• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat Keuangan Medan

HAMBATAN DAN SOLUSI PENDIDIKANDAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

A. Hambatan Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Balai Diklat Keuangan Medan

Hambatan didalam pelaksanaan program pelatihan biasanya merupakan faktor penghalang bagi organisasi dalam melaksanakan rancangan program pelatihan. Dilihat dari segi pentingnya pelatihan, hal ini sangat tidak diinginkan oleh semua pihak yang terlibat didalam pelaksanaan pelatihan. Hambatan bisa berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau dari luar diri manusia itu sendiri.

Dan ternyata hambatan yang paling berat adalah yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, yang berupa hambatan mental atau disebut Mental Block.Ia berupa virus-virus mental yang bisa membuat pengidapnya mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Virus-virus mental ini banyak jenisnya, antara lain:90

1. Blame (Menyalahkan)

Virus blame biasanya menyerang pada dua sisi yang berbeda, yaitu pada sisi internal atau diri pribadi dan sisi eksternal atau lingkungan. Bagi orang yang terkena virus blame internal, dia selalu saja menyalahkan dirinya pribadi atas segala hal kegagalan yang berkaitan dengan dirinya, tanpa adanya suatu penilaian yang sehat. Efek dari virus ini adalah orang tersebut akan menjadi pribadi yang minder dan serba ketakutan untuk melangkah, karena selalu saja menyalahkan dirinya tanpa melihat faktor dari eksternal atau selain dia penyebabnya. Virus blame berikutnya adalah

90Thohari, “Membongkar Hambatan Mental Peserta Diklat”, Kompas, 27 januari 2019

pada wilayah eksternal. Orang yang terkena virus ini biasanya mengalami gejala sering menyalahkan orang lain, lingkungan, sistem, dan sebagainya sehingga menyebabkan dirinya gagal untuk mencapai sesuatu.

2. Excuse (Beralasan)

Excuse adalah virus penyebab terjadinya penya kita mental block berikutnya. Orang yang terjangkita virus ini, lalu saja memiliki seribu satu alasan untuk menghindar, mengelak, dan sebagainya. Orang yang suka beralasan juga biasanya selalu menyangkal apapun yang terjadi jika sekiranya itu dapat merugikannya. Dia tidak peduli dan tidak berpikir efek jangka panjang yang akan terjadi akibat ulahnya itu. Yang penting baginya untuk sementara dia selamat dari - yang menurutnya-tidak bagus bagi dirinya. Bagi orang yang terkena virus ini, biasanya tidak berani mengakui kelemahan yang dimiliki atau kesalahan yang diperbuatnya sehingga orang tersebut selalu saja menghindar setiap dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya.

3. Justified (Pembenaran)

Virus justified dapat dibagi menjadi dua jika dilih dari subjeknya, yaitu pembenaran pada ranah internal dan eksternal. Pada ranah internal, biasanya orang ini akan melakukan pembenaran pada dirinya atau lembaganya jika memang yang mengevaluasi adalah lembaga. Sedangkan pada wilayang eksternal, maka yang menjadi pembenaran adalah kondisi orang lain atau para pesaing dia atau organisasinya.

4. Prestige (Gengsi)

Berapa banyak orang yang terhambat langkahnya meraih kesuksesan hanya karena gengsi yang melekat pada dirinya . Gengsi yang membuat mereka menjadi enggan untuk bergerak. Gengsi yang menjadikan mereka malu untuk menunjukkan kompetensi yang jelas - jelas dapat membawanya kepada suatu tingkatan yang lebih baik dari kondisinya saat ini. Kebalikan dari penghargaan terhadap diri yang buruk yang mengakibatkan citra diri yang buruk, maka gengsi dapat tercipta akibat penghargaan terhadap diri sendiri yang berlebih dan tidak dapat menempatkannya secara tepat dan proposional. Karena merasa dirinya lebih tinggi nilainya daripada apa yang sedang dihadapinya.

5. Lazy (Malas)

Orang yang terkena virus ini cenderung untuk suka menunda -nunda pekerjaan dan rencana tindakan yang sudah ditetapkan. Menganggap masih ada banyak waktu untuk mengerjakannya. Akibatnya sering kali tidak pernah memulai ataupun sudah terlambat ketika kita sadar. Virus malas memang telah banyak menyebabkan seseorang menjadi lalai dan terlena dengan situasi dan kondisi yang ada. Akibat kenyamanan tersebut, tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya sulit untuk bergerak menuju apa yang mereka inginkan.

6. Afraid (Takut)

Virus yang dapat menimbulkan penyakit mental block berikutnya adalah Afraid (takut) yaitu virus yang biasanya timbul akibat trauma atas masa lalu yang pernah dihadapi baik mengalami secara langsung atau tidak

langsung. Secara langsung berarti mengalami sendiri kejadian yang membuat dirinya menjadi takut untuk mengalaminya lagi. Sedangkan yang termasuk mengalami tidak langsung seperti menyaksikan, mendengar cerita, atau membaca hal-hal yang terjadi pada orang lain yang pada akhirnya membuat dirinya menjadi takut. Virus ini merupakan penyebab penyakit mental block yang paling banyak diderita. Rasa takut dalam mental block sebenarnya hanya akan membuat gerak menjadi terbatas pada seseorang saat ingin mencapai tujuan, yang pada akhirnya akan menjadi sulit untuk melakukan suatu perubahan.

7. Waiting (Menunggu)

Virus waiting merupakan salah satu virus yang dapat menghambat kita mencapai tujuan. Dia bergerak dengan melakukan suatu mekanisme yang bisa membuat seseorang dapat menyia-nyiakan waktu secara percuma.

Padahal waktu amatlah berharga bagi seseorang yang memahami bahwa sesungguhnya hidup itu terlalu singkat untuk melaku kan sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan.

8. Unconfident (Tidak Percaya Diri)

Ketidakpercayaan diri atas kemampuan atau potensi yang dimiliki, merupakan virus yang menjadikan seorang menjadi ragu -ragu untuk melangkah atau mengambil keputusan. Padahal, itu hanya dapat membuatnya tetap berada di titik nol atau bahkan mundur.

9. Bad Suspicion (Buruk Sangka)

Buruk sangka adalah virus berikutnya. Virus yang dapat mengakibatkan seseoang terkena penyakita mental block. Virus yang diawali daenagan

membuat asumsi berupa tafsir atas suatu peristiwa yang tidak didasari oleh fakta dan data akurat yang dibumbui oleh muatan negatif. Virus ini memiliki hubungan dekat dengan sikap sinis.

Menurut Moekijat,Hambatan dalam proses pelaksanaan pelatihan, antaralain:91

1. Tidak adanya kebijaksanaan yang luas dan komprehensif yang bersifat lengkap

2. Tidak adanya penilaian yang dilaksanakan yang bisa dijadikan dasar perencanaan untuk pelatihan yang berikutnya

3. Penunjukan peserta tidak berdasarkan analisis kebutuhan

4. Tujuan program pelatihan tidak jelas akan kompetensi yang dicapai/terlalu umum

5. Kurikulum pelatihan tidak jelas

6. Metodologi pelatihan kurang tepat alat peraga/media pembelajaran yang kurang memadai Bahan pelatihan banyak

7. Bahan pelatihan banyak diadopsi dari luar negeri sehingga kadang-kadang tidak sesuai dengan kebutuhan instansi/organisasi pengirim

8. Pelatih-pelatih kurang di kembangkan

9. Pelatih-pelatih yang baik kurang tertarik pada lembaga-lembaga pelatihan karena tidak adanya pola karir

10. Dan suatu sistem tindak lanjut (follow-up) yang tepat tidak ada.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan Dodi Swastika selaku Sekretaris Penyelenggara di BDK Medan mengatakan bahwa Faktor-faktor yang menjadi

91Moekijat, Perencanaan dan Pengembanga Karir Pegawai, (Bandung: Bandar Maju, 2008), hlm. 68.

kendala dalam Diklat jabatan PNS di BDK Medan adalah, setiap kebijakan atau keputusan memerlukan komunikasi antar Eselon yang dimana BDK Medan adalah Eselon III dan Pusdiklat adalah Eselon II yang mengharuskan kebijakan dibuat berdasarkan keputusan Eselon II yang diturunkan ke Eselon III dimana letak hambatannya adalah biasanya adanya jeda waktu dalam urusan administrasi.92

Hambatan lain adalah lunturnya Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil. bagi seorang Pegawai Negeri Sipil kedisiplinan harus menjadi acuan hidupnya.

Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang semakin tinggi membutuhkan aparatur yang bersih, berwibawa, dan berdisiplin tinggi dalam menjalankan tugas. Sikap dan perilaku seorang PNS dapat dijadikan panutan atau keteladanan bagi PNS di lingkungannya dan masyarakat pada umumnya.93

Disiplin yang datang dari individu sendiri adalah disiplin yang berdasarkan atas kesadaran individu sendiri dan bersifat spontan. Disiplin ini merupakan disiplin yang sangat diharapkan oleh suatu organisasi karena disiplin ini tidak memerlukan perintah atau teguran langsung. Disiplin berdasarkan perintah yakni dijalankan karena adanya sanksi atau ancaman hukuman. Dengan demikian orang yang melaksanakan disiplin ini karena takut terkena sanksi atau hukuman, sehingga disiplin dianggap sebagai alat untuk menuntut pelaksanaan tanggung jawab.94

92Hasil wawancara dengan Dodi Swastika, Skretaris Penyelenggara Diklat di BDK Medan pada tanggal 11 maret 2019 pukul 10.30 wib

93Ibid

94Ibid

B. Solusi Mengatasi Hambatan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan