• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

1. Latar belakang Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dalam Memberikan Pembiayaan Mudharabah.

Lembaga keuangan bank, merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan oleh lembaga ini adalah menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman dan juga melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau tabungan. Menurut Undang-undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang N0 10 Tahun 1998, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk yang lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah suatu lembaga yang didalamnya mencakup dua jenis kegiatan yaitu yang pertama, Baitul Maal yaitu kegiatan menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq, shadaqah. Kedua, Baitul Tamwil yaitu lembaga yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil menengah bawah dan mikro dengan mendorong melalui pembiayaan usaha ekonomi produktif.

Usaha penyaluran dana yang dilakukan oleh BMT terbukti lebih mengena dan dapat meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil menengah, karena sasaran pembiayaan BMT adalah pengusaha kecil menengah, keberadaan BMT yang dekat dengan masyarakat, mudah di jangkau masyarakat kecil menengah, serta persyaratan yang mudah dan tidak ada pembebanan bunga pinjaman. Dalam sistem syari'ah yang merupakan landasan dasar operasional BMT, tidak mengenal adanya bunga atas pinjaman, karena bunga dilarang oleh syari'ah Islam dan hukumnya adalah haram. Oleh karena itu, dalam menjalankan operasional pembiayaan, pada suatu BMT dikenal adanya sistem bagi hasil, yaitu keuntungan dari usaha yang dijalankan oleh pengusaha kecil menengah tersebut akan dibagi sesuai dengan nisbah atau prosentase yang telah disepakati dalam perjanjian antara pihak BMT dengan nasabah sebelumnya.

Pihak BMT Bina Insan Mandiri lebih mengutamakan pembiayaan bagi usaha kecil, dikarenakan sesuai dengan visi dan misi BMT Bina Insan Mandiri yaitu sebagai lembaga keuangan mikro syari'ah yang membantu dan mendorong kemaslahatan usaha kecil menengah dengan memberikan pembiayaan sesuai prinsip-prinsip syari'ah yang bebas riba, dan melihat bahwa sebagian besar masyarakat bergerak di bidang ekonomi kecil menengah yang memiliki modal terbatas tetapi memiliki potensi untuk berkembang maju, apabila usaha-usaha kecil tersebut mengalami gulung tikar maka akan semakin menambah jumlah

khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, dengan adanya pembiayaan mudharabah dari BMT Bina Insan Mandiri, diharapkan dapat membantu permodalan bagi usaha kecil menengah di wilayah Kecamatan Gondangrejo dan ikut berperan serta dalam pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, sehingga tewujud kesejahteraan masyarakat Indonesia.

2. Prosedur Permohonan Pembiayaan Mudharabah yang Dilaksanakan di BMT

Bina Insan Mandiri

Alasan BMT Bina Insan Mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada calon anggota, disesuaikan antara permohonan pembiayaan yang diinginkan dengan usaha yang akan dilaksanakan oleh calon anggota tersebut, dengan demikian pihak BMT akan memberikan keterangan lebih lanjut dan akan mengarahkan pembiayaan yang sesuai dengan usaha yang akan dijalankan oleh calon anggota. Adapun prosedur pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri adalah :

a. Solitisasi

Adalah penjelasan oleh pihak BMT kepada nasabah (biasanya dilakukan oleh pihak marketing BMT), mengenai tata cara pengajuan pembiayaan dan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah apabila akan mengajukan pembiayaan kepada BMT.

b. Analisis

Adalah analisis yang dilakukan oleh pihak BMT untuk menentukan kesanggupan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan yang sudah disepakati bersama sebelumnya.

Dalam hal ini digunakan sebagai agunan nasabah kepada BMT, jika nasabah sebagai pelaku usaha melakukan kecurangan dan pada akhirnya mengalami kerugian maka pihak BMT mempunyai hak untuk mengambil jaminan tersebut untuk menjadi milik BMT. Hal ini sudah sangat jelas sesuai dengan ketentuan dalam akad mudharabah, jaminan bisa disertakan dalam perjanjian akad dalam upaya mendapatkan pembiayaan mudharabah, sebagai alat meminimalisasi resiko yang akan dialami oleh BMT.

d. Persetujuan pembiayaan

Adalah persetujuan pembiayaan atas permohonan nasabah yang dilakukan oleh pihak BMT.

e. Perjanjian atau akad

Yaitu kedua belah pihak (BMT Bina Insan Mandiri dan nasabah) saling membuat kesepakatan akan perihal pembiayaan tersebut. Aspek-aspek yang mendukung dari perjanjian tersebut adalah jangka waktu pengembalian angsuran, nisbah bagi hasil antara nasabah sebagai pelaku usaha dengan pihak BMT sebagai pemberi modal, jaminan yang diberikan kepada pihak BMT, legalitas nasabah, dan prospek usaha nasabah di masa depan.

f. Pencairan pembiayaan

Yaitu setelah meneliti kelengkapan syarat-syarat dari nasabah, melakukan survey ketempat tinggal, tempat usaha dan jaminan milik nasabah, mengadakan rapat dengan komite pembiayaan dan mendapat persetujuan dari komite pembiayaan, maka pihak BMT akan mencairkan pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah sesuai dengan kesepakatan bersama.

Perhitungan bagi hasil adalah perhitungan penerimaan dari nasabah(pelaku usaha)dengan pihak BMT ( pemberi dana) sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.

h. Pembayaran angsuran

Yaitu angsuran pembiayaan yang harus diberikan oleh nasabah kepada pihak BMT sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. i. Monitoring

Yaitu pihak BMT akan memantau jalannya usaha yang dilakukan oleh calon anggota, apabila nasabah (calon anggota) mengalami kesulitan dan kendala dalam menjalankan usahanya, maka pihak BMT akan membantu dengan memberikan solusi dan saran dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi nasabah (calon anggota) tersebut sehingga dapat memperbaiki usaha nasabah (calon anggota ) di masa depan. Lancarnya usaha yang dilakukan nasabah akan mempengaruhi kedisiplinan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan kepada BMT.

Teknik perhitungan bagi hasil terdiri dari dua macam cara, yaitu :

a. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil net dari hasil pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pembiayaan tersebut.

b. Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada total pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

Penggunaan sistem perhitungan tersebut, masing-masing BMT

mempunyai kebijakan sendiri. Dalam menerapkan teknik perhitungan bagi hasil, BMT Bina Insan Mandiri menggunakan teknik profit sharing, yaitu pihak

BMT beranggapan bahwa dengan menggunakan sistem profit sharing

pengusaha kecil menengah dengan meringankan pengeluaran atas biaya-biaya usaha yang telah dijalankan, selain itu system profit sharing adalah system yang sesuai dengan prinsip syari'ah yang berasas pada keadilan, yaitu ketika usaha mengalami keuntungan maupun kerugian akan ditanggung bersama antara BMT sebagai shahibul maal (pemberi dana) dan pengusaha sebagai mudharib (pengelola), bahkan bisa jadi kerugian dari usaha akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT dengan syarat kerugian tersebut tidak disengaja dan bukan karena kelalaian pengusaha.

3. Peranan Pembiayaan Mudharabah di BMT Bina Insan Mandiri Terhadap

Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Keberadaan BMT Bina Insan Mandiri dirasakan sangat membantu para pengusaha kecil menengah terutama di Kecamatan Gondangrejo. Masyarakat merasakan bahwa BMT Bina Insan Mandiri sangat berperan bagi kelancaran usaha mereka dalam meningkatkan permodalan, hal ini dikarenakan prosedur pembiayaan yang mudah dan tidak berbelit-belit serta pencairan dana yang cepat, sehingga mereka dapat segera memutarkan modal pembiayaan dari BMT untuk usaha mereka. Selain itu pembiayaan dari BMT Bina Insan Mandiri sangat membantu dalam perkembangan usaha mereka. Salah satu produk pembiayaan yang sangat membantu para pengusaha kecil menengah adalah pembiayaan mudharabah. Pembiayaan mudharabah ini merupakan salah satu alternatif bagi pengusaha kecil menengah untuk meningkatkan usahanya, karena pembiayaan mudharabah ini tidak memberatkan bagi pengusaha kecil menengah dengan beban bunga pinjaman yang tinggi dan keuntungan maupun kerugian dari usaha yang dijalankan nasabah akan ditanggung bersama, dan bisa jadi kerugian dari usaha akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak BMT

Bina Insan Mandiri dengan syarat kerugian tersebut tidak disengaja dan bukan karena kelalaian pengusaha, apabila kerugian tersebut karena kelalaian pengusaha, maka akan ditanggung oleh pengusaha sendiri. Dalam pembiayaan mudharabah tidak mengenal adanya bunga pinjaman, karena hal itu merupakan riba yang dilarang dalam agama Islam, tetapi dalam pembiayaan mudharabah dikenal adanya sistem bagi hasil yaitu sesuai dengan nisbah atau prosentase yang disepakati antara pihak nasabah dengan pihak BMT. Pengusaha kecil menengah cenderung memilih mengajukan permohonan pembiayaan melalui BMT karena prosedur peminjamannya tidak berbelit-belit, agunan yang diberikan kepada pihak BMT tidak memberatkan pengusaha kecil menengah serta proses pencairan dananya cepat. Dengan adanya pembiayaan mudharabah, diharapkan dapat membantu perkembangan usaha kecil menengah, sehingga dapat berjalan dengan lancar, dan apabila usaha kecil menengah ini dapat berjalan lancar diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil menengah sehingga dapat mendorong laju perekonomian bangsa Indonesia dan tercapai kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat Indonesia.

Perkembangan usaha kecil menengah(UKM) yang mendapat pembiayaan dari BMT Bina INsan Mandiri selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun tidak meningkat tajam, tetapi usaha kecil menengah tersebut dapat berjalan lancar. Dengan adanya usaha kecil menengah ini dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, karena usaha kecil menengah yang berkembang saat ini beperan dalam menyerap tenaga kerja serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Perekonomian bangsa Indonesia sebagian besar bergerak di sektor usaha kecil menengah, dengan berkembangnya usaha kecil menengah ini diharapkan dapat membangun kembali perekonomian bangsa Indonesia dan membantu negara ini untuk bangkit kembali dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga

kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dapat tercapai sesuai dengan cita-cita bangsa ini.

4. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Oleh BMT Bina Insan Mandiri dalam

Proses Penyaluran Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil Menengah dan Solusinya

Dalam melakukan suatu usaha tentunya mengalami berbagai hambatan yang harus dihadapi oleh suatu lembaga begitu pula dengan BMT Bina Insan Mandiri. Hambatan-hambatan yang muncul tidak hanya dari internal lembaga, tetapi juga berasal dari nasabah BMT Bina Insan Mandiri. Hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri dalam pembiayaan mudharabah untuk mengembangkan usaha kecil menengah di Kecamatan Gondangrejo, yaitu :

1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai sistem bagi hasil, sehingga menganggap bahwa meminjam di BMT sama dengan meminjam di bank konvensional yaitu adanya bunga atas pinjaman tersebut.

2. Kejujuran nasabah dalam melaporkan laporan keuangan kepada BMT,

terkadang untung tetapi dalam laporan dikatakan rugi. Hal ini disebabkan karena kurangnya monitoring yang dilakukan oleh BMT, sehingga sangat memungkinkan adanya kecurangan yang dilakukan oleh nasabah.

3. Sebagian besar nasabah pembiayaan adalah pengusah kecil menengah yang

mencatat laporan laba ruginya secara sederhana atau bahkan tidak ada pencatatan. Sehingga menyulitkan pihak BMT untuk melakukan auditing terhadap laporan keuangan tersebut.

4. Banyaknya masyarakat yang mengajukan pembiayaan di BMT Bina Insan Mandiri tetapi digunakan untuk usaha di luar jawa atau merantau. Hal ini disebabkan keuntungan yang diperoleh dengan membuka usaha diluar jawa lebih besar daripada dengan usaha yang dikelola di jawa.

5. Penyimpangan dana oleh nasabah. Dana pembiayaan yang diperoleh dari BMT Bina Insan Mandiri tidak digunakan sebagaimana mestinya, yaitu untuk pembiayaan usaha produktif, tetapi digunakan untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.

6. Pembayaran angsuran yang kurang lancar. Karena sebagian besar nasabah pembiayaan adalah pengusaha kecil menengah, maka keuntungan dari usaha tidak dapat dipastikan, terkadang untung banyak terkadang mengalami kerugian. Alasan inilah yang sering digunakan oleh nasabah apabila terlambat membayar angsuran. Apabila nasabah terlambat membayar angsuran dapat menyebabkan BMT Bina Insan Mandiri mengalami kesulitan dalam perputaran pembiayaannya karena jumlah kas BMT Bina Insan Mandiri dapat berkurang.

Solusi yang dilakukan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah BMT Bina Insan Mandiri untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yaitu :

a. Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasi mengenai

perbankan syari'ah, dan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan system perbankan syari'ah.

b. Untuk mengetahui tingkat kejujuran nasabah mengenai laporan usahanya, maka pihak BMT mendatangi nasabah pembiayaan tersebut secara intensif untuk mengetahui perkembangan usaha yang sesungguhnya.

c. Memberlakukan sanksi atau denda keterlambatan bagi nasabah, yaitu 3% dari nilai angsuran apabila keterlambatan lebih dari 5 hari setelah jatuh tempo waktu pembayaran.

Dokumen terkait