• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program pendidikan lingkungan hidup (PLH) Green School adalah salah satu usulan program yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan oleh perwakilan masyarakat. Usulan program ini diharapkan bisa menarik seluruh pihak untuk mau peduli dan sadar yang kemudian ikut bertindak atau berpartisipasi dalam upaya penyelesaian masalah-masalah yang dirasakan oleh masyarakat. Usulan atau rencana aksi yang akan dilaksanakan dirangkum dalam program berjangka dan dilaksanakan oleh masyarakat bersama kelompok kerja Desa Pasawahan, Desa Cisaat dan Desa Kutajaya.

Pelaksanaan Program PLH Green School dimulai bulan September 2012 dan berakhir bulan Februari 2013. Tujuan Program PLH Green School untuk menjaga kelestarian ekologi dan masyarakat memperoleh manfaat ekonomi, menitikberatkan pada isu peningkatan ekonomi masyarakat dan penyadaran tentang pentingnya kualitas lingkungan bagi kehidupan. Salah satu wujud upaya nyata dari masyarakat dalam berpartisipasi menyelesaikan dan mengatasi permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam di hutan wilayah Gunung Salak dan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya melestarikan alam.

Berdasarkan analisis masalah yang dilakukan kelompok kerja di masing- masing desa, maka setiap pokja membuat program dengan berbagai kegiatan yang diharapkan mampu menjawab dan menyelesaikan masalah yang ditemukan. Pada dasarnya, setiap pokja memiliki rencana program yang secara umum sama, hal ini dikarenakan masalah dan isu yang terjadi di setiap desa tidak jauh berbeda.

Jenis Kegiatan Program Pendidikan Lingkungan Hidup Green School

Program PLH Green School dilaksanakan di Desa Pasawahan, Desa Cisaat dan Desa Kutajaya. Program PLH Green School meliputi kegiatan pembuatan lubang resapan biopori, pembuatan waterpond, pembuatan sumur resapan, pembibitan dan beternak sapi potong. Lubang resapan biopori merupakan lubang yang memiliki diameter 10 cm dan kedalaman 80-100 cm. Pembuatan biopori dilakukan di sekitar pekarangan rumah, kebun di sekitar pemukiman penduduk. Sumur resapan berbentuk segi empat dengan ukuran 30x30 cm dengan kedalaman 1,5-2 m. Sumur resapan ditempatkan di rumah-rumah penduduk sebagai upaya untuk mengganti laju infiltrasi yang tertutup oleh fisik bangunan yang di miliki oleh masyarakat. Sumur resapan berfungsi untuk infiltrasi air hingga kedalaman permukaan air tanah akan tercapai. Sumur resapan terletak di sekitar waterpond.

Pembuatan waterpond dilakukan pada tempat-tempat yang memungkinkan untuk di buat kolam-kolam penampungan dengan ukuran 10x10x2 m. Waterpond dibangun di atas lahan kritis yang memiliki nilai infiltrasi yang kurang baik seperti tegalan yang berdekatan dengan penduduk sehingga memiliki fungsi lain sebagai kolam yang dapat digunakan oleh masyarakat. Dipilih pohon yang berbatang keras agar berfungsi sebagai pohon yang bisa menyerap air dan

memiliki akar kuat untuk mencegah erosi. Salah satu tujuan program PLH Green School adalah peningkatan ekonomi bagi peserta. Program beternak sapi potong adalah program yang bertujuan untuk membantu meningkatkan ekonomi peserta program.

Desa Pasawahan dan Desa Cisaat melaksanakan program pembuatan lubang resapan, pembuatan lubang resapan biopori dan pembuatan sumur resapan. Beternak sapi potong hanya dilakukan di Desa Pasawahan karena adanya lahan yang tepat untuk beternak sapi dan tersedianya ladang yang menyediakan rumput untuk pakan sapi. Lokasi Desa Pasawahan, Desa Cisaat dan Desa Kutajaya mudah di akses oleh kendaraan baik kendaraan umum maupun ojeg. Peserta program PLH Green School mudah diajak berkomunikasi dan interaksi sehingga memudahkan dalam penelitian dan mengambil data. Pelaksanaan kegiatan program PLH Green School diselenggarakan pada awal bulan September 2012 selama dua minggu dan pada bulan selanjutnya dilaksanakan pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu.

Peta Wilayah Kec. Cicurug dan desa-desa yg akan di buatkan sumur resapan dan Biopori

KUTA JAYA

PASAWAHAN

Karakteristik Individu PLH Green School

Individu yang terpilih menjadi sampel penelitian adalah peserta yang mengikuti program pendidikan lingkungan hidup Green School. Karakteristik individu peserta yang diamati meliputi umur, pendidikan, motivasi dan kepemilikan media. Deskripsi mengenai karakteristik individu lebih jelas tercantum dalam Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan presentase karakteristik individu program PLH Green School tahun 2013

Karakteristik Individu Jumlah (Orang) Persentase (%)

Usia (tahun) - 22 – 37 25 62.5 - 38 – 54 9 22.5 - 55 – 70 6 15.0 Pendidikan - Sekolah Dasar/MI 21 52.5

- Sekolah Menengah Pertama/MTs 15 37.5

- Sekolah Menengah Atas/MA 4 10.0

Motivasi - Tinggi 33 57.5 - Sedang 17 42.5 - Rendah 0 00.0 Kepemilikan Media - Tinggi 5 12.5 - Sedang 28 70.0 - Rendah 7 17.5 Total 40 100.0 Usia Individu

Peserta yang mengikuti program PLH Green School adalah peserta dengan kisaran umur antara 22-70 tahun. Usia produktif dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu dewasa muda umur 22–37 tahun sebanyak 62.5 persen, dewasa pertengahan umur 38-54 tahun sebanyak 22.5 persen dan dewasa tua 55–70 tahun sebanyak 15 persen.

Tingkat Pendidikan Individu

Tingkat pendidikan peserta yang mengikuti PLH Green Schoolsebagian besar berpendidikan rendah. Berdasarkan data pada Tabel 8 sebanyak 52.5 persen peserta Green School berpendidikan Sekola Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Sedangkan peserta yang berpendidikan SMP/Madrasah Tsanawiyah sebanyak 37.5 persen dan berpendidikan SMA/Madrasah Aliyah berjumlah 10 persen.

Motivasi Individu

Menurut data pada Tabel 8 motivasi peserta program PLH Green School dikategorikan sebagian besar adalah tinggi. Hal ini disebabkan oleh besarnya harapan peserta terhadap program PLH Green School untuk membantu menyelesaikan masalah seputar lingkungan hidup yang di alami oleh peserta dan masyarakat pada umumnya. Motivasi yang tinggi peserta menyebabkan keikutsertaan peserta dalam setiap kegiatan program PLH Green School tinggi.

Hal ini bisa terlihat di kehadiran peserta pada setiap kegiatan pelaksanaan program PLH Green School. Para peserta sangat bersemangat untuk hadir dan ikut serta dalam pelaksanaan program PLH Green School. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran peserta saat pelaksanaan program PLH Green School adalah tinggi. Motivasi tinggi dari peserta antara lain karena tingginya keinginan dan keikutsertaan peserta dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Kurangnya informasi tentang pendidikan lingkungan hidup membuat motivasi peserta tinggi.

Kepemilikan Media

Berdasarkan Tabel 8, kepemilikan media dari peserta program PLH Green School sebagian besar berkategori sedang dengan jumlah 70 persen. Peserta program PLH Green School hanya memiliki dua media yaitu televisi dan radio. Karakteristik peserta yang tinggal di pedesaan pegunungan menyebabkan mereka banyak yang memiliki pesawat televisi dan radio. Media televisi dan radio sering digunakan peserta untuk menambah pengetahuan, mendapatkan hiburan dan menemani waktu luang setelah mereka bekerja seharian. Tingkat kepemilikan media peserta PLH Green School dikategorikan sedang dengan tingkat kepemilikan dua media yaitu televisi dan radio. Peserta memiliki tingkat kepemilikan dua media sedang tetapi peserta jarang menonton siaran televisi yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan lokasi tempat tinggal peserta berada di lereng Gunung Salak sehingga sulit menerima sinyal siaran televisi sehingga peserta kesulitan dalam menonton siaran televisi. Ada beberapa penduduk yang bisa menerima sinyal siaran televisi dengan menggunakan antena parabola. Peserta jarang mendengar siaran radio yang menyiarkan tentang pendidikan lingkungan hidup karena kegiatan sehari-hari peserta mulai pagi hari sampai sore hari biasanya dihabiskan di sawah, di kebun atau di hutan untuk mencari nafkah. Kegiatan mendengarkan radio biasanya dilakukan masyarakat pada malam hari dengan isi siaran berupa musik dan hiburan. Peserta jarang memiliki dan membaca majalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Hal ini disebabkan oleh peserta sulit mendapatkan majalah dan tidak ada waktu luang untuk membaca disebabkan bekerja ke sawah, ladang dan hutan. Sehingga walau peserta memiliki media televisi, radio dan majalah namun tidak berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan peserta tentang materi yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Kredibilitas Fasilitator Program PLH Green School

Komunikasi akan efektif bila komunikan mengalami proses internalisasi, jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilai yang di anut. Peserta program PLH Green School merasa puas dengan meniru atau mengambil pikiran atau perilaku dari fasilitator yang mendampingi selama pelaksanaan program PLH Green School. Fasilitator memiliki daya tarik (attractiveness) yang menyebabkan ketaatan pada diri peserta program program PLH Green School. Peserta program program PLH Green School mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan, memperoleh reward dan terhindar dari punishment dari fasilitator, Hamidi (2007).

Kredibilitas diartikan sebagai suatu tingkat sampai sejauh mana fasilitator dapat dipercaya oleh peserta program PLH Green School. Fasilitator yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam memberikan dan mendampingi selama pelaksanaan program PLH Green School berlangsung akan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta program PLH Green School. Keahlian fasilitator dalam menyampaikan ilmu tentang lingkungan hidup memberikan pengetahuan peserta program PLH Green School.

Kejujuran fasilitator menurut peserta adalah tingkat kepercayaan peserta program PLH Green School terhadap fasilitator saat pelaksanaan program PLH Green School. Peserta program PLH Green School menilai fasilitator jujur dalam menyampaikan materi dan tidak ada motif lain selain untuk berusaha meningkatkan pengetahuan peserta dan mendampingi selama pelaksanaan program PLH Green School.

Daya tarik fasilitator seperti penampilan saat mendampingi dan menyampaikan materi, kepribadian, gaya hidup menurut peserta program PLH Green School adalah menarik. Fasilitator berpenampilan sederhana dan menyesuaikan dengan penampilan peserta yang rata-rata buruh tani yang sederhana dan bersahaja. Peserta program PLH Green School merasa akrab dengan fasilitator. Fasilitator tidak menjaga jarak hubungan dengan para peserta program PLH Green School. Keakraban ini dapat terlihat dengan seringnya para fasilitator makan bersama dengan peserta, menanyakan kesulitan yang dihadapi selama pelaksanaan program PLH Green School.

Prinsip dasar dari kegiatan pendampingan yang dilakukan fasilitator selama pelaksanaan program PLH Green School adalah egaliter atau kesederajatan kedudukan. Dengan demikian hubungan yang terjalin antara fasilitator dan peserta program PLH Green School adalah berupa kemitraan (partnership). Pelaksanaan program PLH Green School dilakukan dengan membantu peserta agar mereka berpartisipasi aktif dalam program PLH Green School dengan memberikan inspirasi, semangat, rangsangan, inisiatif, energi, dan motivasi sehingga peserta mampu menerapkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Fasilitator memberikan pendampingan suatu gagasan dengan menggunakan bahasa daerah yang jelas untuk dipahami peserta program PLH Green School, dapat mendengar dan menanggapi pertanyaan peserta. Peran pendidikan dari fasilitator adalah menerbitkan kesadaran, menginformasikan, menghadapkan (mengkonfrontasi), dan memberikan pelatihan kepada peserta. Fasilitator dalam pelaksanaan program PLH Green School perlu melibatkan keahlian dan teknik-teknik yang khas, terutama untuk melakukan hal-hal teknis yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.

Fasilitator yang mendampingi program PLH Green School terdiri dari anggota Lembaga Swadaya Masyarakat La-Li yang di dampingi dari petugas Dinas Pertanian, UNPAD dan Dinas Kehutanan. Fasilitator memiliki kompetensi baik. Fasilitator sebelumnya mendapatkan pelatihan untuk mendampingi masyarakat dalam menemukan masalah yang dihadapi. Fasilitator yang mendampingi merupakan masyarakat lokal yang berasal dari kelurahan setempat sehingga lebih mengenal lokasi, bahasa, dan budaya masyarakat setempat. Fasilitator lokal diharapkan mampu memahami prinsip-prinsip bagaimana memfasilitasi secara partisipatoris dan mampu mengorganisir kelompok kampung

sebagai dinamisator untuk memperoleh profil situasi dan kondisi kehidupan yang berkelanjutan.

Fasilitator berjumlah 20 orang warga masyarakat yang berasal dari 10 desa di sekitar Cicurug dan Cidahu. Setiap desa dibentuk 1 (satu) kelompok kerja. Masing-masing kelompok kerja dilatih 2 orang petani laki-laki dan perempuan sebagai pasangan fasilitator kelompok. Satu calon fasilitator dari setiap kelompok telah berpengalaman sebagai Petani Pemandu dan pernah memandu Sekolah Lapangan di tingkat kelompok tani. Kriteria fasilitator kelompok adalah laki-laki atau perempuan yang berasal dan bertempat tinggal di desa tersebut, bisa baca tulis, bukan berprofesi sebagai guru, dan bukan petugas desa. Hal ini untuk memudahkan fasilitator dalam mendampingi peserta program PLH Green School. Jumlah dan presentase serta rataan skor kredibilitas fasilitator Program PLH Green School bisa dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan presentase kredibilitas fasilitator program PLH Green School tahun 2013

Kredibilitas Fasilitator Jumlah (orang) Presentase (%) Rataan Skora

Kejujuran 3.4 Tinggi 37 92.5 Sedang 3 7.5 Rendah 0 0.0 Keahlian 3.3 Tinggi 18 45.0 Sedang 22 55.0 Rendah 0 0.0 Daya Tarik 3.3 Tinggi 29 72.5 Sedang 11 27.5 Rendah 0 0.0 Keakraban 3.2 Tinggi 19 47.5 Sedang 21 52.5 Rendah 0 0.0 a

kisaran skor rendah (1.01-2.00); sedang (2.01-3.00); tinggi (3.01-4.00)

Peserta program PLH Green School sebesar 92.5 persen menilai kredibilitas fasilitator mengenai kejujuran saat memberikan materi, mendampingi pelaksanaan program PLH Green School adalah tinggi. Peserta menilai fasilitator jujur dalam menyampaikan materi program PLH Green School, tidak ada motif lain seperti mencari keuntungan materi. Keahlian fasilitator menurut peserta tergolong sedang dengan jumlah peserta sebesar 55 persen. Keahlian fasilitator dalam menyampaikan materi kepada peserta saat di lapangan berlangsung baik, hal ini dapat dilihat saat peserta mudah memahami apa yang disampaikan oleh fasilitator. Daya tarik fasilitator menurut 72.5 peserta tergolong tinggi. Peserta melihat penampilan fasilitator saat pelaksanaan program PLH Green School rapi, menyesuaikan dengan kondisi peserta dan tidak berpenampilan mencolok sehingga terjalin keakraban antara fasilitator dan peserta. Keakraban fasilitator dengan peserta program PLH Green School menurut 52.5 peserta dalam kategori sedang. Fasilitator menyampaikan materi dalam bahasa yang sama dengan bahasa yang digunakan oleh peserta sehingga terlihat kemudahan berkomunikasi karena masing-masing saling memahami satu sama lain.

Kejujuran Fasilitator

Berdasarkan Tabel 9 tentang analisis rataan skor kredibilitas fasilitator program PLH Green School peubah kejujuran dikategorikan tinggi yaitu dengan nilai rataan skor 3.4. Kejujuran fasilitator tinggi menurut peserta program PLH Green School. Peserta menilai fasilitator menyampaikan materi bicara apa adanya, tidak memiliki kepentingan pribadi dan motif mencari keuntungan materi.

Keahlian Fasilitator

Peubah keahlian fasilitator menurut analisis rataan skor dikategorikan tinggi dengan nilai 3.3. Artinya peserta program PLH Green School menilai fasilitator memiliki keahlian yang dapat memberikan informasi yang tegas dan dapat dipercaya. Peserta program PLH Green School menilai fasilitator memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan peserta. Fasilitator menggunakan kata-kata dan kalimat yang mudah dipahami peserta dalam menyampaikan materi. Fasilitator memberi contoh yang menarik dan mudah diingat peserta terkait dengan materi yang disampaikan.

Daya Tarik Fasilitator

Peubah daya tarik fasilitator menurut analisis rataan skor dikategorikan tinggi dengan nilai 3.3. Artinya peserta program PLH Green School menilai fisik dan non fisik fasilitator menyenangkan. Peserta menilai fasilitator mudah di ajak berdiskusi tentang masalah yang dihadapi di luar pertemuan. Fasilitator menyampaikan materi dengan menarik dan tidak membosankan. Fasilitator menggunakan alat bantu ketika pertemuan dan fasilitator bersikap ramah saat berdiskusi.

Keakraban Fasilitator

Peubah keakraban fasilitator menurut analisis rataan skor dikategorikan tinggi dengan nilai 3.2. Artinya peserta program PLH Green School menilai fasilitator memiliki kemampuan menjalin hubungan akrab. Peserta tidak merasa segan saat mengemukakan pertanyaan. Fasilitator mengadakan kunjungan ke rumah peserta di luar pertemuan. Fasilitator mudah diajak bekerja sama dengan peserta saat praktek lapangan. Fasilitator menciptakan suasana santai dalam pelaksanaan program PLH Green School. Fasilitator berasal dari daerah yang sama dengan peserta sehingga sering menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar materi sehingga memudahkan pemahaman dalam penyampaian materi. Peserta dan fasilitator terlihat akrab saat pemberian materi karena fasilitator sering mengajak bercanda dan memberikan lelucon pada peserta sehingga keakraban terjalin.

Dukungan Kelembagaan Program PLH Green School

Dukungan kelembagaan merupakan dukungan dari berbagai lembaga yang mendampingi pelaksanaan program PLH Green School. Dukungan yang diberikan terhadap pelaksanaan program PLH Green School berupa dukungan modal, lahan, bibit dan distribusi.

LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia)

Latin adalah organisasi non pemerintah yang bergerak di bidang kehutanan dan sosial kemasyarakatan. Latin mengusung tema utama dalam kegiatan dengan istilah Komuniti Forestri (KF), Latin mencita-citakan keterlibatan masyarakat yang lebih luas dan lebih mendasar dalam pengelolaan hutan di Indonesia. Cita- cita ini diwujudkan melalui proses-proses pembelajaran di lapangan, mempengaruhi perubahan kebijakan, dan meningkatkan sumber daya manusia yang terlibat serta dengan membangun tempat-tempat belajar dan substansinya.

Latin didirikan di Bogor pada tanggal 5 Oktober 1989. Latin membangun proses-proses kolaboratif untuk mendorong pengelolaan hutan berbasis masyarakat sejak tahun 1994. Tahun 2000, Latin mulai mengembangkan pendekatan meta-fasilitasi untuk memacu efek perluasan dan eskalasi gerakan KF. Latin sedang merintis integrasi isu perdagangan karbon dengan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dengan tujuan nilai hutan-hutan yang dikelola oleh masyarakat dapat ditingkatkan dan dipandang kepentingannya oleh dunia internasional. Beberapa mitra Latin dalam isu ini diantaranya adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan RI, Kail dan Balai Taman Nasional Meru Betiri di Jember, Kanopi di Kuningan, SSS di Lampung, Javlec di Jogyakarta dan Gunung Kidul, Konsepsi di Lombok, Sumatera dan Kalimantan.

Program Penjajakan Partisipatif Pengelolaan DAS Cicurug-Cidahu di Sukabumi dilaksanakan atas inisiasi PT. Tirta Investama yang bekerjasama dengan Latin untuk menyalurkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan. Latin berperan sebagai meta-fasilitator, yang mendorong dan mendampingi kegiatan lapangan, merekam proses keseluruhan, mengevaluasi perkembangan dari tahap ke tahap, menarik pelajaran dari proses-proses di lapangan dan dialog-dialog dengan berbagai pihak.

Pokja LA-LI (Lembaga Alam Lestari Indonesia)

Pokja LA-LI adalah kelompok kerja yang merupakan lembaga yang dibentuk oleh para pemandu desa. Organisasi ini dibentuk di Bogor pada tanggal 21 Oktober 2011, satu hari menjelang berakhir pelatihan calon fasilitator yang dilaksanakan di Pendopo Latin, Desa Situ Gede, Bogor.

Pokja LA-LIbertanggung jawab untuk memfasilitasi proses pelaksanaan program PLH Green School di desa-desa yang terlibat. LA-LI bertugas mendampingi kelompok-kelompok warga, satu kelompok di tiap desa, yang kemudian dinamakan Pokja Desa dalam pelaksanaan program PLH Green School.

Jumlah dan presentase peserta program PLH Green School yang mendapatkan bantuan dukungan kelembagaan berupa modal, lahan, bibit dan distribusi dapat dilihat di Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan presentase peserta penerima dukungan kelembagaan program PLH Green School tahun 2013

Dukungan Kelembagaan Jumlah (Orang) Presentase (%)

Modal 15 37.5

Lahan 15 37.5

Bibit 5 12.5

Distribusi 5 12.5

Peserta program PLH Green School mendapatkan bantuan dari dukungan kelembagaan sesuai dengan program PLH Green School yang diikutinya. Bantuan yang diberikan untuk digunakan peserta serta masyarakat sekitar setelah pelaksanaan program PLH Green School selesai. Dukungan kelembagaan berupa modal dan lahan untuk peserta yang mengikuti program biopori, waterpond dan sumur resapan PLH Green School. Modal yang diberikan oleh kelembagaan kepada peserta program PLH Green School berupa modal yang berbentuk alat dan bahan selama pelaksanan program PLH Green School.

Dukungan kelembagaan yang diberikan saat pelaksanaan program PLH Green School, yaitu :

Dukungan Modal

Modal yang di berikan ada yang berupa modal alat-alat yang bisa digunakan oleh peserta saat pelaksanaan program PLH Green School dan setelah selesai pelaksanaan program PLH Green School bisa dimiliki oleh setiap kelompok kerja di masing-masing desa. Modal yang diberikan berupa alat untuk membuat lubang biopori, sumur serapan dan waterpond.

Dukungan Lahan

Lahan sebagai media selama pelatihan dan dapat digunakan oleh peserta setelah selesai pelaksanaan program PLH Green School berlangsung. Lahan diberikan untuk membuat lubang biopori.Lahan yang dipakai untuk membuat lubang biopori biasanya di lahan kebun dan di sekitar rumah peserta.Untuk sumur resapan, menggunakan lahan masyarakat yang bersedia memberikan tanahnya untuk dibuatkan sumur serapan. Untuk lahan waterpond, kelembagaan membeli tanah dari masyarakat untuk lokasi pembuatan waterpond.

Dukungan Bibit

Bibit diberikan oleh kelembagaan sebagai bahan sewaktu pelaksanaan program PLH Green School berlangsung. Bibit yang diberikan selanjutnya menjadi milik peserta dan kelompok kerjanya sehingga kelak bisa di tanam di daerah kritis di sekitar lingkungan peserta program PLH Green School. Bibit yang diberikan berupa bibit pohon yang berkayu keras seperti jabon, akasia, angsana, mahoni, dan pohon buah-buahan.

Dukungan Distribusi

Distribusi diberikan kelembagaan sebagai bentuk dukungan terhadap program PLH Green School. Distribusi dalam bentuk diberikannya kemudahan dalam mendistribusikan hasil ternak sapi potong.Informasi yang diberikan dukungan kelembagaan dalam membantu distribusi hasil ternak sapi potong memudahkan peserta dalam menjual dan mendapatkan keuntungan yang besar.

Dokumen terkait