KOTA DENPASAR
5.1 Faktor Internal
5.1.1 Harga Sewa Kamar
Secara umum, harga merupakan salah satu faktor yang dipakai sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilih suatu produk. Harga memainkan
peranan penting karena mampu merebut hati para konsumen dan calon konsumen dalam mengambil suatu keputusan (Budi, 2103:100).
Sebagai penyedia barang/jasa, pengelola hotel idealnya mampu membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan para tamu. Kebutuhan (needs) merupakan pemuas dasar tamu yang menginap di suatu hotel adalah untuk beristirahat dan tidur dengan kenyamanan yang ditawarkan. Keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang lebih spesifik, seperti tamu ingin menginap di suatu hotel yang bertarif mahal untuk menginap di kamar dengan makanan yang mewah.
Demikian pula halnya dengan kebijakan harga sewa kamar hotel. Penetapan harga sewa kamar hotel bertujuan agar dapat bersaing dengan harga sewa kamar hotel lainnya. Ada beberapa perbedaan harga sewa kamar dan jenis-jenis harga sewa kamar, namun tujuan dari berbagai jenis-jenis harga sewa kamar adalah untuk memberikan penawaran kepada tamu, sehingga dapat meningkatkan tingkat hunian hotel kamar. Penetapan harga sewa kamar tertentu juga dimaksudkan untuk mempromosikan hotel dan menjaring pelanggan baru.
Harga sewa kamar yang ada ditawarkan dengan harga tertentu sesuai dengan waktu. Pada saat musim liburan (high season atau peak season), harga sewa kamar tentu akan berbeda dengan harga pada musim sepi (low season) namun tergantung juga dengan perkiraan jumlah tamu yang akan datang. Untuk itu para pengusaha sangat memperhatikan situasi per waktu untuk dapat menawarkan produknya.
Untuk mengetahui sejauh mana harga sewa kamar ini mempengaruhi faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan city hotel, maka peneliti mewawancarai 35 orang tamu yang menginap di 16 hotel berbeda. Dari 35 orang tamu yang menginap di 16 hotel tersebut, 16 orang diantaranya menyatakan bahwa mereka memilih hotel karena harga.
Dalam penelitian kualitatif ini, pendapat para tamu itu dikutip secara representatif, artinya yang bisa dianggap mewakili kencenderungan pendapat responden
lainnya. Salah seorang tamu yang bernama Yosyani Eka Wulandari, seorang
wiraswasta, mengatakan bahwa dia memilih hotel dengan alasan harga yang memadai, lokasi yang mudah dijangkau dengan fasilitas serta pelayanan yang ramah dan nyaman (Wawancara, 2 Februari 2015). Yosyani datang ke Denpasar dengan tujuan liburan, dia menginap di Hotel Pop Harris Teuku Umar, hotel kelas bintang 2 yang berlokasi di Jalan Teuku Umar. Harga yang terpampang pada
running text LED di depan hotel adalah Rp. 328.000. Hotel ini hanya menawarkan
satu tipe kamar yang dikenal dengan Pop room. Bentuk kamar yang disediakan Hotel Pop Harris sangat sederhana namun dengan warna yang cerah. Kamar semacam ini memang sangat cocok bagi tamu dari kalangan anak muda dan pebisnis karena kamarnya sangat minimalis dan modern seperti Gambar 5.1. Apabila tamu memesan kamar melalui online travel agent (OTA), kemungkinan besar akan mendapatkan harga yang lebih murah sekitar 10-15persen, karena hotel ini juga memasarkan melalui berbagai cara antara lain bekerja sama dengan OTA seperti Agoda dan Traveloka.
Gambar 5.1
Foto Lobby dan kamar Hotel Pop Harris Teuku Umar, Jl. Teuku Umar, Denpasar (Dokumentasi, 2015)
Alasan memilih hotel sebagai tempat akomodasi berdasarkan faktor harga juga disampaikan Yohanes Baptis Dwi H, berasal dari NTT. Saat ditemui di Hotel The Grand Shanti, dia menyampaikan bahwa harga merupakan salah satu alasan memilih hotel tersebut (Wawancara, 19 Februari 2015). Hotel The Grand Santhi
ini adalah hotel kelas Melati 3 yang memiliki fasilitas kolam renang dengan 3
meeting room dan 1 ballroom berkapasitas 400 orang (lihat Gambar 5.2). Pada
saat itu, Yohanes Baptis Dwi menyampaikan mendapatkan kamar Super Deluxe
dengan harga sekitar Rp. 450.000 meskipun dalam brosur hotel, kamar dengan tipe tersebut ditawarkan sebesar Rp. 907.500.
Gambar 5.2.
Foto kamar Hotel The Grand Santhi, Jl. Patih Jelantik, Denpasar (Dokumentasi, 2015)
Mencermati perbedaan tarif di brosur dan pada realitas, harga yang didapatkan oleh pelanggan hampir setengah dari harga dalam brosur. Diskon separuh harga ini disebabkan adanya persaingan harga sewa kamar yang sangat ketat meskipun pada saat itu merupakan hari libur Imlek. Meski hari libur, tidak banyak tamu yang menginap karena bukan merupakan hari libur panjang. Biasanya liburan seperti itu yang menjadi liburan panjang (long weekend), jumlah tamu dan permintaan menginap biasanya meningkat.
Harga kamar di Hotel Pop Harris Teuku Umar dan The Grand Santhi, sudah dapat menggambarkan bahwa harga sewa kamar hotel di Kota Denpasar sudah demikian bersaing satu sama lainnya. Harga sangat rendah, dan diskon bisa mencapai 50 persen dari harga umum (published rate). Harga-harga diskon dan promo itu menjadi strategi bagi manajemen hotel untuk memikat tamu. Harga menjadi faktor bagi manajemen untuk meraih tamu dan harga pula yang menjadi faktor bagi tamu untuk memilih akomodasi.
Bila di kedua hotel tersebut merupakan hotel kelas bintang dan melati 3 dengan fasilitas yang nyaman, berikut ini hasil wawancara dengan seorang tamu yang menginap di Hotel Warta Sari, hotel melati berlokasi di Jl. Raya Ubung yang memiliki kamar sekitar 26 buah. Hotel ini awal mulanya sebuah pondok wisata yang kemudian berhasil dikembangkan menjadi hotel melati (lihat Gambar 5.3). Seorang tamu hotel ini, Asih Prabawati ( Wawancara,19 Februari 2015), seorang konsultan kecantikan yang sudah hampir tiga tahun menjadi langganan hotel ini, menyampaikan bahwa dia mendapat harga sewa kamar antara Rp.100.000-Rp. 200.000 per malam tanpa sarapan, kadang kamar dengan AC atau tanpa AC, namun dilengkapi dengan TV dan kamar mandi. Fasilitas dan harga ini sudah dirasakannya cukup memadai. Mencermati dari hal tersebut, faktor harga merupakan hal penting dalam bisnis akomodasi di Kota Denpasar. Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hotel-hotel yang memberikan harga yang sesuai dengan fasilitas yang ada merupakan hal penting yang menjadi dasar bagi tamu dalam mengambil keputusan untuk memilih akomodasi.
Gambar 5.3.
Foto wawancara dan kamar Hotel Warta Sari, berlokasi di Jalan Raya Ubung, Denpasar (Dokumentasi, 2015)
Menurut Morrison (2013, 28) suatu harga harus memberikan nilai agar tamu merasa puas sesuai dengan apa yang mereka bayarkan dan mereka juga harus diyakinkan bahwa kualitas dan fasilitas yang mereka dapatkan sesuai dengan harga yang dibayarkan. Artinya, harga memang faktor penting tetapi faktor ini harus sesuai dengan nilai uang yang dibayarkan wisatawan.
Penetapan harga sewa kamar merupakan hal penting yang dilakukan oleh pengelola hotel. Harga sewa kamar yang ditentukan mempunyai tujuan tertentu yaitu untuk meningkatkan pendapatan hotel. Selain itu, penetapan harga sewa kamar juga harus diatur dengan baik agar dapat bersaing dengan hotel lainnya dan menjaga agar tamu percaya bahwa harga yang dibayarkan sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan. Dengan demikian, penetapan harga sewa kamar harus dilakukan dengan metode yang logis dan benar (Prastowo dan Suryo, 2005:147). Ada beberapa metode yang dapat dilakukan. Pemilihan metode dilakukan sesuai
dengan kondisi yang ada di lapangan seperti jumlah kamar yang ada, pesaing di sekitar hotel ataupun fasilitas yang ada di hotel. Pemilihan metode tentunya untuk meningkatkan penjualan kamar dan keuntungan yang dapat diraih oleh hotel.
Dari ulasan tersebut, dapat dilihat bahwa teori penawaran dan permintaan tidak semua sesuai dengan hukum yang ada. Sesuai dengan hukum permintaan, bahwa konsumen selalu tertarik dengan harga yang rendah sehingga permintaan akan barang yang ditawarkan semakin meningkat. Demikian pula halnya dengan harga sewa kamar hotel yang rendah sangat menarik bagi wisatawan sehingga mereka memilih harga yang sesuai dengan kemampuan finansial dan keinginan yang ingin dicapai. Berdasarkan fenomena di atas sebagian besar tamu memilih hotel karena faktor harga dan sesuai dengan fasilitas yang ada. Nilai uang penting dan itu diukur dari value atau nilai yang diberikan. Nilai itu antara lain ditentukan oleh suasana, kenyamanan, dan juga fasilitas.
Dalam hukum penawaran disebutkan bahwa penjual akan menawarkan barang sebanyak-banyaknya saat harga barang mencapai harga tertinggi. Hal ini tidak sesuai di bisnis hotel di Kota Denpasar karena sebagian besar hotel justru menawarkan harga sewa kamar lebih murah dibandingakan dengan hotel lainnya demi menarik para tamu. Kondisi seperti ini sebenarnya tidak sehat karena akan membahayakan keberlangsung bisnis hotel. Persaingan harga sewa menyebabkan pengusaha hotel kelas melati sulit menaikkan harga sewa kamarnya.