• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Komunikasi Antar Budaya .1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya .1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya .1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya .1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Berbicara mengenai komunikasi antarbudaya tidak dapat dielakkan dari pengertian kebudayaan (budaya). Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa

sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan akal3. Menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal ini berarti bahwa seluruh tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah kebudayaan karena sangat sedikit tindakan manusia yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar. Bagaimana manusia makan, minum, berjalan, berinteraksi dengan manusia lainnya itu semua berpengaruh pada budaya individu itu sendiri. Ada sarjana lain yang mengartikan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka komunikasi antarbudaya merujuk pada fenomena komunikasi di mana para partisipan yang berbeda latar belakang kultural menjalin kontak satu sama lain secara langsung maupun tidak langsung. Ketika komunikasi antarbudaya mempersyaratkan dan berkaitan dengan kesamaan

3

Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004 hlm 8

dan perbedaan kultural antara pihak-pihak yang terlibat, maka karakteristik kultural dari partisipan bukan merupakan fokus studi. Titik perhatian dari komunikasi antarbudaya adalah proses komunikasi antara individu dengan individu dan kelompok dengan kelompok

Komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Jika kita berbicara tentang komunikasi antarpribadi, maka yang dimaksud adalah dua atau lebih orang terlibat dalam komunikasi verbal atau non verbal secara langsung. Apabila kita menambahkan dimensi perbedaan kebudayaan ke dalamnya, maka kita berbicara tentang komunikasi antarbudaya. Maka seringkali dikatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus pada faktor-faktor kebudayaan yang mempengaruhinya. Dalam keadaan demikian, kita dihadapkan dengan masalah-masalah yang ada dalam situasi di mana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.

Komunikasi antarbudaya terjadi apabila pemberi dan penerima pesan berasal dari budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki oleh setiap orang. Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda yang dapat menimbulkan berbagai macam kesulitan.

2.1.2 Tujuan Komunikasi Antar Budaya

Tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi ketidakpastian tentang orang lain. Gudykunst dan Kim4 menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak saling mengenal selalu berusaha mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan yang tepat atas relasi antrapribadi. Usaha untuk mengurangi tingkat ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap reaksi, yaitu:

 Pra-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun non verbal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi)

Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut

Closure, mulai membuka diri anda yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Teori atribusi menganjurkan agar kita harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidiki motivasi atas suatu perilaku atau tindakan seseorang.

Apabila individu dapat mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain maka ia akan mempunyai peluang yang makin besar untuk memahami orang tersebut. Selain tingkat ketidakpastian (uncertainty) maka seseorang akan menghadapi tingkat kecemasan tertentu ketika berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan lain. Kecemasan adalah suatu perasaan yang kurang menyenangkan, tekanan batin, perasaan bersalah atau ragu-ragu tentang orang

4

yang sedang dihadapi. Kecemasan mengandung suasana emosional yang tidak bersifat kognitif dan perilaku.

2.1.3 Fungsi Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya, sebagaimana dijelaskan dalam buku Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya karya Alo Liliweri5 bahwa fungsi komunikasi pada umumnya memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai fungsi pribadi yang meliputi identitas sosial, integrasi sosial, kognitif dan melepaskan diri. Serta memiliki fungsi sosial seperti pengawasan, menjembatani, sosialisasi dan menghibur.

Dalam proses komunikasi antar budaya, terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. Perilaku tersebut dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal maupun non verbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui asal-isil suku bangsa, agama maupun tingkat pendidikan seseorang.

Selain sebagai identitas sosial, komunikasi antarbudaya berfungsi sebagai integrasi sosial. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Salah satu contoh integrasi sosial adalah ketika kita menggunakan atribut-atribut yang berasal dari satu kebudayaan ketika kita berada di wilayah mereka. Seperti menggunakan lomar Baduy saatt berada di kawasan suku Baduy.

5

Komunikasi antarbudaya, sebagai sebuah kajian ilmu sosial tentu menjadi sumber pengetahuan bersama. Kita dapat mempelajari satu budaya dengan berinteraksi dengan masyarakat di budaya tersebut. Saling mepelajari kebudayaan menjadi satu fungsi dari komunikasi antarbudaya agar budaya yang ada dapat dikembangkan dan juga dilestarikan agar tidak hilang keberadaannya.

Fungsi terakhir dari fungsi pribadi komunikasi antarbudaya adalah sebagai jalan keluar. Konsultasi sebagai salah satu bentuk komunikasi menjadi hal yang penting dalam kounikasi antarbudaya. Dengan mempelajari budaya tertentu terkadang kita mendapatkan informasi dan juga inspirasi dari masalah yang kita hadapi.

Selain memiliki fungsi pribadi, komunikasi antarbudaya juga memiliki fungsi sosial salah satunya fungsi pengawasan. Dalam proses komunikasi

antarbudaya, fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan “perkembangan”

tentang lingkungan. Fungsi pengawasan ini biasanya dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam konteks kebudayaan yang berbeda.

Sebagai bentuk komunikasi lintas budaya, komunikasi antarbudaya berfungsi untuk menjembatani perbedaan komunikasi diantara komunikator dan komunikan. Fungsi tersebut terkontrol melalui pesan yang diberikan, tafsir yang digunakan dan makna yang sama.

Fungsi komunikasi antarbudaya yang selanjutnya adalah sebagai sosialisasi nilai. Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat

lain. Dalam komunikasi antarbudaya seringkali tampil perilaku non verbal yang kurang dipahami namun lebih penting daripadanya adalah bagaimana menagkap nilai-nilai yang erkandung dalam gerakan tubuh, gerakan imajiner dan symbol tertentu dalam kebudayaan tersebut.

Fungsi terakhir dari komunikasi antarbudaya adalah untuk menghibur. Fungsi menghibur juga sering ditampilkan dalam proses komunikasi antarbudaya. Pertunjukan-pertunjukan seni dan budaya selain berfungsi untuk memberikan gambaran seni, juga memiliki fungsi menghibur orang yang menontonnya. Salah satu bentuk hiburan dalam konteks komunikasi antarbudaya adalah tayangan Srimulat yang popular di layar televise Indonesia.

2.1.4 Pendekatan Komunikasi Antarbudaya

Dalam bahasa teoritis dikenal beberapa pendekatan terhadap komunikasi antarbudaya6, yaitu :

1. Pendekatan psikologis 2. Pendekatan interpretatif 3. Pendekatan kritis 4. Pendekatan dialektikal 5. Pendekatan dialog kultural 6. Pendekatan kritik budaya

Pendekatan psikologi sosial ini sebetulnya lebih didominasi oleh para penganut paham fungsionalis yang menekankan pendekatan yang bersifat etik.

6

Pendekatan ini memandang bahwa hanya peneliti yang bebas dan berada diluar objek penelitian yang akan menghasilkan kesimpulan yang objektif. Berbeda dengan pendekatan psikologi sosial, pendekatan interpretative mengharuskan peneliti berada di dalam objek penelitian. Asumsi dasarnya adalah bahwa keberadaan dan kehidupan merupakan kontstruksi dari sebuah realitas.

Perbedaan utama dari pendekatan kritis dengan pendekatan yang lain terletak pada macro context yang lebih menekankan pada konteks seperti realitas sosial, politik dan isu-isu ekonomi yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya, dan lebih khusus lagi meneliti hubungan kekuasaan diantara beberapa budaya. Pendekatan yang keempat adalah pendekatan dialektikal. Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan sebelumnya dan berasumsi bahwa sesuatu yang disebut realitas adalah dialektikal.

Pendekatan selanjutnya adalah pendektan yang menekankan pada isu-isu internasionalisme dan juga humanism yaitu pendekatan dialog kultural. Pendekatan ini berasal dari konsep yang mengatakan bahwa sains merupakan alat praktis yang perlu digunakan manusia, dan sumbangan para teoritisi adalah memberikan kontribusi keilmuannya untuk meningkatkan pemahaman tentang dunia. Dan pendekatan yang terakhir adalah pendekatan kritik budaya. Pendekatan ini berusaha mencari dan menemukan isu-isu utama yang mendorong terjadinya konflik dalam setiap budaya sehingga mengakibatkan salah satu atau lebih kebudayaan disosialisasikan oleh masyarakat.

2.1.5 Hambatan Komunikasi Antarbudaya

Menurut Hafied Cangara dalam Pengantar Ilmu komunikasi, mengatakan bahwa hambatan komunikasi ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak berlangsung sebagaimana harapan komunikator pada penerima.7

Hambatan komunikasinya sebagai berikut: 1. Hambatan Teknis

Hambatan teknis terjadi jika salah satu alat digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi pengajaran yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise)

2. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis terjadi karena adanya hambatan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima pada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna 3. Hambatan Fisik

Hambatan fisik ialah hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis. Misalnya jarak jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan sebagainya

4. Hambatan Budaya

Hambatan budaya ialah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam berkomunikasi.8

7

2.2 Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb dalam artikel Fitri Fauziah & Julianti Widuri9 kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

8

Ibid hal 156

9

Fitri dan Julianti, kecemasan; gejala dan penyebabnya, diakses dari jurnalperempuan.org pada 16 April 2016 pkl. 11.16

menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis.

Namora Lumongga Lubis10 menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.

Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, dan penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut11. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk

2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa

10

Namora L Lubis, Pengantar Psikologi untuk kedokteran, 2009 hal 14

11

Skripsi, Singgih D Gunarsa, pengaruh prilaku anak terhadap motivasi belajar, diakses dari repository.usu.ac.id

atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

2.2.3 Jenis-jenis kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak12 membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.

b. Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

c. Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

Sedangkan Kartono Kartini13 membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan, yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan ringan lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi

12

Mustamir Pedak, Metode Supernol menaklukan stress, tahun 2009 hlm 30.

13

Kartono Kartini, Sosiologi 2: Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung, 2006 hlm 45

perkembangan kepribadian seseorang, karenakecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan tersebut akan mengendap lama dalam diri individu.

b. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama.Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis padaindividu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Halini akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisiindividu. Kecemasan yang

berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).