• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan psikologis pada masyarakat yang terkena dampak kawasan ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2 Deskripsi hasil penelitian

4.2.2 Hambatan psikologis pada masyarakat yang terkena dampak kawasan ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung

Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna Indkator Hambatan Psikologis Penerimaan Informasi di Masyarakat Respon

Masyarakat Sikap Masyarakat Administrator

KEK (Teddy Subagja)

Selama ini belum ada protes. Dari kemarin sosialisasi yang dilakukan sejauh ini sudah cukup. selama bisa komunikasi dengan baik. Kan masy juga tetap diberdayakan, bisa sebagai karyawan dll. Kalau tempat untuk umkm sudah disapkan untuk masy sekitar

Respon awalnya memang ada pro dan kontra. Tapi selama ini tidak ada masalah sepengetahuan saya. Kalau masyarakat butuh informasi atau sesuatu bisa langsung dating ke kita untuk tanya-tanya. Daripada turun ke jalan kan kurang etis juga.

Selama ini tidak ada masalah. Tapi memang ada yang datang ke kita mau mengajukan perijinan tapi terhambat perlakuan. Dan kita bukannya tidak mau membantu. Tapi itu tupoksi nya pengelola yaitu BWJ. BAPPEDA Pandeglang (Abdul Aziz) Ke masyarakat di kampong CIkadu, kemudian sosialisasi di tingkat kecamatan. Tokoh masy, tokoh agama, aparatur desa. Lalu ada

Pro dan kontra, ada semacam pemahaman yaitu jika wisata berkembang maka kemaksiatan berkembang. Padahal tidak

Responnya positif sih, terlihat dari adanya gerai 2 buah yang dijadikan kampong wisata. Gerainya difasilitasi Pemda tapi diatas lahan masyarakat. 2 gerai

juga sosialisasi di tingkat kab. Tempatnya di aula sekda. Di tahun 2014 dibuat RAD (rencana aksi daerah) untuk mendukung Tanjung Lesung.

seperti itu semua nya tergantung pemda. Makanya di kita ada kerjasama antara pemda dengan BWJ. Disitu kita masukan regulasi apa yang boleh dan apa yg tidak boleh dibuat di Tanjung lesung ini. Termasuk ijin minuman

beralkohol. Di kita ijin itu tidak keluar. Rencananya juga akan ada universitas di dalam Tanjung Lesung.

itu ntuk salak pirus dan kerajinan tangan termasuk kerajinan membatik dengan nama motif Cikadu dengan 20 motif yang juga difasilitasi oleh BWJ. Sebenarnya bukan hanya wisatanya saja tapi juga unsur pendidikan dan kesehatannya. Nanti rencananya ada 1.000 homestay, ada rumah sakit juga, ada hotel, apartemen, cottage dan sebagainya. Ada yang dikembangkan juga masyarakatnya. Ulama (menolak KEK) (KH. Yusuf Mubarok)

Yang kami tahu para ulama, penyampaian informasi nya tidak menyeluruh. Dari laporan masyarakat ke kita banyak masyarakat yang tidak paham apa itu KEK. Siapa investornya, apa yang diinginkan investor luar negeri di KEK ini dan sebagainya.

Masyarakat

menolak, tapi ya tetap saja yang kebagian jatah mah nerima-nerima aja. Coba silahkan di cek sama mahasiswa. Yang menerima keberadaan KEK Cuma segelintir orang. Paling pemilik tanah, orang kaya nya, calo-calo nya. Masyarakat awam nya yang tidak tahu apa-apa hanya jadi penonton. Paling mentok jadi pekerja kasar. Masyarakat yang menolak menunggu intruksi dari ulama. Kalo kata ulama kita demo ya mereka siap. Tapi kita tidak mau begitu lah. Kita mau menggunakan cara-cara konstitusi. Saya sudah mengumumkan di hadapan pers bahwa kami para ulama menolak KEK. Lalu kita juga memberikan surat kepada Presiden Jokowi sebanyak 3 kali sebagai bentuk penolakan ulama terhadap pembentukan KEK. Ulama Penerimaan informasinya Respon masyarakat sebagian besar

Ya itu tadi, banyak yang ekonominya

(menerima KEK) (KH. Odon)

bagus sih, meski awalnya banyak yang tidak tahu dan

menanyakannya ke saya. ya buktinya kan masyarakat langsung tergerak. Ada yang buka warung, ada yang rumahnya di renovasi dan dijadikan

homestay, dan banyak lagi lah. Artinya dari sisi ekonomi

masyarakat

tergerak untuk berubah.

positif. Ada yang merantau ke Jakarta akhirnya karena di kampungnya ada potensi wisata dia kembali ke CIkadu sini dan memulai usaha karena melihat peluang. Banyak sih, selain homestay tadi juga kan masyarakat mau membuat kerajinan batik yang difasilitasi BWJ. Ya pokoknya seperti yang abah sudah jelaskan ya selebihnya bisa dilihat sendiri lah.

tergerak. Awalnya homestay Cuma 2 lho sekarang kan sudah banyak. Perantau pada pulang dan membuka usaha itu kan hal yang bagus juga. Ya kalau tidak ada KEK belum tentu seperti ini. Anggap saja ini barokah, jangan dianggap mudharat terus nanti kapan maju nya.

Tokoh masyarakat (Dzulkarnaen)

Awalnya banyak yang tidak setuju. Alasnnya macam-macam lah ada yang takut banyak maksiat, ada yang takut tidak mendapat

pekerjaan karena KEK, ada yang takut masalah kehidupan nelayan ada juga yang tidak setuju karena tidak mendapatkan peran apa-apa di KEK ini. Tapi ya lama kelamaan

kan ada

sosialisasi, ada banyak informasi yang masuk dan sebagian besar sudah setuju sekarang.

Respon awalnya ya itu tadi, beragam ya. Tapi kan karena pihak pengelola dan Pemda Pandeglang juga dating kesini dengan baik-baik dan musyawarah dengan masyarakat disini lalu sudah ada perjanjian antara BWJ dengan Pemda barulah masyarakat setuju. Untuk sikap masyarakat tentu beragam. Tapi untuk yang menerima peresmian KEK ini kan mereka berusaha. Ada yang buka warung, buka homestay dan lain-lain banyak lah. Tapi yang kita urus ini kan yang tidak setuju. Kalau hanya tidak setuju dan tidak berbuat apa-apa sih tidak masalah. Ini ada yang tidak setuju tapi provokasi yang lain dan terkadang ada prilaku premanisme ke mobil proyek BWJ yang lewat.

4.2.3 Hambatan fisik pada masyarakat yang terkena dampak kawasan