• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM PLH GREEN SCHOOL

Program pendidikan lingkungan hidup (PLH) Green School dilaksanakan di Desa Pasawahan, Desa Cisaat dan Desa Kutajaya. Ketiga desa ini adalah pusat kegiatan PLH Green School.PLH Green School. Para peserta yang dipilih adalah yang aktif dalam masing-masing kelompok kerja di setiap desa.Perwakilan dari setiap kelompok kerja yang telah di pilih mengikuti pelatihan dasar untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah lingkungan yang dihadapi di setiap desanya.

Hasil yang telah diperoleh menjadi sebuah dasar dalam pengambilan keputusan dalam menentukan program apa yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dasar masyarakat. Peserta di Desa Pasawahan mengidentifikasi bahwa perlu pelatihan untuk menahan laju debit air saat musim hujan dan kemarau. Desa Pasawahan khususnya Dusun Cikurutug Los sebagai lokasi penelitian yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Salak Halimun, masyarakat pada musim kemarau mengalami kekurangan air bersih. Padahal biasanya sepanjang musim tidak pernah mengalami kekurangan air bersih karena sumber mata air di sekitar Dusun Cikurutug Los banyak dan memiliki debit air yang tinggi. Pelatihan pendidikan lingkungan yang tepat dibutuhkan masyarakat di Dusun Cikurutug Los adalah pelatihan membuat waterpond, membuat lubang biopori dan membuat sumur resapan.

Peserta dari Desa Cisaat merumuskan masalah yang sama dengan peserta dari Dusun Cikurutug Los, Desa Pasawahan. Dengan kondisi geografis di lereng TNGHS menyebabkan masyarakat kekurangan air bersih ketika musim kemarau tiba. Pelatihan pendidikan lingkungan hidup yang dibutuhkan di Desa Cisaat adalah membuat lubang resapan air, lubang biopori dan membuat sumur resapan. Kondisi geografis Desa Cisaat mirip dengan Dusun Cikurutug Los yaitu di lereng Gunung Salak sehingga program yang digulirkan sama dengan yang dilakukan di Dusun Cikurutug Los, Desa Pasawahan.

Peserta dari Desa Kutajaya merumuskan masalah tentang perlunya pelatihan tentang pembibitan pohon. Secara letak geografis Desa Kutajaya berada di bawah TNGHS sehingga masyarakat menginginkan pelatihan pembibitan pohon dengan tujuan agar kelak bisa banyak menanam pohon di sekitar Desa Kutajaya. Sebagai desa penyangga TNGHS, Desa Kutajaya perlu menghijaukan daerahnya agar resapan air yang dihasilkan dari banyaknya pohon yang ditanam seperti angsana, akasia dan pohon buah akan memberikan cadangan air yang banyak untuk kebutuhan konsumsi air bersih. Masyarakat di Desa Kutajaya khususnya dan masyarakat sekitar Desa Kutajaya pada umumnya saat menghadapi musim kemarau yang mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air bersih untuk keperluan sehari-hari walaupun tinggal di daerah penyangga air. Jumlah dan presentase variabel komunikasi partisipatif serta rataan skor komunikasi partisipatif yang terjadi saat pelaksanaan program PLH Green School dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah dan presentase komunikasi partisipatif dalam program PLH Green School tahun 2013

Komunikasi partisipatif dalam

program PLH Green School

Jumlah (orang) Presentase (%) Rataan Skora

Arah 3.1 Tinggi 21 52.5 Sedang 19 47.5 Rendah 0 0.0 Saluran 3.1 Tinggi 20 50.0 Sedang 20 50.0 Rendah 0 0.0 Partisipasi 3.2 Tinggi 21 52.5 Sedang 19 47.5 Rendah 0 0.0 a

kisaran skor rendah (1.01-2.00); sedang (2.01-3.00); tinggi (3.01-4.00)

Arah Komunikasi Program PLH Green School

Fasilitator menyampaikan materi pada pelaksanaan program PLH Green School menurut 52.5 persen peserta dikategorikan tinggi.Berdasarkan analisis rataan skor dalam Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa arah komunikasi yang terjadi saat pelaksanaan program PLH Green School dikategorikan tinggi dengan nilai rataan skor 3.1. Artinya arah komunikasi saat pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup berjalan dua arah. Fasilitator yang mendampingi peserta selama proses pendidikan memberikan materi pendidikan lingkungan hidup tidak monoton. Selama proses pendampingan pelaksanaan program PLH Green School, fasilitator melakukan diskusi dua arah yang melibatkan peserta. Peserta diberikan kesempatan bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti dan peserta lain diberikan kesempatan memberikan masukan atau apabila ada materi yang ingin didiskusikan dengan fasilitator.

Arah komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan program PLH Green School adalah perpaduan antara komunikasi vertikal yaitu proses komunikasi yang terjadi dari fasilitator kepada peserta program PLH Green School dan komunikasi upward communication, yaitu arah komunikasi yang terjadi dari peserta ke fasilitator yang mempunyai beberapa fungsi diantaranya penyampaian informasi mengenai materi yang sudah disampaikan, dilaksanakan dan penyampaian saran- saran atau pertanyaan yang tidak dipahami mengenai materi yang telah disampaikan oleh fasilitator. Komunikasi antara fasilitator ke peserta terjadi saat penyampaian materi program, PLH Green School termasuk komunikasi vertikal. Komunikasi peserta ke fasilitator terjadi saat peserta mengajukan pertanyaan bila ada materi yang kurang dimengerti atau ingin penjelasan lebih dalam.

Komunikasi horizontal di antara para peserta program PLH Green School dimana terjadi pertukaran informasi selama peserta mengikuti pelaksanaan program PLH Green School. Peserta dengan peserta program PLH Green School yang lain saling memberi masukan dan pendapat bila ada salah seorang peserta mengalami kesulitan dalam pelaksanaan program PLH Green School. Arah komunikasi yang terjadi sangat fleksibel dan tidak kaku sehingga para peserta

program PLH Green School rajin datang dalam mengikuti pelaksanaan program PLH Green School. Berikut kutipan pernyataan peserta mengenai antusias peserta terhadap program PLH Green School, Bapak A, 43 tahun.

“ Saya suka dengan kegiatan pendidikan lingkungan hidup Green School. Saya selalu hadir di setiap penyampaian materi. Saya mendapat banyak ilmu baru tentang cara penyerapan air, seperti membuat lubang biopori. Selama ini kalau musim hujan air mengalir begitu saja, dengan lubang-lubang biopori yang di buat maka air akan tertahan di situ.”

Saluran Komunikasi Program PLH Green School

Media yang digunakan oleh fasilitator saat menyampaikan materi program PLH Green School menurut 50 persen peserta dikategorikan tinggi dan sedang. Saluran komunikasi yang terjadi saat pelaksanaan program PLH Green School dikategorikan tinggi dengan nilai rataan skor 3.1. Artinya saluran komunikasi yang digunakan selama proses pendidikan menggunakan papan tulis, slide, catatan dan pamflet untuk memudahkan peserta memahami materi yang disampaikan. Arah komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan program PLH Green School adalah perpaduan antara komunikasi vertikal yaitu arah arus komunikasi yang terjadi dari fasilitator kepada peserta program PLH Green School dan komunikasi upward communication, yaitu arah komunikasi yang terjadi dari peserta ke fasilitator yang mempunyai beberapa fungsi diantaranya penyampaian informasi mengenai materi yang sudah disampaikan, dilaksanakan dan penyampaian saran- saran atau pertanyaan yang tidak dipahami mengenai materi yang telah disampaikan oleh fasilitator.

Saluran kelompok yaitu pertemuan dalam jumlah tertentu, kemungkinan adanya umpan balik menjadi terbatas, namun antar individu dapat saling berinteraksi. Saluran komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebaiknya. Saluran komunikasi yang digunakan fasilitator selama pelaksanaan program PLH Green School berupa catatan, leaflet, buku panduan yang diberikan kepada peserta, menggunakan bahan dan alat yang ada di alam untuk memudahkan pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan. Peserta diberikan kesempatan untuk menanyakan semua masalah yang dihadapi berupa materi maupun hal-hal yang berkaitan dengan program PLH Green School. Peserta diberikan catatan dan buku petunjuk tentang materi pendidikan lingkungan hidup yang disampaikan. Peserta bisa membaca kembali materi yang disampaikan di rumah sehingga bila ada yang tidak dipahami bisa langsung menanyakan kembali saat pertemua selanjutnya. Buku panduan memudahkan peserta memahami materi yang disampaikan oleh fasilitator. Semakin banyak media yang digunakan oleh fasilitator menyebabkan peserta mudah memahami apa yang disampaikan tentang pendidikan lingkungan hidup. Semakin banyak media komunikasi yang digunakan oleh fasilitator maka peserta semakin mudah memahami materi yang disampaikan.

Tingkat Partisipasi Program PLH Green School

Tingkat partisipasi peserta program PLH Green School sebesar 52.5 dikategorikan tinggi. Sesuai dengan nilai rataan skor tingkat partisipasi. Tingkat partisipasi peserta saat pelaksanaan program PLH Green School dikategorikan tinggi dengan nilai rataan skor 3.2. Artinya komunikasi partisipatif peserta program PLH Green School tinggi saat pelaksanaan program PLH Green School. Artinya partisipasi peserta saat program berlangsung tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kehadiran peserta sangat tinggi. Peserta mengikuti semua tahapan dalam pelaksanaan program. Selama pelaksanaan program pendidikan lingkungan hidup, peserta dan fasilitator bekerja sama sehingga materi yang disampaikan bisa di mengerti oleh peserta sehingga peserta merasa puas karena sudah mendapatkan ilmu yang baru tentang mengelola lingkungan hidup. Berikut kutipan Bapak D, 53 tahun peserta program PLH Green School tentang keikutsertaan dalam pelaksanaan program PLH Green School.

“Program lingkungan hidup yang saya ikuti ini bagus untuk saya dan

masyarakat. Setiap materi yang disampaikan saya selalu ingat-ingat agar nanti bisa praktek. Kalau saya gak bisa hadir, saya suka bilang ke teman yang ikut juga kalau saya ada halangan untuk bisa hadir dan nanti saya tanyakan apa saja yang diperoleh hari itu selama saya

tidak datang”

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo 1960). Partisipasi masyarakat menurut Sumarto (2003) adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang (Mardikanto 2001).

Partisipasi peserta program PLH Green School terlihat dari keterlibatan peserta pada semua program PLH Green School. Peserta program PLH Green School mengikuti pelaksanaan program PLH Green School dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari daftar kehadiran para peserta saat proses pelaksanaan program PLH Green School berlangsung. Peserta program PLH Green School yang tidak bisa hadir dalam pelaksanaan program PLH Green School memberikan kabar

kepada peserta lain yang hadir alasan ketidakhadirannya baik melalui lisan maupun tulisan.

Hubungan Karakteristik Individu dengan Komunikasi Partisipatif Program PLH Green School

Komunikasi partisipatif dalam program PLH Green School salah satu tujuannya adalah mengetahui arah komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan program PLH Green School seperti apakah fasilitator dalam menyampaikan materi berjalan satu arah, dua arah atau kombinasi antara satu dan dua arah, saluran komunikasi yang digunakan tim fasilitator dalam pelaksanaan program PLH Green School seperti media yang digunakan tim fasilitator saat menyampaikan materi kepada peserta program PLH Green School serta partisipasi peserta dalam pelaksanaan program PLH Green School, seperti keterlibatan aktif peserta dalam proses belajar dan pemberian materi di lapangan.

Peserta dilibatkan secara langsung dalam musyawarah rembug desa untuk menggali aspirasi dan kebutuhan masyarakat (need assessment) dalam rangka mengantisipasi kerusakan lingkungan hidup. Setelah mendapatkan beberapa kebutuhan masyarakat, kemudian di susun berdasarkan kebutuhan yang mendesak dan harus segera dilaksanakan. Karakteristik individu akan mempengaruhi proses komunikasi partisipatif seperti arah komunikasi, saluran komunikasi yang digunakan tim fasilitator pada pelaksanaan program PLH Green School dan tingkat partisipasi peserta saat proses belajar dan pemberian materi.

Hubungan yang terjadi antara karakteristik individu yang meliputi umur, pendidikan, motivasi dan kepemilikan media dengan komunikasi partisipatif dalam program PLH Green School yang meliputi arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada Tabel 12 yang menggambarkan hubungan antara karakteristik individu peserta dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan program PLH Green School.

Tabel 12 Nilai korelasi karakteristik individu dengan komunikasi partisipatif program PLH Green School tahun 2013

Karakteristik Individu Komunikasi Partisipatif Program PLH Green School

Arah Saluran Partisipasi

Usia 0.132 0.037 0.070 Pendidikan 0.167 0.055 0.234 Motivasi Kepemilikan Media 0.268 0.070 0.210 -0.013 -0.092 -0.001 Berdasarkan analisis menggunakan rank Spearman, analisis korelasi antara variabel karakteristik individu dengan indikator komunikasi partisipatif pada Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak ada satu pun peubah karakteristik individu yang berhubungan nyata terhadap komunikasi partisipatif. Baik usia, pendidikan, motivasi dan kepemilikan media tidak berpengaruh terhadap aspek-aspek dalam komunikasi partisipatif yaitu arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi. Pada Tabel 12 diketahui bahwa hubungan antara indikator variabel usia dengan komunikasi partisipatif tidak memiliki hubungan yang nyata pada taraf

p<0.05. Berdasarkan analisis dengan menggunakan rank Spearman, umur individu tidak berhubungan nyata dengan arah komunikasi, saluran komunikasi dan tingkat partisipasi peserta. Artinya dalam proses komunikasi partisipatif yang terjadi dalam pelaksanaan program PLH Green School yang meliputi arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi tidak memiliki hubungan nyata dengan umur individu peserta. Antara peserta yang kategori dewasa muda dengan peserta kategori dewasa tua tidak berbeda keterlibatannya dalam proses komunikasi partisipatif. Dengan demikian H1 pada korelasi antara usia dengan arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi ditolak. Rendahnya tingkat pendidikan peserta program PLH Green School perlu dicermati oleh tim fasilitator di lapangan agar proses komunikasi antara peserta dengan fasilitator dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga apa yang direncanakan dan dilaksanakan dalam pelaksanaan PLH Green School dapat tercapai. Fasilitator di lapangan perlu memperhatikan kemampuan peserta dalam menyerap berbagai materi pengetahuan yang disampaikan, disamping itu fasilitator di lapangan diharapkan dapat mengemas dan menyampaikan informasi secara sederhana dan menarik sehingga dapat dipahami dan dilaksanakan oleh peserta.

Pendidikan peserta tidak mempunyai hubungan nyata dengan semua peubah dalam komunikasi partisipatif. Artinya keterlibatan peserta dalam arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat pendidikan peserta. Keterlibatan peserta sama saja antara peserta yang mempunyai pendidikan yang rendah maupun peserta dengan pendidikan yang tinggi. Dengan demikian H1 pada korelasi antara peubah pendidikan dengan arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi program ditolak.

Motivasi tidak mempunyai hubungan nyata dengan peubah arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi. Artinya keterlibatan peserta dalam arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi tidak memiliki hubungan nyata dengan motivasi peserta. Keterlibatan peserta sama saja antara peserta yang mempunyai motivasi yang rendah maupun peserta dengan motivasi yang tinggi. Dengan demikian H1 pada korelasi antara motivasi dengan arah komunikasi, saluran komunikasi dan partisipasi program ditolak.

Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa ada beberapa peubah pada korelasi antara karakteristik individu peserta dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Program PLH Green School ditolak. Dengan demikian H1 korelasi antara karakteristik individu peserta dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Program PLH Green School ditolak.

Hubungan Kredibilitas Fasilitator dengan Komunikasi Partisipatif Program PLH Green School

Untuk mengetahui hubungan antara kredibilitas fasilitator dan variabel komunikasi partisipatif Program PLH Green School dilakukan uji korelasi yang hasilnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Nilai korelasi kredibilitas fasilitator dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan program PLH Green School

Kredibilitas Fasilitator Komunikasi Partisipatif Program PLH Green School

Arah Saluran Partisipasi

Kejujuran 0.277 -0,106 0,023

Keahlian 0.499** 0.031 0,048

Daya Tarik 0.448** 0.236 0,245

Keakraban 0.025 0.376* 0,341*

* berhubungan nyata pada p<0.05; ** berhubungan sangat nyata pada p<0.01

Berdasarkan analisis dengan menggunakan rank Spearman, Tabel 13 menunjukkan bahwa ada beberapa peubah kredibilitas fasilitator dengan komunikasi partisipasi dalam pelaksanaan program PLH Green School yang berhubungan nyata. Keahlian dan daya tarik fasilitator memiliki hubungan sangat nyata pada p<0.01 dengan salah satu indikator komunikasi partisipatif yaitu arah komunikasi, namun tidak berpengaruh nyata pada saluran komunikasi dan partisipasi. Peubah keakraban memberikan pengaruh nyata pada p<0.05 pada saluran komunikasi dan partisipasi peserta. Peubah kejujuran tidak memiliki hubungan nyata dengan semua aspek komunikasi partisipatif yaitu arah komunikasi, saluran dan tingkat partisipasi peserta.

Berdasarkan hasil dari diskusi grup terarah yang dilakukan di lapangan, peserta menilai bahwa kejujuran seorang fasilitator tidak bisa memberikan arah komunikasi yang diharapkan dan saluran komunikasi dalam hal ini media yang digunakan fasilitator tidak ditentukan dari kejujuran fasilitator. Sehingga kejujuran fasilitator tidak memiliki hubungan nyata dengan tingkat partisipasi peserta saat pelaksanaan program PLH Green School.

Keahlian fasilitator dalam pelaksanaan program PLH Green School berhubungan sangat nyata pada p<0.01 dengan arah komunikasi. Artinya semakin fasilitator menguasai ilmu dalam pendidikan lingkungan hidup maka arah komunikasi saat pelaksanaan program PLH Green School semakin tinggi. Dengan demikian korelasi antara keahlian fasilitator dengan arah komunikasi pada pelaksanaan program PLH Green School di terima, H2. Keahlian fasilitator tidak berhubungan nyata dengan saluran komunikasi dan partisipasi. Hal ini berarti tidak ada hubungan nyata antara saluran komunikasi dan partisipasi dengan keahlian fasilitator. Dengan demikian korelasi antara keahlian fasilitator dengan saluran komunikasi dan partisipasi di tolak. Seorang fasilitator yang menguasai ilmu tentang pendidikan lingkungan hidup saat pelaksanaan penyampaian materi, membuat sebuah arah komunikasi yang dinamis yang melibatkan para peserta sehingga penyampaian materi berlangsung efektif. Keahlian fasilitator dalam penguasaan materi tidak berhubungan dengan media apa yang digunakan saat penyampaian materi pada peserta sehingga partisipasi peserta tidak terlihat meningkat.

Daya tarik fasilitator dalam pelaksanaan program PLH Green School berhubungan sangat nyata pada p<0.01 dengan arah komunikasi. Artinya semakin tinggi daya tarik yang dimiliki oleh fasilitator maka arah komunikasi akan semakin tinggi. Dengan demikian korelasi antara daya tarik fasilitator dengan arah komunikasi pada dalam pelaksanaan program PLH Green School di terima. Pada sisi lain daya tarik fasilitator tidak berhubungan nyata dengan saluran komunikasi dan partisipasi. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara saluran komunikasi dan

partisipasi dengan daya tarik fasilitator. Daya tarik yang dimiliki oleh seorang fasilitator ternyata membuat arah komunikasi saat proses penyampaian materi melibatkan peserta sehingga tercipta komunikasi dua arah yang melibatkan peserta sehingga terjadi pembelajaran yang dinamis. Daya tarik fasilitator yang menggunakan media saat penyampaian materi tidak berhubungan nyata dengan partisipasi peserta karena tingkat partisipasi peserta program PLH Green School tergolong tinggi.

Keakraban fasilitator dalam pelaksanaan program PLH Green School tidak berhubungan nyata dengan arah komunikasi namun berpengaruh nyata pada p<0.05 pada saluran komunikasi dan partisipasi. Artinya tidak ada hubungan antara keakraban fasilitator dengan arah komunikasi saat pelaksanaan dalam pelaksanaan program PLH Green School. Keakraban fasilitator dalam pelaksanaan program PLH Green School berhubungan nyata pada p<0.05 dengan saluran komunikasi dan partisipasi peserta. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat keakraban fasilitator dengan peserta maka semakin baik saluran komunikasi yang terbentuk dan semakin tinggi tingkat partisipasi peserta. Keakraban fasilitator terhadap peserta program sangat menentukan tingkat partisipasi peserta dalam proses pelaksanaa program PLH Green School. Oleh karena itu media yang digunakan fasilitator adalah tepat dan sangat diperlukan untuk peserta yang beragam umur, pendidikan, motivasi dan tingkat kepemilikan media peserta.

Hubungan Dukungan Kelembagaan dengan Komunikasi Partisipatif Program PLH Green School

Dukungan kelembagaan pada pelaksanaan program PLH Green School yang berhubungan dengan Program PLH Green School dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14 Nilai korelasi dukungan kelembagaan dengan komunikasi partisipatif

dalam program PLH Green School tahun 2013

Dukungan Kelembagaan Komunikasi Partisipatif dalam Program PLH Green School

Arah Saluran Partisipasi

Modal -0.195 -0.101 -0.269

Lahan -0.091 0.090 -0.270

Bibit 0.106 0.043 0.092

Distribusi -0.389 -0.268 -0.153

Berdasarkan analisis dengan menggunakan rank Spearman pada Tabel 14 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan nyata antara modal, lahan, bibit, distribusi yang diberikan oleh dukungan kelembagaan dengan komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan program PLH Green School. Peserta yang diberikan modal atau tidak, tetap memiliki tingkat partisipasi yang tinggi saat pelaksanaan program PLH Green School. Peserta yang diberikan lahan atau tidak, tetap memiliki tingkat partisipasi yang tinggi saat pelaksanaan program PLH Green School. Peserta yang diberikan bibit atau tidak, tetap memiliki tingkat partisipasi yang tinggi saat pelaksanaan program PLH Green School. Peserta yang diberikan cara-cara distribusi, tetap memiliki tingkat partisipasi yang tinggi saat pelaksanaan program PLH Green School.

Peserta mengetahui kelembagaan yang mendukung terlaksananya program pendidikan lingkungan hidup. Peserta yang mengikuti pelatihan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi karena peserta merasa beruntung terpilih menjadi peserta di antara masyarakat lain. Selain mendapatkan ilmu tentang mengelola lingkungan hidup sekitar, peserta juga mendapatkan bantuan modal, bantuan lahan, bantuan bibit dan bantuan distribusi setelah pendidikan lingkungan hidup selesai dilaksanakan.

Dokumen terkait