• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Pendidikan HAM

Dalam dokumen HAM DAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAM (Halaman 91-95)

Menurut Ki Hajar Dewantara (Made Pidarta, 1997:10), “pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”. Sementara menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat (1), bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (2003:6).

Dari dua definisi pendidikan tersebut di atas, menunjukkan bahwa mendidik adalah membantu peserta didik dan warga belajar dengan penuh kesadaran, baik dengan alat atau tidak, dengan kewajiban mereka mengembangkan dan menumbuhkan diri untuk meningkatkan kemampuan serta peran dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Mendidik adalah semua upaya membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, dan potensi-potensi lainnya secara optimal ke arah yang positif.

Hakikat pendidikan menurut Sumaatmadja (2002:85) adalah “proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan dalam arti yang seluas- luasnya, baik melalui pemberdayaan dan rekayasa, maupun pembebasan dari belenggu kebodohan, kemiskinan, rendah diri, serta “perbudakan”.

Secara umum hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau pokok yang dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) pasal 1 ayat (1):

Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (2001:3).

Berdasarkan definisi di atas jelas, bahwa hak asasi manusia merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada semua umat manusia. Dengan demikian menjadi kewajiban bagi kita semua untuk menghormati hak asasi orang lain, karena apabila kita mengabaikan kewajiban tersebut berarti kita melanggar ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam rangka menanamkan sikap dan perilaku untuk menghargai dan menghormati hak asasi orang lain, maka pendidikan memegang peranan penting. Untuk itu pendidikan HAM merupakan suatu kebutuhan apalagi bagi negara yang menyatakan diri sebagai negara demokrasi, karena jaminan dan perlindungan HAM merupakan indikator penting negara yang menganut sistem demokrasi.

Dari uraian di atas jelas, bahwa hakikat pendidikan HAM adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan berkesinambungan untuk menanamkan/mengembangkan sikap dan perilaku menghargai nilai-nilai hak asasi manusia demi kehormatan dan kemuliaan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Bagi Indonesia sebagai negara yang pernah diinjak-injak hak asasinya oleh penjajah, pentingnya pendidikan HAM ini telah lama dirasakan dan dipikirkan oleh para tokoh pendidikan kita. Satu di antaranya adalah Ki Hajar Dewantara (Tilaar, 1999:69-70), yang menyatakan bahwa:

1. Arah tujuan pendidikan ialah untuk mengangkat derajat negara dan rakyat. Di sini kita lihat betapa idealnya pendidikan nasional yang bukan bersifat individualistis tetapi mempunyai warna dan kesatuan nasional. Pendidikan nasional harus dapat mengangkat derajat atau harkat rakyat banyak dan harkat negara.

2. Pendidikan yang visioner. Di sini sungguh sangat mengagumkan betapa rumusan Ki Hajar Dewantara telah jauh mencakup ke depan. Beliau telah melihat bahwa hak-hak asasi manusia dan kehidupan global abad 21 merupakan suatu yang tidak dapat dielakkan. Pendidikan nasional tidak terlepas dari upaya untuk kerjasama dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini untuk meningkatkan derajat

kemanusiaan. Dengan kata lain hak-hak asasi manusia dan tanggung jawab bersama merupakan tugas dari pendidikan nasional.

Senada dengan pendapat di atas Wignyosoebroto (Marlian dan Marzuki, 2003:3), mengemukakan bahwa: “Civics and human rights education harus bervisi futuristik (namun juga realistik) serta bermisi membekali anak-anak muda untuk menghadapi perubahan masa depan dengan kehidupan baru yang beridiom beda dengan yang dulu”.

Dari dua pendapat di atas tersirat makna, bahwa dengan pendidikan harkat dan martabat manusia akan meningkat begitu juga penghargaan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dengan kata lain pendidikan merupakan ujung tombak untuk pengembangan sumber daya manusia. Melalui sumber daya manusia yang baik dan berkualitas sebagai hasil dari proses pendidikan, maka manusia dapat menggali dan mengembangkan sumber daya alam dan sumber daya kebudayaan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.

Hal tersebut sejarah telah membuktikan dan memberi pelajaran berharga kepada kita, bahwa: “Sumber kebangkitan kembali perekonomian Jerman dan Jepang begitu cepat setelah Perang Dunia kedua adalah pendidikan” (Pidarta, 1997:242). Karena itu apabila kita ingin maju, maka pendidikan harus mendapat perhatian semua pihak, termasuk pendidikan HAM. B. Jalur Pendidikan HAM

Setiap manusia memiliki hak asasi yang melekat pada dirinya, karena itu pendidikan HAM merupakan program pendidikan yang menyangkut semua manusia tanpa kecuali. Keadaan tersebut menyebabkan pendidikan HAM sangat kompleks karena berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pendidikan HAM perlu ditempuh melalui berbagai jalur, baik formal, informal, maupun nonformal termasuk media massa; dari mulai jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pada jenjang pendidikan tinggi.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 ayat (11), bahwa: “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi” (2003:8). Pada tingkat universitas dan lembaga pendidikan tinggi lainnya, pendidikan HAM berdasarkan program kegiatan rencana aksi nasional HAM Indonesia 1998-2003, meliputi:

2. Pembentukan atau menambah perpustakaan HAM di universitas serta KOMNAS HAM.

3. Membentuk program studi bergelar di Indonesia atau mengikuti program studi HAM di luar negeri (beasiswa).

4. Pendidikan dan pelatihan HAM bagi para aparat penegak hukum (2001:321). Sementara untuk pendidikan jalur sekolah, pendidikan HAM berdasarkan program kegiatan rencana aksi nasional HAM Indonesia 1998-2003, meliputi:

1. Menyiapkan kurikulum HAM bagi pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi, termasuk pendidikan di lingkungan perguruan agama.

2. Menerjemahkan bahan-bahan pengajaran mengenai HAM. 3. Pelatihan para guru di bidang HAM (2001:321).

Pada pendidikan jalur luar sekolah, pendidikan HAM berdasarkan program kegiatan rencana aksi nasional HAM Indonesia 1998-2003, meliputi:

1. Penyusunan bahan mengenai HAM yang mudah diserap oleh masyarakat awam. 2. Memasukkan kesadaran HAM pada tingkat desa melalui program-program yang

ada seperti Kadarkum, Kelompencapir, dan PKK.

3. Meningkatkan program penataran-penataran khususnya dari perspektif sila kedua Pancasila yang meliputi masalah HAM.

4. Lokakarya dan diskusi panel mengenai organisasi sosial dan LSM.

5. Penyuluhan mengenai konsepsi HAM di kelompok-kelompok minat seperti Majelis Taklim, Pramuka, Karang Taruna, dan lain-lain (2001:322).

Menurut Kartika dan Yunus (2000:54), bahwa: “Bila dikaitkan dengan pemajuan HAM , kita dapat memastikan bahwa LSM-lah yang telah menjalankan peran sebagai penerjemah DUHAM menjadi aksi-aksi di aras akar rumput”.

Sementara pada pendidikan jalur keluarga, pendidikan HAM berdasarkan program kegiatan rencana aksi nasional HAM Indonesia 1998-2003, meliputi: “Pola asuhan anak, dan

family re-enforcement (2001:322).

Sedangkan melalui media massa, pendidikan HAM berdasarkan program kegiatan rencana aksi nasional HAM Indonesia 1998-2003, meliputi:

1. Penyelenggaraan lokakarya secara teratur dan pelatihan mengenai HAM bagi para wartawan media cetak, media elektronik, dan petugas-petugas penerangan.

2. Mengadakan wawancara dan diskusi di media elektronik (TV dan Radio). 3. Menyebarkan bahan-bahan informasi mengenai HAM termasuk buku

pegangan mengenai HAM.

4. Tayangan mengenai HAM di media cetak dan media elektronik. 5. Pemanfaatan media tradisional (2001:322).

Apabila program kegiatan rencana aksi nasional HAM Indonesia 1998-2003 yang dipayungi Kepres No. 129 Tahun 1998 ini mendapat dukungan semua pihak, maka pendidikan HAM akan berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan, sehingga tumbuh peserta didik (warga negara) yang menghormati dan menjunjung tinggi HAM.

Dalam dokumen HAM DAN PENEGAKAN HUKUM DAN HAM (Halaman 91-95)