• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi oleh

Dalam upaya pemberian pembiayaan kepada nasabah, BMT Bina Insan Mandiri (BIM) selama ini tidak mengalami hambatan-hambatan yang berarti, hal ini dikarenakan nasabah pembiayaan BMT Bina Insan Mandiri tidak mengalami kendala dalam menjalankan usahanya maupun pengembalian dana pembiayaan tersebut. Jika pihak nasabah mengalami kendala atau masalah dalam menjalankan usahanya, maka peranan BMT Untuk melakukan peninjauan kepada nasabah, hal ini dilakukan agar BMT Bina Insan Mandiri dapat memberikan saran dan membantu nasabah dalam mengatasi masalah tersebut. Hal ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pak Sudino (Manajer Cabang) pada wawancara tanggal 17 Desember 2009 :

Alhamdulillah saat ini kami tidak mengalami hambatan yang terlalu berat, mungkin hambatannya karena masyarakat daerah Gondangrejo ini kebanyakan merantau ke luar jawa, jadi mereka mengajukan pembiayaan disini untuk menambah modal usaha mereka di luar jawa, tetapi rumah dan jaminan tetap disini, dalam hal inipun kami (pihak BMT Bina Insan Mandiri) mengutamakan nasabah lama dan sudah terpercaya. Untuk nasabah yang seperti ini, biasanya nanti dalam membayar angsuran ke BMT dilimpahkan kepada famili atau kerabatnya, biasanya mereka mentransfer uang kepada kerabatnya, yang digunakan untuk membayar angsuran kepada pihak BMT Bina Insan Mandiri. Selain itu, hambatan lainnya dikarenakan adanya penyimpangan dana oleh nasabah pembiayaan, maksudnya dana pembiayaan tersebut seharusnya untuk membiayai usaha-usaha produktif, tetapi ada sebagian nasabah yang menggunakan dana pembiayaan tersebut untuk kebutuhan konsumtif mereka sehari-hari, jadi dana tersebut habis untuk konsumtif dan tidak digunakan untuk usaha produktif.

Hal tersebut ditegaskan pula oleh Pak Suryatmo (Marketing Landing) pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 :

Hambatan yang dihadapi oleh BMT kami seperti yang dihadapi oleh kebanyakan BMT maupun lembaga keuangan umumnya, yaitu mengenai keterlambatan pembayaran angsuran yang dilaksanakan oleh nasabah atau calon anggota pembiayaan, ya tidak semua calon anggota terlambat membayar angsuran, hanya sebagian kecil saja, kebanyakan mereka beralasan karena usahanya sepi atau dana yang akan digunakan untuk membayar angsuran digunakan untuk kebutuhan mendadak dan alasan lainnya. Dari pihak BMT berusaha memahami alasan mereka, karena mengingat sebagian besar mereka adalah pengusaha kecil menengah jadi kadang lancar, kadang sepi.

Dari wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dihadapi oleh BMT Bina Insan Mandiri antara lain :

1. Banyak nasabah yang merupakan perantau

2. Penyimpangan dana oleh nasabah

3. Pembayaran angsuran yang kurang lancar

Sedangkan menurut Pak Mulyoto (manajer utama) dalam wawancara dengan peneliti pada tanggal 16 Desember 2009, hambatan –hambatan yang dialami oleh BMT Bina Insan Mandiri :

Memang hambatan yang dialami oleh BMT Bina Insan Mandiri tidak terlalu berat, kemungkinan besar juga dialami oleh BMT-BMT lain juga, diantaranya :

1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil, sehingga

menganggap bahwa meminjam di BMT sama dengan meminjam di bank konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut.

2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT, terkadang untung tetapi dalam laporan dikatakan rugi

3. Sebagian besar penerima pembiayaan adalah pengusaha kecil yang mencatat laporan laba rugi hanya sederhana atau bahkan tidak ada.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, solusi yang dilakukan oleh BMT Bina Insan Mandiri :

a. Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai perbankan syari'ah, serta berbagai keuntungan yang diperoleh apabila menggunakan sistem perbankan syari'ah.

b. Untuk mengetahui tingkat kejujuran para nasabah mengenai laporan usahanya, maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara intensif sehingga dapat diketahui tingkat perkembangan usaha yang sesungguhnya.

c. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3% dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh tempo waktu pembayaran.

Selain beberapa hambatan tersebut ada beberapa faktor yang mendukung BMT Bina Insan Mandiri dalam menyalurkan pembiayaan mudhrabah yaitu :

a. Jaringan Kelembagaan yang Baik

Jaringan kelembagaan yang baik sangat dibutuhkan oleh badan usaha dalam rangka pengembangan usaha, terutama bagi usaha yang berkaitan dengan nasabah seperti halnya lembaga keuangan. Menurut dokumentasi

BMT Bina Insan Mandiri, menyebutkan ada tiga hal yang menjadi pilar utama untuk membangun eksistensi BMT, yaitu:

(1)Pengelola dan pengurus yang amanah

(2) Menjalankan BMT secara professional sesuai dengan kaidah-kaidah manajemen perbankan.

(3) Membangun jaringan seluas-luasnya.

Menyadari pentingnya membangun jaringan, maka sampai saat ini Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri berupaya terus membangun komunikasi antar kelembagaan, baik antar BMT atau lembaga lain yang memiliki visi dan misi yang sama terutama dalam membangun ekonomi ummat. Jaringan kelembagaan bagi BMT memiliki makna yang strategis terutama dalam hal menjaga likuiditas BMT, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia BMT, serta dalam hal advokasi untuk melindungi kepentingan BMT.

Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri(BIM) selalu mengupayakan adanya pelayanan yang mudah, cepat dan tepat dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah, salah satu bentuk kemudahan yang diberikan oleh BMT Bina Insan Mandiri adalah memberikan pinjaman dengan persyaratan yang sangat mudah, tidak berbelit-belit, dalam rangka memberikan pelayanan yang maksimal kepada nasabah sehingga menjadi faktor pendukung bagi nasabah untuk tetap mengambil pinjaman dana dan menyimpan dana di Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dan tidak beralih ke lembaga keuangan lain.

c. Hubungan Kemitraan Antara BMT Bina Insan Mandiri dengan Nasabah

Hubungan antara Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri(BIM) dengan nasabah bersifat sebagai mitra kerja, sehingga kedua belah pihak,baik nasabah maupun pihak BMT Bina Insan Mandiri saling menguntungkan. Pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah akan mendapatkan keuntungan bagi hasil yang diberikan dari pendapatan usaha yang dijalankan oleh nasabah, sedangkan pihak nasabah mendapatkan keuntungan yaitu tambahan permodalan dalam menjalankan usahanya sehingga usaha yang dijalankan oleh nasabah akan mengalami peningkatan. Dengan adanya hubungan antara BMT dengan nasabah yang bersifat kemitraan, maka pihak BMT akan melakukan monitoring terhadap usaha yang dilakukan oleh nasabah yang sifatnya membantu nasabah. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Pak Suryatmo (Marketing Landing) pada wawancara tanggal 18 Desember 2009 :

Pengawasan secara rutin memang tidak ada, namun jika ada nasabah yang tidak mengangsur pembiayaan dan bagi hasilnya pada saat jatuh tempo, biasanya dari pihak kami akan mendatangi nasabah tersebut dan menanyakan alasannya, apabila nasabah mengalami kendala dalam usahanya, maka pihak kami akan berusaha memberikan solusi dan bermusyawarah bersama dengan nasabah tersebut. Pihak kami terkadang mendatangi para nasabah untuk melakukan silaturahmi.

Hal ini juga ditegaskan oleh Pak Mulyoto (Manajer Utama) pada wawancara tanggal 16 Desember 2009 :

Dari pihak BMT Bina Insan Mandiri memang tidak ada jadwal secara teratur untuk mengadakan monitoring kepada para nasabah pembiayaan, kami memonitor perkembangan usaha mereka apabila mereka datang ke BMT Bina Insan Mandiri untuk mengangsur pembiayaan mereka, biasanya sambil mengobrol santai kami menanyakan perkembangan dan kendala mereka dalam menjalankan usahanya. Sekali waktu kami juga mengunjungi tempat usaha mereka untuk menjalin silaturahim.

Jika suatu saat nasabah mengalami kendala dalam menjalankan usaha maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan secara bersama-sama antara pihak BMT dengan nasabah, yaitu pihak BMT dalam upaya membantu nasabah hanya sebatas melakukan konsultasi, memberikan saran dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga pihak BMT tidak bersifat ikut campur tangan secara langsung dalam menentukan kebijakan-kebijakan usaha yang dilakukan oleh nasabah.

Dokumen terkait