• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Komunikasi Pihak Yang Terlibat Dalam KEK Tanjung Lesung Dalam Menghadapi Hambatan Teknis

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Data

4.3.1 Proses Komunikasi Pihak Yang Terlibat Dalam KEK Tanjung Lesung Dalam Menghadapi Hambatan Teknis

Komunikasi antar budaya, Sebagaimana dijelaskan dalam buku Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya karya Alo Liliweri30 Memiliki fungsi sebagai sosialisasi nilai. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain. Dalam komunikasi antarbudaya seringkali tampil perilaku non verbal yang kurang dipahami namun lebih penting daripadanya adalah bagaimana menagkap nilai-nilai yang terkandung dalam gerakan tubuh, gerakan imajiner dan symbol tertentu dalam kebudayaan tersebut. Hambatan yang paling banyak terjadi pada proses sosialisasi salah satunya adalah hambatan teknis.

Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise). Yang menjadi indicator dari hambatan teknis pada penelitian ini adalah sarana dan prasarana untuk melakukan komunikasi seperti tempat berkumpul, alat komunikasi dan juga media untuk berkomunikasi. Dalam hal ini, hambatan teknis yaitu berupa ruang untuk berkomunikasi, alat untuk berkomunikasi dan juga media untuk berkomunikasi.

Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung menjelaskan, untuk ruang berkomunikasi pihak mereka sudah menyiapkan beberapa wadah organisasi yang menunjang kinerja masyarakat dalam rangka mendukung

30

pelaksanaan KEK Tanjung Lesung. Organisasi tersebut meliputi beragam aspek seperti organisasi yang bergerak di bidang ekonomi dan juga yang bergerak di bidang social.

“Kita dari administrator menyiapkan beberapa wadah untuk masyarakat. Dari komunitas penggerak ekonomi nya, penggerak kegiatan sosialnya juga ada31”.

Menurutnya juga, tidak hanya administrator KEK saja yang punya wewenang untuk membuat wadah organisasi masyarakat di Tanjung Lesung. Tetapi juga seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Pandeglang memiliki fungsi yang sama yaitu mendukung pelaksanaan KEK Tanjung Lesung dengan cara membuat program pro masyarakat.

Untuk alat dan media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan masyarakat, pihak administrator KEK Tanjung Lesung juga memfasilitasi para tokoh masyarakat setempat dengan kendaraan. Hal itu menurutnya untuk mempermudah jika ada informasi terkait perkembangan KEK Tanjung Lesung ini kepada masyarakat.

Di kawasan Tanjung Lesungnya itu, para tokoh masyarakat dan tokoh agama kita fasilitasi kendaraan untuk memudahkan mereka agar bias mobilisasi informasi ke masyarakat32

Selain memfasilitasi tokoh masyarakat dengan kendaraan, pihak administrator juga sering berkunjung ke kawasan KEK Tanjung Lesung guna mengklarifikasi isu-isu yang tidak benar sumbernya.

“Biasanya informasi yang tersebar itu dari mulut ke mulut, namun

kita juga sering bertatap muka dengan masyarakat karena biasanya banyak info yang tidak jelas sumbernya langsung kita klarifikasi33

31

Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016

32

Wawancara Teddy, sekretaris Administrator KEK, 28 Juli 2016

33

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pandeglang melalui Kasubid Sumber Daya Buatan juga mengatakan, ruang untuk komunikasi dan sosialisasi KEK sebenarnya sudah disiapkan di kantor kecamatan Panimbang.

“Untuk sosialisasi kita biasanya di kantor kecamatan bukan di Desa Cikadu nya34

Untuk alat komunikasi, BAPPEDA Pandeglang mengaku lebih senang berkomunikasi di Kantor Kecamatan Cikadu. Menurutnya, ruang pertemuan di kantor kecamatan Cikadu sudah lengkap.

“Di Desa Cikadu itu lengkap, ada ruangan seperti aula sudah ada microphonenya, ada proyektornya jadi tidak perlu repot bawa dari Kantor Kabupaten35

Perbedaan pendapat muncul dari Forum Ulama Se-Banten. Ulama se-Banten mengungkapkan pernyataan yang bertolak belakang dengan pernyataan BAPPEDA dan Administrator KEK. Menurut KH. Yusuf Al-Mubarok selaku ketua Forum Ulama Se-Banten, tidak ada yang namanya sosialisasi ditengah masyarakat Tanjung Lesung. Sosialisasi yang dimaksud disini adalah sosialisasi yang juga melibatkan ulama di Banten.

Tidak ada itu, sebelum pembentukan KEK ini tidak ada sosialisasi yang melibatkan ulama Banten36

Perbedaan pendapat yang kontradiktif antara ulama dengan pihak pemerintah Kabupaten Pandeglang (Administrator KEK dan BAPPEDA) tentu merupakan sebuah geger budaya yang terjadi. Ketakutan-ketakutan yang

34

Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016

35

Wawancara Abdul Aziz, Kasie Sumberdaya Buatan BAPPEDA Pandeglang, 26 Juli 2016

36

dikhawatirkan akan terjadi pada masyarakat muncul dari ulama, tokoh agama dan bukan dari masyarakat itu sendiri.

Pernyataan dari ulama Banten tersebut penulis konfirmasi kepada BAPPEDA Kabupaten Pandeglang. Menurut BAPPEDA, sosialisasi sudah dilakukan dengan maksimal dengan menghadirkan para lapisan masyarakat.

“Sosialisai di tingkat kecamatan itu kan dihadiri oleh perangkat

desa dari RT, RW, Lurah jadi biasanya pasca rapat mereka yang langsung komunikasi ke masyarakatnya37

Berdasarkan analisa penulis, ulama Banten mengalami geger budaya (geger budaya) pada pelaksanaan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung tersebut. Lundstedt mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri (personality mal-adjustment) yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. Pada dasarnya gegar budaya adalah berbenturan persepsi, yang diakibatkan penggunaan persepsi berdasarkan faktor-faktor internal (nilai-nilai budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang nilai budayanya berbeda dan belum dia pahami.

Para ulama ini juga berkomunikasi dengan masyarakat Tanjung Lesung. Hanya saja pola komunikasinya dilakukan dengan cara ceramah di masjid-masjid sekitar kawasan Tanjung Lesung. Isi ceramahnya menurut KH. Yusuf Mubarok yaitu berusaha mengingatkan masyarakat Tanjung Lesung tentang kemaksiatan yang akan terjadi jika Tanjung Lesung sudah menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

37

Biasanya kita para ulama hanya lewat ceramah di masjid-masjid saja baru bisa menyadarkan kepada masyarakat akan bahaya KEK ini seperti apa38

Untuk intensitas komunikasi kepada masyarakat, KH. Yusf Mubarok mengakui bahwa para ulama memiliki kesibukan masing-masing sehingga belum bisa maksimal dalam berkomunikasi dengan masyarakat Tanjung Lesung. Namun, para ulama ini tetap menerima laporan dari masyarakat yang tidak setuju dengan KEK.

“Karena para ulama ini sibuk dan banyak kegiatan, jadi jarang untuk bisa bertatap muka langsung dengan masyarakat. Tapi laporan-laporan bahwa masyarakat tidak setuju dengan KEK ini banyak masuk ke kita39

Pernyataan lain diungkapkan oleh KH. Odon Pengasuh Pondok Pesantren AS-Syifa yang berada di buffer zone Tanjung Lesung yaitu Desa Cikadu. Menurutnya, ruang-ruang untk bersosialisasi kepada masyarakat sudah diupayakan baik oleh Pemda Kabupaten Pandeglang ataupun oleh pihak pengelola KEK Tanjung Lesung yaitu Banten West Java.

“Banyak kok ruang-ruang untuk komunikasi dengan masyarakat. Ada wadah organisasi yang dibuat oleh Pemda, ada yang dibuat oleh BWJ dan ada juga tanah saya yang saya infakkan untuk dibuat tempat agar kalau ada kegiatan yang mengumpulkan masyarakat bisa di tempat saya40”.

Pria yang akrab disapa Abah Odon ini juga menjelaskan bahwa proses komunikasi yang terjalin diantara masyarakat saat ini hanya sekedar komunikasi dari mulut ke mulut mengenai informasi seputar KEK Tanjung Lesung. Abah

38

Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016

39

Wawancara KH. Yusuf Mubarok, ketua forum ulama se-Banten, 4 Agustus 2016

40

Odon juga sering mengajak santrinya untuk membantu bersosialisai kepada masyarakat dalam membahas KEK Tanjung Lesung.

“Santri-santri saya juga sering membantu menyebarkan informasi dengan mendatangi masyarakat dari pintu ke pintu. Paling ya kaya gitu aja sih. Soalnya kita pernah coba menyebarkan info lewat selebaran kertas yang ditempel tapi keliatannya kurang efektif juga41

Dzulkarnaen selaku tokoh masyarakat Desa Cikadu juga mengatakan hal serupa dengan KH. Odon. Menurutnya, masyarakat Tanjung Lesung terutama yang berada di kawasan buffer zone tidak keberatan dan mau saja jika diajak bermusyawarah terkait KEK Tanjung Lesung. Dirinya juga membenarkan jika penyebaran informasi yang dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut.

“Masyarakat disini sih ya mau-mau aja kalo diajak ngumpul. Biasanya di kantor kelurahan atau ditempat abah yai (kyai Odon-Red). Biasanya sih Cuma dikumpulin beberapa tokoh masyarakatnya aja, baru dari situ penyebaran informasinya dari mulut ke mulut masyarakat. Gapake sarana apa-apa sih, paling ya dari Pemda atau BWJ nya bawa kertas fotocopy-an. Trus dikasih satu-satu buat yang hadir musyawarah disitu42

Menurut analisa penulis, jika penyebaran informasi seputar Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung hanya sebatas dari mulut ke mulut, akan menyebabkan banyak sekali gangguan (noise) yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Karena perbedaan persepsi si penerima pesan membuat informasi tersebut memiliki kecenderungan untuk ditambahkan atau dikurangi shingga penyampaiannya menjadi tidak utuh.

41

Wawancara KH. Odon Firdaus, Pengasuh PP. As-Syifa, 7 Agustus 2016

42

4.3.2 Proses Komunikasi Pihak Yang Terlibat Dalam KEK Tanjung