaan keagamaan di Desa Doplang sangat kuat. Berikut tabel jumlah penduduk berdasarkan agama.

Tabel 5

Jumlah penduduk berdasarkan agama

No RW Islam Kristen katolik Kepercayaan

(67)

9 RW 09 378

Total 4.232

Dalam masalah sosial di desa doplang sangat baik. Hubungan antar tetangga sangat terjaga. Kegiatan yang berkaitan dengan sosial dan gotongroyong sangat baik dan kompak. jarang terdengar adanya permasalahan antar tetangga dan desa-desa lain. Desa doplang termasuk desa yang sangat menjunjung tinggi kirukunan sosial antar tetangga maupun masyarakat lain.

Dari sisi ekonomi inilah desa doplang termasuk desa yang mayoritas masyarakatnya berpengasialan rendah, karena rata-rata mereka petani disamping itu tingkat pendidikan yang kurang. Perekonomian di desa dopalang rata-rata menengah kebawah.

B. Profil keluarga Tuna Rungu dan Tunawicara

1. Pasangan suami istri keluarga tunarungu dan tunawicara (pak KN dan bu SW).

(68)

yang sangat jauh dari kota. Ia saat ini berusia 34 tahun, Pendidikan pak KN hanya sampai tamat SMPLB. Karena merasa memiliki kekurangan dalam dirinya Pak KN ini membatasi diri dalam pergaulan karena sedikit yang mengerti akan bahasa isyaratnya hanya tetangga dekat dan mereka yang bergaul sejak lahir mengetahui arti gerakan tubuh atau mimic muka yang ia sampaikan. Penyandang tunarungu dan tunawicara merasakan sulitnya memperoleh pekerjaan. Di Indonesia, pihak-pihak yang mempekerjakan tunarungu dan tunawicara masih sangat sedikit. Penyandang tunarungu dan tuna wicara dipandang tidak mampu mengemban tanggung jawab, bahkan dianggap menyusahkan sejawatnya di tempat pekerjaan, karena kekurangan yang dimilikinya terutama dalam berkomunikasi. Pekerjaan yang mampu dikerjakan oleh tunarungu dan tunawicara sangat terbatas. Pekerjaan yang menuntut ketajaman pendengaran dan berkomunikasi,sangat sulit dilakukan oleh penyandang tunarungu dan tunawicara. Beberapa pekerjaan yang mungkin dapat dilakukan penyandang tunarungu dan tunawicara adalah berwirausaha (jika memiliki cukup modal). Menyadari kekurangannya pak KN mendapat saran dan masukan yang disampaikan dengan santun oleh orang tuanya agar tidak menyingung perasaannya dari teman – temannya untuk belajar satu keterampilan yang kelak bias dijadikan modal untuk membuka usaha sebagai mata pencaharian.Dan akhirnya diambil keterampilan potong rambut sebagai pilihannya.

(69)

Dengan modal keterampilan yang dimilikiserta modal usaha yang di berikan oleh orang tua kemudian membuka kios potong rambut sederhana yang berada didepanrumah orang tuanya, yang Nampak sepertifoto di bawahini.

Kios Potong Rambut

(Dokumentasi, 03Februari 2017)

Iniseorang wanita yang memiliki kekurangan diri yaitu tunarungu dan tunawicara, lahirkan di Blora, 23 Juni 1988, dengan beralamatkan di jalan Blora, Ngelo Rt. 03 Rw. 08 NgeloCepuBlora.

(70)

rasa bersalah, orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan, sehingga kemandirian anak sangat kurang.

Riwayat pendidikan hanya sampai SDLB yang kebetulan berada di daerah Cepu jarak tempuh dari rumah Bu SW 30 menit. Lingkungan dukuh Bu SW ini masyarakatnya termasuk ekonomi menengah keatas dengan mata pencaharian sebagai pedagang, pengusahadan PNS dan rumahnya sudah meniru perumahan kota besar mengutamakan kenyamanan, keindahan dan keamanan, sedangkan Bu SW iniberasal dari keluarga yang sangat sederhana. (Wawancara dengan bu SW dibantu oleh ibu pak KN sebagai penerjemah, 03Februari 2017)

Ibu SW ini sebenarnya sudah memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Rama yang saat ini sudah berumur 8 tahun. Rama ini anak hasil pernikahan ibu SW yang pertama. Dulu ibu SW menikah dengan laki-laki normal dan memiliki seorang anak yang normal. Namun Rama sekarang ini tinggal dengan neneknya di Cepu dengan alasan bu SW dan pak KN merasa kesulitan untuk mendidik anaknya dengan keadaan yang keduanya tidak berbicara, oleh karena itu kami tidak dapat bertemu dan memiliki foto anaknya karena tidak tinggal satu rumah.

(71)

sama-sama memiliki kekurangan yang sama. Berselang satu munggu pak KN mau untuk menikahi bu SW meskipun pak KN mengetahui bahwa bu SW sudah pernah menikah dan memiliki satu anak laki-laki. Mendengar bahwa pak KN mau menikahi bu SW kemudian kedua belah pikak keluarga bertemu, dan sepakat untuk memberikan waktu satu bulan untuk saling mengenal satu sama lain.

(72)

2. Profil keluarga tunarungu,tunawicara dengan suami normal (pak BD dan bu RN)

Pak BD adalah kepala keluarga sehat, normal, dan tidak cacatyang kehidupan keseharian dengan mata pencaharian sebagai penjual kayubakar, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari – hari tidak ada kendala karena dengan kayu bakar merupakankebutuhan pokok sebagai bahan bakar untuk memasak walaupun ditengah kemajuan masyakat yang memakai tabung gas elpiji. Pak BD berumur 58 tahunyang memiliki 3 anak dan 1 istri yang cacat tunarungu dan tunawicara.Pak BD hanya mengenyam pendidikan SD di daerah Brungunan, Kecamatan Sulursari, Blora. (wawancara dengan pak BD, 08 Februari 2017)

(73)

pemasukan ekonomi keluarga. Bu RN berumur 38 tahun yang sudah melahirkan 3 anak dari hasil pernikahannya dengan pak BD.Bu RN ini juga hanya lulusan SDLB.

Pak BD dan bu RN ini bertemu berawal dari ketidak sengajaan.pak BD yang saat itu sholat berjamaah di masjid Assamani saat itu melihat seoarng wanita yaitu bu RN. Mulai dari itu pak BD tertarik dengan bu RN. Selang beberapa hari pak BD bertemu kembali di masjid yang sama, ahirnya pak BD mengikuti bu RN pulang kerumahnya dengan alasan ingin bersilaturrohmi. Pak BD saat itu kaget setelah mengetahui bu RN ini cacat tunarungu dan tunawicara, namun kekurangan bu RN ini tidak mengubah rasa suka pak BD terhadap bu RN.Berjalannya waktu pak BD mengenal bu RN semakin memantapkan pak BD untuk menikahi bu RN.Ahirnya pak BD mengatakan pada keluarganya bahwa ingin menikahi bu RN.

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel 4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Doplang
Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

Analisa Prosedur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi Masyarakat Pada Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Kepanjen.. Feby Dwi Utami D-III Keuangan dan Perbankan

merupakan salah satu jenis ikan kakap yang banyak dicari oleh konsumen. sebagai bahan konsumsi masyarakat yaitu sebagai lauk-pauk harian

Disamping itu, pupuk organik sangat berperan dalam memperbaiki (1) sifat fisik tanah yaitu memperbaiki kemantapan agregat dan warna tanah, (2) sifat kimia tanah

Untuk memperjelas kajian ini, maka pembahasan tesis ini hanya akan mengkaji dan menganalisis kearifan ekologis Osman Bakar dalam perspektif filsafat sainsnya,

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan secara positif yang berarti semakin tinggi kualitas pelayanan yang

Dari beberapa kendala telah terjadi maka Proyek Pembangunan Underpass di simpang Dewa Ruci Kuta Bali merupakan proyek yang memiliki risiko cukup tinggi.. Proyek

Radiografi kedokteran gigi adalah suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan gambaran keadaan atau kelainan yang tidak terlihat secara klinis di rongga mulut, memberikan

Sedangkan peng- gunaan desikan dengan dosis 25% mem- berikan pengaruh terhadap kadar air benih yakni terjadi peningkatan kadar air setelah penyimpanan sebesar 12.31% dibandingkan