BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah:
1) kantor-kantor pelayanan / administrasi pemerintahan dan administrasi kependudukan;
2) kantor pelayanan utilitas umum dan jasa; seperti layanan air bersih (PAM), listrik (PLN), telepon, dan pos; serta
3) pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan dan pos pemadam kebakaran.
c. sarana pendidikan;
Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi:
1) taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan;
2) sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun;
3) sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah sekolah dasar (SD);
4) sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi;
5) sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan.
d. sarana kesehatan;
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah:
1) posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia balita;
2) balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi;
3) balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun;
4) puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya;
5) puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil;
6) tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa perawatan; dan
7) apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan.
e. sarana peribadatan;
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu.
Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya.
f. Sarana kebudayaan dan rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain.
Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda.
g. sarana pertamanan, ruang terbuka hijau, dan olahraga
Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan.
3. Tujuan Penyediaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Tujuan dari penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah sebagai berikut:
a. Tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Karena fasilitas umum dan fasilitas sosial merupakan salah satu dari bentuk dari kepentingan umum, maka tujuan penyediaannya sama dengan tujuan diadakannya kepentingan umum yakni untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat perumahan45
b. Sebagai wadah interaksi sosial antar penghuni perumahan
Dengan disediakannya fasilitas sosial di perumahan diharapkan dapat menjadi wadah atau tempat bagi para penghuni perumahan untuk melakukan
45 Zora Febriena Dwithia, “Makna Fasilitas Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum Bagi Masyarakat”, Jurnal (Malang:
Universitas Brawijaya, 2014), hal 10
interaksi sosial dan terpenuhinya kebutuhan dan kepuasan penghuni perumahan dalam bidang sosial, mental dan spiritual. 46
c. Sebagai salah satu cara memikat konsumen untuk membeli perumahan
“Salah satu tujuan dibangun fasilitas umum dan fasilitas sosial karena itu salah satu faktor yang membuat konsumen membeli perumahan” 47. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tersedianya fasilitas umum dan fasilitas sosial yang lengkap dan memadai menjadi salah satu faktor yang membuat konsumen membeli rumah di suatu perumahan. Apabila developer menyediakan fasilitas yang lengkap maka konsumen pasti lebih tertarik karena fasilitas-fasilitas tersebut pasti akan lebih meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penghuni perumahan tersebut.
d. Memenuhi kebutuhan masyarakat dalam beraktifitas
“Salah satu tujuan disediakannya fasilitas perumahan juga agar mempermudah penghuni perumahan untuk memenuhi kebutuhannya dan mengakses fasilitas-fasilitas yang diinginkan tanpa harus keluar dari area perumahan”48. Dengan terpenuhinya kebutuhan para penghuni tanpa keluar areal perumahan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya serta kemudahan terhadap aksesibilitas terhadap fasilitas perumahan sehingga akan lebih efisien.
e. Sebagai peningkatan kwalitas area/wilayah perumahan
46 Annisa Mu’awanah sukmawati dan Nany Yuliastuti, “Efektifitas Pemanfaatan Fasilitas Sosial di Perumahan Bukit Kencana Jaya Semarang”, Jurnal Teknik PWK, 2014, Vol. 3, No. 3, hal 375
47 Wawancara, Nisya Barus, Kantor Pemasaran PT. Abadi Jaya Bersama Medan, 28 Desember 2020.
48 Wawancara, Nisya Barus, Kantor Pemasaran PT. Abadi Jaya Bersama Medan, 28 Desember 2020
Jika didalam suatu perumahan tersedia lengkap berbagai macam fasilitas seperti pusat perbelanjaan, tempat rekreasi atau olahraga. Maka hal tersebut akan mempengarughi kwalitas area/wilayah perumahan tersebut. Jika fasilitas sosial lengkap maka nilai lahan dan bangunan akan cenderung tinggi di perumahan tersebut dan akan menarik para investor untuk menggunakan kawasan tersebut sebagai kegiatan usaha.49
C. Pengaturan Penyediaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial oleh Developer Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kawasan perumahan dan permukiman yang nyaman dan menarik untuk ditinggali dapat diciptakan melalui penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang lengkap dan memadai. Fasilitas umum dan fasilitas sosial sangat dibutuhkan oleh masyarakat di suatu area perumahan dan permukiman. Untuk menyediakan fasilitas umum dan fasilitas sosial tersebut maka diperlukan adanya peran Pemerintah dan swasta yang lebih besar dalam pengadaan fasilitas pendukung perumahan.50 Supaya dalam pelaksanaan kebijakan tersebut berjalan dengan baik.
Maka pemerintah mengeluarkan peraturan dan standar-standar yang mengatur mengenai pengadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum dalam suatu lingkungan perumahan.
49 Fahirah F, Armin Basong, dan Hermansah H Tagala, “Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Jual Lahan dan Bangunan Pada Perumahan Tipe Sederhana”, Jurnal Smartek, Vol. 8, No. 4, 2010, hal 11
50 Puspa Sulilawati dan Djumanji Purwoadmodjo, “ Tanggung Jawab Pengembang Perumahan dalam Penyerahan Fasilitas Perumahan kepada Pemerintah Kota Semarang”, Jurnal Notarius, Vol. 12, No. 2, 2019, hal 670
Peraturan tersebut diantaranya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Kemudian diganti dengan undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah yang kemudian diganti lagi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah.
1. Standar Penyediaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan
Secara normatif, penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial pada lingkungan perumahan di Indonesia di sesuaikan dengan standar Dinas Pekerja Umum (DPU) 2004, yaitu SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dan SNI 03-6981-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Sederhana Tidak Bersusun di daerah Perkotaan.51
Alokasi penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial disesuaikan dengan jangkauan radius area layanan, lokasi fasilitas sosial yang sesuai, dan jumlah penduduk pendukung. Terdapat pula aturan bahwa presentase penggunaan lahan disuatu perumahan adalah 60% (enampuluh persen) untuk kavling hunian dan 40%
51 Annisa Mu’awannah Sukmawati dan Nany Yuliastuti, Op. Cit, hal 375
(empatpuluh persen) untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial.52 Standar teknis penyediaan fasilitas umum sebagai berikut:
a. Jaringan Jalan
Standar teknis jalan di perumahan, sebagai berikut:
1) Mempunayi akses kesemua lingkungan permukiman 2) Dapat diakses mobil pemadam kebakaran
3) Konstruksi trotoar tidak berbahaya pejalan kaki dan penyandang cacat 4) Konstruksi jalan sesuai dengan ketentuan kelas jalan
5) Radius belokan dan kemiringan jalan bagi setiap jenis jalan harus mengikuti ketentuan geometri jalan yang berlaku
6) Mempunyai daerah manfaat jalan dengan lebar penampang sebesar-besarnya 6 meter, dan mempunyai lebar perkerasan jalan sekurang-kurangnya 3 meter b. Jaringan Drainase
1) Direncanakan berdasarkan curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah 2) Saluran pembuangan air hujan dapat berupa saluran terbuka atau tertutup 3) Kemiringan saluran minimum 2%
4) Dilengkapi dengan Iubang pemeriksa dan dibuat pada jarak maksimum 50 meter,
5) Sistem drainase harus dihubungkan dengan saluran kota, sungai, danau atau laut
6) Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan drainase sesuai dengan SK SNI 107/1990/F Tata cara perencanaan umum drainase pekotaan.
c. Jaringan Air Bersih
1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air
2) Minum dan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
3) kapasitas mininum untuk melayani kebutuhan perumahan adalah 150 liter/orang/hari,
4) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah,
5) Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass,
6) Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa penlindungan menggunakan GIP.
7) Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 200 jiwa, 8) Radius pelayanan maksimun 100 meter,
9) Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari.
10) Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
11) Penempatan kran kebakaran harus mudah dilihat dan dicapai oleh mobil pemadam kebakaran, sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai Tata cara perencanaan bangunan lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung,
12) Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter,
52 Annisa Mu’awannah Sukmawati dan Nany Yuliastuti, Op. Cit, hal 372
13) Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter,
14) Ketentuan-ketentuan lain perihal kran sesuai dengan peraturan yang berlaku tentang Tata cara sistem hidran untuk bahaya kebakaran rumah dan gedung 15) Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur –
sumur kebakaran.
a) Kapasitas minimum tempat sampah lingkungan rumah tangga volume 0,02 m3 sesuai perhitungan pada Lampiran B
b) Tempat sampah dibuat dari bahan rapat air;
c) Penempatan tempat sampah harus mudah dicapai oleh petugas kebersihan, dan tidak mengganggu lalu lintas.
2) Pengangkutan Sampah
a) Tersedia fasilitas pengangkutan sampah;
b) Pengangkutan dari tiap-tiap rumah dilakukan maksimum dua hari sekali.
3) Pembuangan sampah harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai tata cara teknik pengelolaan sampah perkotaan dan peraturan mengenai tata cara pengelolaan sampah di permukiman.
f. Jaringan Listrik
1) Penyediaan daya listrik
a) Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari sumber lain:
b) Setiap unit hunian mendapatkan daya listrik minimum 450 VA;
2) Jaringan listrik
a) Harus tersedia jaringan listrik lingkungan dan jaringan listrik untuk hunian;
b) Penempatan tiang listrik berada di daerah milik jalan;
c) Apabila dibutuhkan, gardu listrik ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum;
d) Tersedia penerangan jalan.
g. Jaringan Telepon
1) Tersedia jaringan telepon;
2) Apabila diperlukan, setiap unit hunian dapat memperoleh sambungan;
3) Tersedia telepon umum dengan kapasitas pelayanan sesuai ketentuan yang berlaku;
4) Penempatan telepon umum mudah dilihat, mudah dicapai dan aman Standar teknis penyediaan fasilitas sosial adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas Pendidikan
1) Pra Belajar, Lokasi ditengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan teman-teman tempat bermain di RT/RW. Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 500 M, dihitung dari unit terjauh. Luas lahan 250 m2
2) Sekolah Dasar, Lokasi tidak menyebrang jalan lingkungan dan masih tetap ditengah-tengah kelompok keluarga. Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 1000 M dihitung dari unit terjauh. Luas lahan 200m2 3) Sekolah Menengah Pertama, Lokasi tidak dipusat lingkungan, dapat
digabung dengan lapangan olahraga atau digabung dengan sarana pendidikan lainnya. Radius maksimum 1000 M dari unit yang dilayani. Luas lahan 9000 m2
4) Sekolah Menengah Atas, Lokasi dapat digabung dengan lapangan olahraga atau digabung dengan sarana pendidikan lainnya. Atau tidak di pusat lingkungan. Radius maksimum 3000 M dari unit yang dilayani. Luas lahan 12.500 m2 untuk bangunan 1 lantai, 8.000 m2 untuk bangunan 2 lantai dan 5000 m2 untuk bangunan 3 lantai.
b. Fasilitas Perbelanjaan atau Niaga
1) Warung, Terletak dipusat lingkungan. Mudah dicapai, radius pencapaian maksimum 500 M, luas tanah minimum 100 m2
2) Pertokoan P&D, Terletak dipusat lingkungan. Radius pencapaian maksimum 1000 M, luas tanah minimum 1200 m2
3) Pusat perbelanjaan Lingkungan, terletak pada jalan utama lingkungan, terletak di pusat lingkungan, luas tanah minimum 13.500 m2
c. Fasilitas Kesehatan
1) Pos Yandu, Terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga dan dapat menyatu dengan kantor RT/RW. Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 200 m dari unit hunian terpilih. Luas lahan 60 m2
2) Balai Pengobatan, Terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga atau dekat dengan kantor RT/RW. Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 400 m dari unit hunian terjauh. Luas lahan 150 m2
3) BKIA serta Rumah bersalin, Terletak dipusat kawasan. Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 100 m dari unit hunian terjauh. Luas lahan 1.200 m2
4) Puskesmas, Berada dipusat lingkungan, dekat dengan pelayanan pemerintah, dapat bersatu dengan fasilitas kesehatan lainnya. Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 1000 m dari unit hunian terjauh.
5) Praktek Dokter, Berada ditengah-tengah kelompok dan bersatu dengan fasilitas kesehatan lain. Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 1000 m dari unit hunian terjauh.
6) Apotik, Berada diantara kelompok unit hunian, Mudah dicapai dengan radius pencapaian maksimum 1000 m dari unit hunian terjauh.
d. Fasilitas peribadatan
Fasilitas peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang sesuai, harus dilakukan survai setempat tentang :
1) Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin, serta proyeksi penduduk yang akan datang yang telah ditentukan;
2) Agama yang dianut;
3) Untuk agama Islam adalah sebagai berikut : a) luas lantai bruto per orang 1,2 m2
b) kelompok penduduk 250 orang disediakan musholla seluas 45 m2
e. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum
1) Kantor RT, Berada ditengah-tengah lingkungan keluarga. Luas lahan minimum 60 m2
2) Kantor RW, Berada ditengah-tengah lingkungan keluarga. Luas lahan minimum 60 m2
3) Pos Hasip/Siskamling, Berada ditengah-tengah lingkungan keluarga. Luas lahan minimum 6 m2
4) Pos Polisi, Berada pada bagian depan pusat pelayanan. Luas lahan minimum 60 m2
5) Kantor Pos Pembantu, Mengelompok dengan pusat pelayanan lainnya. Luas lahan minimum 100 m2
6) Pos Pemadam Kebakaran, Berdekatan dengan pos polisi. Luas lahan minimum 200 m2
7) Wartel, Mengelompok dengan pusat pelayanan. Luas lahan minimum 60 m2 8) Telepon Umum, Berada dekat pelayanan umum lainnya
9) Gedung Serba Guna, Berada dekat pelayanan umum lainnya. Luas lahan minimum 500 m2
10) Gelanggang Remaja, Berada ditengah-tengah lingkungan dekat pelayanan umum lainnya. Luas lahan minimum 500 m2
11) Kotak Surat, Dipinggir jalan umum, mudah dijangkau oleh kendaraan.
f. Fasilitas Ruang Terbuka
1) Taman, Bersatu dengan tempat bermain dan olahraga.Ketentuan taman harus dapat dipakai oleh berbagai kelompok usia, untuk rekreasi aktif dan pasif, dan mencakup area berjalan-jalan atau duduk-duduk. Luas areal minimum 200 m
2) Parkir Umum, Berada didaerah pelayanan umum. Tidak mengganggu lalu lintas orang dan kendaraan. Luas areal minimum 100 m2
3) Pemberhentian kendaraan Umum, Dekat pertrmuan antara jalan kolektor sekunder dengan jalan arteri. Luas areal minimum 2.000 m2
4) Makam, Berada diluar lingkungan perumahan atau ditempat yang telah diseiakan pemerintah daerah setempat. Luas areal minimal 2% (dua persen) dari luas areal tanah lingkungan permukiman.
2. Perencanaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan
Untuk membangun perumahan, harus mempunyai perencanaan terlebih dahulu yang meliputi rencana untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial dan rencana penyediaan kavling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari perumahan.
Perencanaan diperlukan agar tidak terjadi kesalahan peruntukan tanahnya antara kavling rumah dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial.53 Perencanaan fasilitas umum dan fasilitas sosial diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan permukiman dan diatur lebih spesifik di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan diatur didalam Pasal 16-19 Peraturan Pemrintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mengacu pada rencana keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum. Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan meliputi:
a. Rencana penyediaan kaveling tanah untuk Perumahan sebagai bagian dari permukiman.
Rencana penyediaan kaveling tanah digunakan untuk:
1) Landasan perencanaan prasarana, Sarana dan Utilitas Umum
2) Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah sesuai dengan rencana tapak (site plan) atau rencana tata bangunan dan lingkungan.
b. Kelengkapan prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum perumahan
Rencana kelengkapan prasarana, Sarana, dan Utilitas digunakan untuk:
1) Mewujudkan lingkungan perumahan yang layak huni 2) Membangun Rumah.
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum harus memenuhi persyaratan:54
a. Administratif
Persyaratan administratif adalah “persyaratan yang berkaitan dengan pemberian ijin usaha, ijin lokasi dan ijin mendirikan bangunan serta pemberian hak atas tanah” yang meliputi:
1) status penguasaan kaveling tanah;
53 Rizaldi Adiwira Mardi Putra, “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman”, Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum Brawijaya, 2016, hal 2
54 Dolfi Sandag, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Pengembang Perumahan dalam Persfektif Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011”, Jurnal Lex et Societatis, Vol. 3, No.2, 2015, hal 109
2) kelengkapan perizinan b. Teknis
Persyaratan teknis adalah “persyaratan kenyamanan bangunan, dan keandalan sarana yang berkaitan dengan keselamatan serta prasarana lingkungan” yang meliputi:
1) gambar struktur yang dilengkapi dengan gambar detil teknis;
2) jenis bangunan; dan 3) cakupan layanan.
c. Ekologis
Persyaratan ekologis adalah “persyaratan yang berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan, baik antara lingkungan buatan dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya, termasuk nilainilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan” yang meliputi:
1) perencanaan prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum dengan penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan; dan
2) mengutamakan penggunaan energi non fosil untuk Utilitas Umum.
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum harus mempertimbangkan kelayakan hunian serta kebutuhan masyarakat yang mempunyai keterbatasan fisik. Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum yang telah memenuhi persyaratan wajib mendapat pengesahan dari Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.
Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum dilakukan oleh setiap orang yang memiliki keahlian di bidang perencanaan prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum. Orang yang melakukan perencanaan wajib memiliki sertifikat keahlian yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi. Dan sertifikat keahlian tersebut harus memenuhi klasifikasi dan kualilikasi perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.55
3. Pembangunan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan
Pembangunan perumahan merupakan salah satu instrumen terpenting dalam strategi pengembangan wilayah, yang menyangkut aspek-aspek yang luas dibidang kependudukan, dan berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi dan kehidupan sosial dalam rangka pemantapan ketahanan nasional. 56 Menurut ketentuan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
55 Hizkia Rumokoy, “Penyelesaian Sengketa dalam Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Indonesia”, Jurnal Lex Crime, Vol. 8, No. 5, 2019, hal 8
56 Patawari, Syamsul Bakhri, dan Lisa Mery, “Implementasi Penyediaan Fasilitas Umum Fasilitas Sosial dalam Rangka Pembangunan Perumahan di Kawasan Permukiman”, Jurnal Petitum, Vo. 8, No. 1, 2020, hal 82
Kawasan Permukiman pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial merupakan bagian dari pembangunan perumahan. Oleh karena itu dalam membangun perumahan bukan hanya membangun rumahnya saja namun juga harus di bangun fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Fasilitas umum dan fasilitas sosial dibangun saat membangun atau melakukan pengembangan pada perumahan sebagaimana yang dinyatakan dalam rencana proyek yang telah di setujui. Dalam tahap pembangunan ini dibutuhkan peran Pemerintah Daerah dalam mengawasi pembangunan perumahan juga pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial agar sesuai dengan standar peraturan yang berlaku. Pelaksanaan pengawasan pengendalian dilaksanakan oleh
Fasilitas umum dan fasilitas sosial dibangun saat membangun atau melakukan pengembangan pada perumahan sebagaimana yang dinyatakan dalam rencana proyek yang telah di setujui. Dalam tahap pembangunan ini dibutuhkan peran Pemerintah Daerah dalam mengawasi pembangunan perumahan juga pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial agar sesuai dengan standar peraturan yang berlaku. Pelaksanaan pengawasan pengendalian dilaksanakan oleh