• Tidak ada hasil yang ditemukan

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain.

Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan , yaitu :

b. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided response), yaitu indikator praktek tingkat dua adalah

dapat melakukan sesuatu sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Tindakan merupakan suatu keputusan yang dibuat oleh seseorang dalam melakukan suatu kejadian yang berlangsung dari suatu proses komunikasi yang terjadi. Peserta program PLH Green School mempraktekan semua yang dipelajarinya selama pelaksanaan program PLH Green School. Tindakan yang diambil peserta program PLH Green School dalam melakukan praktek kegiatan didasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya, dari proses belajar selama mengikuti program PLH Green School atau pengalaman untuk bertindak maupun secara spontanitas muncul dalam diri seseorang karena termotivasi. Tindakan yang dilakukan oleh peserta program PLH Green School didasarkan pada sikap peserta yang sudah mengetahui program pendidikan lingkungan yang bisa dipraktekan pada kehidupan sehari-hari peserta.

Tabel 17 Rataan skor praktek program PLH Green School tahun 2013

Praktek Peserta Program PLH Green School Rataan Skor

Pembibitan pohon 3.2

Membuat sumur resapan 3.4

Membuat waterpond 3.4

Beternak sapi 3.1

Membuat lubang biopori 3.3

kisaran skor rendah (1.01-2.00); sedang (2.01-3.00); tinggi (3.01-4.00)

Berdasarkan analisis rataan skor pada Tabel 17 praktek peserta program PLH Green School, peserta yang mengikuti program pembibitan pohon dikategorikan tinggi dengan nilai 3.2. Artinya peserta program PLH Green School dapat mempraktekan membuat pembibitan pohon di rumah dan di sekitar lingkungannya. Peserta dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama pelaksanaan program PLH Green School.

Berdasarkan analisis rataan skor pada Tabel 17 praktek peserta program PLH Green School, peserta yang mengikuti program membuat sumur resapan dikategorikan tinggi dengan nilai 3.4. Artinya peserta program PLH Green School dapat mempraktekan membuat sumur resapan di sekitar rumah dan di sekitar

lingkungannya. Peserta dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama pelaksanaan program PLH Green School.

Berdasarkan analisis rataan skor pada Tabel 17 praktek peserta program PLH Green School, peserta yang mengikuti program membuat waterpond dikategorikan tinggi dengan nilai 3.4. Artinya peserta program PLH Green School dapat mempraktekan membuat waterpond di sekitar lingkungannya. Peserta dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama pelaksanaan program PLH Green School.

Berdasarkan analisis rataan skor pada Tabel 17 praktek peserta program PLH Green School, peserta yang mengikuti program beternak sapi dikategorikan tinggi dengan nilai 3.1. Artinya peserta program PLH Green School dapat mempraktekan beternak sapi di sekitar lingkungannya. Peserta dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama pelaksanaan program PLH Green School.

Berdasarkan analisis rataan skor pada Tabel 17 praktek peserta program PLH Green School, peserta yang mengikuti program membuat lubang biopori dikategorikan tinggi dengan nilai 3.3. Artinya peserta program PLH Green School dapat mempraktekan membuat lubang biopori di rumah dan di sekitar lingkungannya. Peserta dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama pelaksanaan program PLH Green School.

Gambar 3 Skema lubang biopori dan sumur resapan

Hubungan Perubahan Perilaku Peserta dengan Praktek Program PLH Green School

Perubahan perilaku peserta yang telah mengikuti pelaksanaan program PLH Green School dapat dilihat pada kegiatan praktek peserta program PLH Green School dalam kegiatan sehari-hari. Hubungan antara perubahan perilaku peserta dengan praktek peserta program PLH Green School dapat di lihat dalam tabel 18. Tabel 18 Nilai uji korelasi antara perubahan perilaku peserta dengan praktek

program PLH Green School tahun 2013

Perubahan Perilaku Praktek Program PLH Green School Praktek Peserta

Perubahan Pengetahuan 0.475**

Perubahan Sikap 0.515**

Perubahan Keterampilan 0.657**

** berhubungan sangat nyata pada p<0.01

Perubahan perilaku dalam pelaksanaan program PLH Green School yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan berhubungan sangat nyata pada p<0.01 dengan praktek peserta program PLH Green School. Artinya semakin tinggi perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan keterampilan peserta program PLH Green School, semakin baik tingkat praktek peserta dalam mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian H3 antara perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan keterampilan peserta dengan praktek peserta di terima. Peserta bisa mengaplikasikan semua materi yang diberikan saat pelaksanaan program PLH Green School dalam kehidupan sehari-hari. Peserta bisa membuat waterpond sendiri. Peserta bisa membuat lubang biopori sendiri. Peserta bisa membuat sumur resapan sendiri. Peserta bisa beternak sapi sendiri dan peserta bisa membuat pembibitan pohon sendiri.

Tujuan akhir dari pelaksanaan program PLH Green School adalah peserta bisa menerapkan materi yang disampaikan selama program berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan implementasi yang dilakukan oleh peserta bisa bermanfaat dalam melestarikan lingkungan sekitar peserta pada khususnya dan pelestarian lingkungan sekitar masyarakat di sekitar lereng Gunung Salak pada umumnya. Ketersediaan air sepanjang tahun diharapkan akan selalu mencukupi kebutuhan masyarakat, kebutuhan industri dan bisa menahan laju debit air sehingga saat musim hujan, ketersediaan air tanah akan selalu ada untuk mengantisipasi musim kemarau. Pada akhirnya kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dapat diatasi dengan berjalannya program pendidikan lingkungan hidup yang diterapkan oleh peserta dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

9 SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait