• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang di gunakan adalah teknik analisis Kualitatif. Dimana penelitian kualitatif merupakan penelitian yang di

36

gunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang ilmiah, yakni sesuatu yang apa adanya, tidak memanipulasi data dan kondisinya.33

Analisis data terditi dari 3 (tiga) alur kegiatan yaitu:34 1. Reduksi data

Reduksi data merupakan kegiatan memilih, menyerhanakan, dan memusatkan perhatian dari data mentah yang telah di peroleh.Data yang di peroleh kemudian di catat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari tema dan pola yang di anggap relavan dan penting yang berkaitan dengan Kompetensi Hakim Peradilan Agama dalam Menyelesaikan Sengketa Perbankan Syariah

2. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini akan di lakukan dalam bentuk uraian singkat kasus atau perkara dan sejenisnya yang berguna untuk memudahkan peneliti dalam merencanakan kegiatan selanjutnya.

3. Verifikasi/Penarikan kesimpulan

Verifikasi yaitu penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausal, sehingga dapat diajukan proposisi yang terkait dengannya.35 Dalam hal ini peneliti nantinya akan menyusun data yang sudah dipolakan, difokuskan dan di susun secara sistematik dalam bentuk naratif maka melalui melalui metode induksi data

33 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2011), hlm 1

34 Rahman,Maman,Metode Penelitian Pendidikan Moral, dalam pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Campuran, Tindakan, dan Pengembangan.(Semarang: Unnes Press,2011),hlm.173

35 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan,(Cet.II,Bandung:Angkasa,1993),hlm 167

37

tersebut peneliti dapat menyimpulkan, sehingga makna dapat di temukan dalam bentuk tafsiran argumentasi.

Dengan demikian, analisis data yang akan peneliti lakukan adalah berawal dari observasi, kemudian interview secara mendalam. Kemudian mereduksi data, dalam hal ini peneliti akan memilih dan memilah data yang di anggap relavan dan penting. Setelah itu, peneliti akan menyajikan hasil penelitian dengan temuan-temuan baru yang akan kemungkinan akan di temukan oleh peneliti lalu membandingkan dengan penelitian yang serupa. Sehingga nantinya, peneliti dapat membuat kesimpulan dan implikasi atau saran di akhir penelitian.

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Pengadilan Agama Kelas 1A Kota Makassar36 a. SK Pembentukan Pengadilan Agama

1) PP 45 Tahun 1957 Tentang Pengadilan Agama 2) UU No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama b. Sebelum PP No 45 Tahun 1957

Sejarah keberadaan Pengadilan Agama Makassar tidak diawali dengan Peraturan Pemerintah (PP. No. 45 Tahun 1957), akan tetapi sejak zaman dahulu, sejak zaman kerajaan atau sejak zaman Penjajahan Belanda, namun pada waktu itu bukanlah seperti sekarang ini adanya. Dahulu Kewenangan Seorang Raja untuk mengankat seorang pengadil disebut sebagai Hakim, akan tetapi setelah masuknya Syariah islam, Maka Raja kembali mengangkat seorang Qadhi.

Kewenangan Hakim diminimalisir dan diserahkan kepada Qadhi atau hal-hal yang menyangkut perkara Syariah agama Islam. Wewenang Qadhi ketika itu termasuk Cakkara atau Pembagian harta gono-gini karena cakkara berkaitan dengan perkara nikah.

Pada zaman penjajahan Belanda, sudah terbagi yuridiksi Qadhi, yakni Makassar, Gowa dan lain-lain. Qadhi Pertama di Makassar adalah Maknun Dg. Manranoka, bertempat tinggal dikampung laras, Qadhi lain yang dikenal ialah K.H. Abd. Haq dan Ince Moh. Sholeh, dan Ince Moh.

36https://pa-makassar.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/sejarah-pengadilan

39

Sholeh adalah Qadhi terakhir, jabatan Ince Moh. Sholeh disebut Acting Qadhi. Qadhi dahulu berwenang dan berhak mengangkat sendiri para pembantu-pembantunya guna menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi dan tugasnya, dan pada zaman pemerintahan Belanda saat itu dipimpin oleh Hamente.

Pengadilan Agama/ Mahkamah Syariah Makassar terbentuk pada tahun 1960, yang meliputi wilayah Maros, Takalar dan Gowa, karena pada waktu itu belum ada dan belum dibentuk di ketiga daerah tersebut, jadi masih disatukan dengan wilayah Makassar.

Sebelum terbentuknya Mahkamah Syariah yang kemudian berkembang menjadi Pengadilan Agama/ Mahkamah Syariah, maka dahulu yang mengerjakan kewenangan Pengadilan Agama adalah Qadhi yang pada saat itu berkantor dirumah tinggalnya sendiri. Pada masa itu ada dua kerajaan yang berkuasa di Makassar yaitu kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo dan dahulu Qadhi diberi gelar Daengta Syeh kemudian gelar itu berganti menjadi Daengta Kalia.

c. Sesudah PP No 45 Tahun 1957

Setelah keluarnya PP. No. 45 Tahun 1957, maka pada tahun 1960 terbentuklah Pengadilan Agama Makassar yang waktu itu disebut

“Pengadilan Mahkamah Syariah” adapun wilayah Yurisdiksinya dan keadaan gedungnya seperti diuraikan pada penjelasan berikut:

Wilayah Yurisdiksi Wilayah Yurisdiksi Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Kota Makassar mempunyai batas-batas seperti berikut:

40

1) Sebelah Barat berbatasan dengan selat Makassar;

2) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros;

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone;

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa 2. Visi dan Misi Pengadilan Agama Makassar37

a. Visi

Terwujudnya Pengadilan Agama Makassar yang bersih, berwibawah, dan professional dalam penegakan hukum dan keadilan menuju supermasi”

b. Misi

Berdasarkan Visi Pengadilan Agama Makassar kedepan, maka ditetapkan beberpa misi Pengadilan Agama Makassar visi tersebut.

Misi Pengadilan Agama tersebut adalah :

1) Mewujudkan Pengadilan Agama yang transparan dalam proses peradilan.

2) Meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan.

3) Mewujudkan tertib administrasi dan manajemen peradilan.

4) Meningkatkan sarana dan prasarana hukum.

37https://pa-makassar.go.id/tentang-pengadian/visi-dan-misi

41

3. Struktur Pengadilan Agama Kelas 1a Kota Makassar

Berikut adalah bagan struktur organisasi Pengadilan Agama Makassar Kelas IA Kota Makassar, antara lain: 38

(sumber dari wbsite resmi PA Kelas 1A Kota Makassar)

4. Putusan Sengketa Perbankan Syariah Di Pengadilan Agama Kelas 1a Kota Makassar NO.863/PDT.G/2020/PA.MKS

Pada Putusan No.863/Pdt.G/2020/PA.MKS ditemukan sebuah persoalan ekonomi syariah antara Penggugat (Debitur) melawan PT. Bank Permata, Tbk. Badan Pertanahan Nasional Kantor Pertanahan Kota Makassar dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kantor Wilayah Makassar. Dalam amar putusannya, Majelis Hakim mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian. Lebih jelasnya ditambilkan amar putusan Putusan No.863/Pdt.G/2020/PA.MKS berikut:

MENGADILI Dalam Eksepsi

Menolak eksepsi Tergugat;

Dalam Provosisi

Menolak gugatan provesi Penggugat;

38https://pa-makassar.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/struktur-organisasi

42 Dalam Pokok Perkara

1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2) Menyatakan Akad atau Perjanjian Pemberian Fasilitas Musyawarakah Mutanaqisah (Ketentuan Khusus), No. KK/86102-171109/N/MOR tertanggal 05 Januari 2018 adalah sah dan memiliki kekuatan hukum;

3) Menyatakan Penggugat telah melakukan prestasi sejumlah Rp.

78.156.751,05 (tujuh puluh delapan juta seratus lima puluh enam ribu tujuh ratus lima puluh satu rupiah);

4) Menyatakan pula sisa utang pokok Penggugat sejumlah Rp.

546.231.396,60 (lima ratus empat puluh enam juta dua ratus tiga puluh satu ribu tiga ratus Sembilan puluh enam rupiah);

5) Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Syahidal tantang Putusan No.863/Pdt.G/2020/PA.MKS

“kami para hakim berfikir melihat solusi ini yang bisa menyelesaikan masalah ini tanpa ada kepastian hukum. Jika permohonan ini di ikuti maka sdah sangat memberikan ketidak adilan kepada piham Perbankan, sementara nyata-nyata uang itu usdah di ambil dan dinikmati oleh nasabah dengan ratusan juta.

Jadi, karena prakterk Perbankan juga ada kiat-kiat yang sangat berbahaya yang perluh kita redam makanya kita ambil jalan tengah mengenai hutang pokok dan tidak ada lagi keuntungan sesudah itu dalam artian memberikan kepastian hukum agar jumlah hutang nasabah tidak di tambah oleh pihak Bank dengan adanya Kepastian Hukum tersebut”

Dari Putusan No.863/Pdt.G/2020/PA.MKS terdaftar di Pengadilan Agama Kelas 1A Kota Makassar, perkara Ekonomi Syariah antara Penggugat (Debitur) melawan PT. Bank Permata, Tbk, mengambil langkah untuk memberikan kepastian hukum agar supaya bank tidak lagi memberikan beban hutang kepada nasabah yang bisa saja kemudian hari akan terjadi permasalahan. Dengan adanya kepastian hukum tersebut dapat meringankan pihak nasabah meskipun terbukti nasabah/ penggugat tersebut telah terbukti

43

melakukan wanprestasi karena kealalaian nasabah/penggugat dalam dalam menyelesaikan hutang pada pihak perbankan Syariah dibuktikan dengan pemeriksaan bukti otentik serta saksi ahli dari Perbankan Syariah/Tergugat.

B. Kompetensi Hakim Peradilan Agama Dalam Menyelesaikan Sengketa Perbankan Syariah

1. Kewenangan Peradilan Agama

Dasar hukum kewenangan Peradilan Agama yaitu UU no 7 tahun 1989 yang telah mengalami perubahan tiga kali, perubahan pertama yaitu UUno 3 tahun 2006 kemudian perubahan kedua UU no 50 tahun 2009. Yang jelas mulai dari UU no 7 tahun 1989 sudah jelas bahwa, perkara-perkara apa saja yang dapat di periksa oleh Pengadilan Agama, mulai dari masalah perkawinan, isbath nikah, perwalian anak, kewarisan dan lain sebagainya.

Dalam UU ini, yang masih bersifat sengketa tidak di jelaskan secara khusus bagaimana volunternya dan juga belum mengatur tentang Ekonomi Syariah.

Sebagaimana hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Kelas A1 Kota Makassar, bapak Drs. Syahidal yang mengatakan:

“Dengan lahirnya UU no 3 tahun 2006, di situlah mulai ada perubahan kewenangan untuk Pengadilan Agama termasuk penetapan ahli waris tanpa sengketa (volunteer), kalau kita ingin melihat masa klasik (dulu) sebelum adanya UU no 7 tahun 1989, penetapan ahli waris biasanya ada yang hartanya di tetapkan, tetapi karena ada banyak masalah yang timbul meskipun sudah jelas ada penetapan dari Pengadilan, oleh karena itu Pengadilan mengembalikan prinsip hukum tentang sejauh mana kewenangan peradilan agama, bukan saja Pengadilan Agama tapi seluruh peradilan, di mana permohonan yang bersifat volunteer atau yang tidak ada lawan, Pengadilan Agama tidak berwenang memeriksa dan mengadili sepanjang tidak ada aturan Hukum yang memperbolehkannya. Akhirnya karena penetapan Ahli waris itu juga pernah di tutup, tetapi karena kebutuhan masyarakat penetapan ahli waris sangat di butuhkan seperti di Perbankan ketika ada

44

Nasabah (Pewaris) meninggal dunia memiliki tabungan di Bank maka Perbankan membutuhkan adanya Letigimasi bahwa siapa-siapa saja ahli waris.”

Pada dasarnya Kewenangan Peradilan Agama dalam UU no 3 tahun 2006, di jelaskan secara tegas bahwa Peradilan Agama memiliki kewenangan dalam mewujudkan lembaga peradilan sesuai dengan harapan bangsa dan Negara yang berasaskan pada keadilan, kemashlahatan, hal tersebut harsulah selalu mengacu dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Agung,

Bapak Drs. Syahidal menambahkan :

“Dalam UU tersebut penjelasannya sudah di rinci apa-apa saja yang termasuk Ekonomi Syariah. Pada umumnya selama ini (yang lebih khusus) di Kota Makassar kasus terkait Ekonomi Syariah lebih mendominasi masalah Perbankan Syariah, variasinya kadang Nasabah yang menggugat biasanya ada yang menggugat karena merasa ada perbuatan hukum dari pihak Bank yang melakukan penyitaan-penyitaan dan pelelangan terhadap objek sengketa dengan alasan itu tidak sepantasnya atau tidak sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku atau sebaliknya Bank yang menggugat karena wanprestasi”

Penjelasan pasal 49 huruf (i) menyatakan bahwa yang di maksud dengan Ekonomi Syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang di laksanakan menurut prinsip syariah antara lain meliputi : bank syariah, lembaga keuangan syariah, reasuransi syariah, reksa dana syariah, obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan bisnis syariah, dan lembaga keuangan mikro syariah.39

39Ibid hlm 10

45

Ekonomi Syariah dapat di adili oleh Pengadilan Agama, namun terlebih dahulu selalu mengupayakan adanya perdamaian kepada kedua belah pihak yang berperkara sebelum masuk kedalam lingkungan peradilan untuk diadili demi terwujudnya kepastian hukum yang dapat memberikan rasa keadilan bagi para pihakatau lembaga.

2. Tahapan-Tahapan dalam Menyelesaikan Sengketa Perbankan Syariah

Tahapan-tahapan dalam menyelesaikan Sengketa Perbankan Syariah, setiap lembaga Peradilan Agama memiliki tahapan-tahapan dalam menyelesaikan sengketa, hal ini terkhusus Sengketa Perbankan Syariah yang mana kasus ini berbeda dari kasus perdata volunteer lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Syahidal mengatakan Bahwa :

“Secara Umum tahapannya sama dengan perkara perdata lainnya di mulai dari Pendaftaran (Dengan perkembangan teknologi, pendaftaran pada Pengadilan sudah terbilang efisien dan Praktis karena bisa secara online), Pembayaran, setelah melakukan pembayaran di proseslah kemudian di ajukan kepada Panitera melalui Kepaniteraan berdasarkan SOP, kemudian menetapkan siapa majelis Hakim, panitera yang akan bersidang, Juru sita yang di tetapkan oleh Ketua. Biasanya pada hari yang sama berkas di serahkan langsung kepada Majelis Hakim tetapi karena sudah ada sistem sehingga kita bersepakat untuk langsung di masukkan ke sistem aplikasi SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara) melaui bantuan admin kami dengan mengupload mengenai tanggal PHS (Penetepan Hari Sidang) sekaligus tanggal sidang pertama, Jadi Ketua majelis bisa langsung print out dan tanda tangan.”

Pengadilan Agama sudah praktis karena sudah memiliki sistem PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) PTSP ini sangat meringankan bagi para pencari keadilan, satu kali masuk sudah terpenuhi untuk di proses perkaranya. Adapun system yang sudah bekerja sama dengan Pengadilan Agama sebagai berikut:

46

a) Bank, Keterlibatannya dalam pembayaran : perkara itu wajib melalui Bank agar supaya ada bukti transparansi kepada masyarakat.

b) POS Indonesia , keterlibatannya pada saat pemeriksaan bukti-bukti dan Putusan Pengadilan dalam hal penyediaan materai dan sebagainya.

“Sidang pertama, apabila para pihak hadir wajib melaui mediasi (PERMA RI no 1 Tahun 2016), majelis hakim wajib memerintahkan kepada para pihak untuk melakukan proses Mediasi.

Pada Pengadilan Agama sudah di tentukan mediator artinya mereka sudah ada SK, namun disini (Pengadilan Agama Kota Makassar) ada 2 macam mediator yaitu mediator hakim yang biayayanya gratis dan mediator non hakim yang ada biayanya karena orang luar namun para pihak sendiri yang akan memilih siapa yang akan menjadi mediator. Ketika mediasi sudah berjalan ada dua kemungkinan, bisa berhasil ataupun gagal. Ketika Berhasil, para pihak membuat kesepakatan, bisa kesepakatan dicabut perkaranya apabila di anggap tidak terlalu urgen untuk sampai eksekusi. Jadi majelis Hakim membuat putusan pencabutan atau penetapan pencabutan perkara. Tetapi ketika mediasi gagal, di lanjutkan pada tahap pemeriksaan, kemudian di lanjutkan lagi dengan agenda pengurusan perkara mulai dari pembacaan surat gugatan, jawaban ketika ada jawaban langsung di lanjutkan tetapi kalau tidak ada di tunda untuk agenda pengajuan jawaban, selanjutnya agenda replik-duplik, kemudian tahapan pembuktian (mulai dari para penggugat dan tergugat), kemudian kesimpulan di mana setelah kesimpulan sudah cukup untuk bahan musyawara para majelis hakim untuk melakukan putusan.”

Tahapan dalam penyelesaian Perkara adalah : 1) Pendaftaran

2) Pembayaran

3) Pengajuan kepada panitera untuk penetapan majelis hakim Ekonomi Syariah, Juru sita, serta penentuan hari sidang

4) Sidang pertama (apabila kedua pihak hadir dalam siding tersebut maka di wajibkan untuk mediasi), ketika mediasi gagal maka lanjut pada agenda berikutnya dan apabila berhasil maka penggugat mencabut gugatan tersebut

47 5) Replik duplik (jawab-menjawab)

6) Pembuktian (pemeriksaan surat-surat dan saksi) 7) Kesimpulan

8) Musyawarah untuk mengambil keputusan

Tahap-tahap ini selalu berdasarkan pada Undang-Undang dan Peraturan Mahkamah Agung, namun dalam sengketa perkara yang masuk pada Pengadilan Agama selalu mengupayakan terjadinya perdamaian dengan melihat sudut pandang bahwa hal yang tidak terlalu urgent ada baiknya untuk dibicarakan dari hati kehati melalui perantara mediator yang ditunjuk.

3. Standar Kompetensi Hakim Pengadilan Agama dalam Menyelesaikan Sengketa Perbankan Syariah

Standar kompetensi Hakim dalam menyelesaikan sengketa Perbankan Syariah yaitu mengenai SDM (Sumber Daya Manusia), berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Syahidal mengatakan Bahwa :

“Kalau di Pengadilan Negeri ada hakim Niaga, yang khusus tugasnya menangani perkara-perkara kepailitan dan semacamnya. Di Pengadilan Agama kemungkinan kedepan juga akan seperti itu, karena sangat dibutuhkan Kompetensi Khsusus atau kemampuan spesifik untuk menangani perkara Ekonomi Syariah. Makanya dalam PERMA no 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah, yang isinya sudah di syaratkan bahwa seharusnya yang menangani Perkara Ekonomi Syariah yaitu Hakim yang sudah bersertifikat, yang mereka sudah dilatih, di didik, di bina untuk bagaimana menangani Perkara Ekonomi Syariah. Namun secara umum Hakim malihat perbandingan-perbandingan pemahaman mengenai Ekonomi Islam dan Ekonomi umum atau Istilahnya Ekonomi Syariah dan Ekonomi Konvensional sebagai pengembangan wawasan bagi Hakim Pengadilan Agama untuk betul-betul memberikan keputusan yang tidak hanya bersifat normatif tetapi juga mempertimbangkan bagaimana kemashlahatan dalam dunia Perbankan”

Dalam perkara Ekonomi Syariah terkhusus pada Perbankan syariah sangat di maksimalkan karena harus membutuhkan kemampuan-kemampuan spesifik yang tetntunya Hakim di tuntut mampu melahirkan putusan-putusan yang

48

cukup factual dan alasan-alasan yang di dasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Ekonomi Syariah ini juga sifatnya berkaitan dengan bisnis yang cukup berat dari pada ekonomi umum, ekonomi syariah ini yang memang di dalamnya di atur Hukum Islam tentang Ekonomi.

Hukum islam ini sudah diatur secara konferehensif pula dengan merujuk pada Hukum Islam, yang mengatur bahwa sistem Ekonomi Syariah itu akadnya harus benar-benar terbebas gharar, maysir, riba serta hal-hal yang secara tegas tidak diperbolehkan oleh hukum islam. Pengadilan Agama senantiasa memeriksa secara detail terkait akad apa yang terjadi dalam perjanjian tersebut agar mampu disinkronkan dengan ketentuan hukum yang ada sehingga dapat memberikan putusan yang benar-benar berkualitas.

4. Komptensi Hakim Pengadilan Agama Kelas 1A kota Makassar dalam Menyelesaikan Sengketa Perbankan Syariah

Pasal 49 UU No. 3 Tahun 2006 mengatur tentang kompetensi Absolut (Kewenangan Mutlak) Pengadilan Agama. Oleh karena itu, pihak-pihak yang melakukan perjanjian berdasarkan prinsip syariah (ekonomi syariah) termasuk sengketa Perbankan Syariah tidak dapat melakukan pilihan hukum untuk di adili di pengadilan lain sehingga secara lembaga apparat hukum harus memiliki keilmuan tentang gal tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Syahidal mengatakan Bahwa :

“Secara normative di butuhkan sertifikasi. Meskipun sudah lama kewenangan ini di berikan kepada kami (hakim), namun kami pernah mengalami kendala secara yuridis karena muncul UU Perbankan, yang tidak lagi memberikan secara hak mutlak kepada Pengadilan Agama menjadi opsi malah ke Pengadilan Negeri. Itulah suka-duka Pengadilan Agama dan memang kita ketahui Hakim juga terbatas tetapi jelas itu menjadi tanggung jawab lembaga dengan sistem manajemen, bagaimanapun juga harus di tangani setiap perkara yang masuk secara professional. Oleh karena itu kompetensi yang ada pada Pengadilan Agama kelas 1A kota makassar harus memang di pertanggungjawabkan oleh lembaga. Sehingga mampu atau bisa yang penting ada tekad untuk belajar (baik melalui buku-buku panduan Ekomomi Syariah maupun internet), sharing, melihat putusan-putusan perbankan syariah, melakukan perbandingan dan masih alternative lain yang bisa membantu kita (hakim). Dengan itu dapat menambah wawasan-wawasan, saya selalu mengatakan bahwa

49

yang di butuhkan oleh Ekonomi Syariah ini memang yang tidak bisa normatif, harus benar-benar bisa memahami persoalan keuagan di Perbankan Syariah termasuk pada untung dan ruginya. Yang menjadi panutan cara berfikir bagi kami adalah cara berfikir Mahkama Agung, ada cara tersendiri dengan betul-betul menyelesaikan perkara secara kasustik, sehingga pada akhirnya ada balanceting (keseimbangan) antara kerugian pihak Nasabah dan Bank. Memang pada Pengadilan Agama Kelas 1a Kota Makassar kasus Ekonomi Syariah Kurang, sehingga hal yang wajar ketika hanya 1 majelis saja karena jarang yang bersertifikat karena tesnya pun terbilang ketat”

Dalam Peraturan Mahkama Agung no 2 Tahun 2015 Jo Peraturan Mahkama Agung No 4 Tahun 2019 Tentang tata cara penyelesaian Gugatan Sederhana. Gugatan sederhana ini muncul untuk memberikan pelayanan yang istilahnya murah dan cepat. Adapun perkara yang termasuk gugatan sederhana adalah yakni perkara :

1) Wanprestasi (cedera janji) atau perbuatan melawan hukum yang maksimal nilai gugatannya Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), 2) Bukan perkara yang masuk kedalam kompetensi pengadilan khusus, 3) Bukan sengketa hak atas tanah,

4) Tergugat dan penggugat tidak boleh lebih dari satu kecuali memliki kepentingan hukum yang sama

5) Tempat tinggal tergugat harus diktahui

6) Tergugat dan penggugat harus berdomosili diwilayah hukum yang sama, dan lain sebagainya.

Gugatan Sederhana Penggugat dan tergugat dapat menggunakan administrasi perkara secara elektronik (e-court/e-litigasi) tahapan penyelesaiannya meliputi :Pendaftaran, Pemeriksaan Kelengkapan Gugatan Sederhana, Penrtapan Hakim, penunjukan panitera Pengganti, pemeriksaan pendahuluan, penetapan hari sidang dan peamnggilan para pihak , pemeriksaan sidang dan perdamaian dan pembuktian putusan biaya perkara.

Penambahan kewenangan Peradilan Agama Kelas A1 Kota Makassar benar-benar memiliki standar yang harus selalu memperkaya pengetahuan dan wawasannya serta mengasah intelektualnya mengenai

50

kasus yang akan di selesaikan, karena bagaimanapun hakim Pengadilan Agama di haruskan mampu mempertanggung jawabkan apa yang telah menjadi ijtihadanya sehingga putusan yang dikeluarkan di anggap benar adanya. Hakim Pengadilan Agama Kelas 1A kota Makassar dituntut juga untuk memahami tentang Ekonomi Syariah, terkhusus Perbankan Syariah hakim harus mampu memahami tentang akad dan sistemnya.

Pengadilan Agama Kelas 1A Kota Makassar segketa Ekonomi Syariah masih terbilang minim yang terdaftar akan tetapi tetap saja terus melakukan pembekalan pada hakim, karena Ekonomi Syariah membutuhkan orang-orang yang betul mampu berfikir secara relavan dengan menyinkronkan Ekonomi Umum, Ekonomi Syariah dan Terkhusus Hukum-hukum yang digunakan agar memberikan putusan yang efektif atas penyelesaian oleh Pengadilan Agama.

Kurangnya Kasus Ekonomi Syariah yang terdaftar pada Pengadilan

Kurangnya Kasus Ekonomi Syariah yang terdaftar pada Pengadilan