• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI

DI KOTA DENPASAR

KETUT NGURAH TRISNI SAKAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI

DI KOTA DENPASAR

KETUT NGURAH TRISNI SAKAWATI NIM 1391061037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

ii

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP USAHA HOTEL MELATI

DI KOTA DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana

KETUT NGURAH TRISNI SAKAWATI NIM 1391061037

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN TANGGAL 30 Juni 2015

Pembimbing I,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP 196112051986031004

Pembimbing II,

Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par, MM. NIP 196901182005011002

Mengetahui Ketua Program Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP 196112051986031004

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K). NIP 195902151985102001

(5)

iv

Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 26 Juni 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana Nomor: 1847/ UN14.4 / HK/ 2015, Tanggal 22 Juni 2015

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.

Anggota : Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par, MM. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.

Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. Dr. Ida Bagus Ketut Surya, SE., MM.

(6)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ketut Ngurah Trisni Sakawati

NIM : 1391061037

Program Studi : Magister Kajian Pariwisata

Judul Tesis : DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP

USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis/Disertasi* ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan

Ketut Ngurah Trisni Sakawati NIM 1391061037

(7)

v

Om Swastiastu,

Puja pangastuti angayubagya penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya,

penulisan tesis dengan judul “Dampak Perkembangan City Hotel Terhadap Usaha Hotel Melati di Kota Denpasar” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, terimakasih kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana serta terimakasih kepada Gubernur Bali Cq. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali dan Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali yang telah memberikan fasilitas serta kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan di Program Magister Kajian PariwisataProgramPascasarjana Universitas Udayana.

Terimakasih yang tulus kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. selaku Pembimbing I, juga selaku Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana dan Dr. Dewa Putu Oka Prasiasa, A.Par, MM. selaku Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih kepada para dosen penguji Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A, Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS dan Dr. Ida Bagus Ketut Surya, SE., M.Si.

(8)

vi

yang telah memberikan masukan, saran dan koreksi untuk menyempurnakan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu Dosen Program Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana atas ilmu dan bimbingannya.

Demikian pula kepada Bapak dan Ibu staf administrasi Program Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana atas bantuan dan kerjasamanya yang sangat baik.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Ir. A.A. Made Yudiartha, MT, anak tercinta A.A. Ngr. Kameswara Suryawarman, SE., Ak, A.A.A. Indah Pradnya Paramitha dan A.A. Ngr. Rameswara Suryawarman yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa hingga pendidikan ini bisa terlaksana tepat pada waktu. Terimakasih kepada Ayah tercinta Drs. Ketut Gde Saka, Ibunda A.A.A. Ngurah Mas Kusumawardhani (alm), Ayah Mertua A.A. Ketut Agung (alm), Ibu mertua A.A Ayu Oka (alm), kakak, adik dan para ipar atas pengertian dan motivasinya. Serta teman, sahabat dan para informan yang tidak dapat disebutkan secara rinci atas perannya dalam mendorong dan membantu selama penyelesaian tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

(9)

vii

penyempurnaan tulisan ini. Sebagai akhir kata, penulis menyampaikan terimakasih dan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.

Denpasar, Juni 2015

(10)

viii

ABSTRAK

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing. Tren ini dibarengi dengan bertambahnya jumlah sarana akomodasi. Denpasar merupakan wilayah yang menunjukkan pertumbuhan sarana akomodasi yang pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal dengan istilah city hotel. Pesatnya perkembangan city hotel berdampak terhadap pengusaha hotel melati. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor penyebab berkembangnya city hotel, dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati, persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penawaran dan permintaan, teori dampak serta teori kebijakan kepariwisataan. Data dikumpulkan dengan observasi dan wawancara dengan para pengelola hotel melati dan city

hotel di Kota Denpasar, pemerintah, asosiasi perhotelan (PHRI), praktisi industri

pariwisata seperti pengusaha biro perjalanan wisata dan wisatawan.

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Denpasar adalah harga sewa kamar, fasilitas dan lokasi hotel, tingkat

hunian hotel, lama tinggal tamu, dan pengelolaan hotel. Penyebab lainnya adalah tren wisatawan mengenai pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya proses perizinan hotel ataupun masih adanya peluang untuk membangun hotel di Denpasar. Pesatnya perkembangan city hotel telah memberikan dampak negatif dan positif terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Dampak negatifnya adalah memicu persaingan tarif kamar, menurunnya tingkat hunian, dan pendapatan hotel. Dengan terjadinya persaingan, pengelola hotel berupaya meningkatkan pelayanan dan fasilitas hotelnya serta menggencarkan promosi. Perkembangan city hotel di Kota Denpasar yang menimbulkan persaingan, memaksa pengelola city hotel dan hotel melati melakukan strategi harga, promosi, dan menjaga segmen yang telah menjadi pelanggannya.

Untuk mencegah perkembangan city hotel di Kota Denpasar secara berlebihan, Pemerintah Kota Denpasar perlu menyusun kajian kebutuhan jumlah kamar hotel, kebijakan pengaturan standar harga sewa kamar dan kebijakan pemerataan pembangunan hotel di Kota Denpasar.

Kata Kunci : pariwisata Denpasar, city hotel, dampak perkembangan, hotel melati.

(11)

ix

ABSTRACT

THE IMPACT OF CITY HOTEL DEVELOPMENTS TOWARDS THE BUDGET HOTEL BUSINESSES IN THE CITY OF DENPASAR

The tourism sector of Bali has developed rapidly in the last ten years, especially when it is seen from the trend of the numbers of domestic and foreign tourist visits. This trend is accompanied with the increasing number of accommodation facilities. Denpasar is a region which shows the rapid growth of accommodation facilities, such as the presence of a number of hotels in the city area which is often referred to as a city hotel. The rapid development of the city hotel has affected the businesses of budget hotels, usually known as hotel melati (non-star hotel by category). This study examines the factors that cause the growth of city hotels, the impacts of the city hotel growths on the budget hotel businesses, the competition and business strategies of inter-city hotels as well as their influences on business strategies of budget hotels in Denpasar City.

The theories applied in the study were the theory of supply and demand, the impact theory and the theory of tourism policy. The data was collected through observation and interviews with the managers of budget hotels and city hotels in Denpasar, government, hospitality associations (Indonesian Hotels and Restaurants Association), the tourism industry practitioners such as businessmen of travel agencies and the tourists.

The findings showed the factors that cause the development of city hotels in Denpasar were the room rental rates, location, facilities offered, types of guests and hotel management. Other causes were tourist trends regarding the selection of hotels while on vacation, the ease of licensing process of establishing hotels, or the open opportunity to build hotels in Denpasar. The rapid developments of the city hotels have given negatif and positive impacts on the businesses of the budget hotels in Denpasar. The negatif impacts were: competitive room rates, declining hotel occupancy rates and revenues. The positive impacts include the hotel managers endeavor to improve services and facilities as well as to intensify the promotion of their hotels. The development of city hotels in Denpasar also lead to competition which forced the managements of city hotels and the budget hotels to perform strategies to face competition by setting the pricing strategies, promotions and keeping the market segments that have become customers.

To prevent excessive development of the city hotel in the city of Denpasar, it is recommended to Denpasar government to develop a needs assessment of hotel rooms and some policies such as standard setting policies of room rates or equitable policy of the hotel developments.

Keywords: Denpasar tourism, city hotels, the impacts of development, budget hotels.

(12)

x

RINGKASAN

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL

TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir, terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing. Tren kunjungan wisatawan dibarengi dengan bertambahnya jumlah sarana akomodasi. Denpasar merupakan wilayah yang menunjukkan pertumbuhan sarana akomodasi yang pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal dengan istilah city hotel. Pesatnya perkembangan city hotel sangat dirasakan dampaknya oleh pengusaha hotel melati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar, dengan menggunakan teori permintaan dan penawaran dengan analisis faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi harga sewa kamar (room rate), fasilitas danlokasi hotel, tingkat hunian kamar dan lama tinggal tamu, serta pengelolaan hotel. Selain faktor-faktor internal tersebut, ada juga faktor eksternal yang menjadi penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar seperti adanya tren wisatawan dalam pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya proses perizinan hotel, dan peluang untuk membangun hotel di Kota Denpasar. Dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati dianalisis dengan menggunakan teori dampak dengan faktor harga sewa kamar, jumlah tamu yang menginap, tingkat hunian kamar, pendapatan hotel, lama tinggal dan jenis tamu yang menginap. Persaingan akibat pesatnya pembangunan city hotel di Kota Denpasar dianalisis menggunakan teori dampak serta identifikasi strategi bisnis antar-city hotel dan hotel melati yang dilakukan dalam menghadapi persaingan dianalisis menggunakan teori permintaan dan penawaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan observasi dan wawancara kepada 19 pengelola hotel di Kota Denpasar yang berada di empat kecamatan. Wawancara dilakukan terhadap Pejabat Kecamatan, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Badan Pelayanan Perijinan Satu Pintu dan

(13)

xi

Penanaman Modal Kota Denpasar, Bagian Hukum Setda Kota Denpasar, Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) Kota Denpasar dan Pengurus ASITA Bali (Asosiasi Biro Perjalanan Wisata).

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penyebab berkembangnya city

hotel di Denpasar karena adanya permintaan yang tinggi dari tamu, harga sewa

kamar yang rendah, lokasi, fasilitas yang ditawarkan, dan pengelolaan hotel. Hukum penawaran tidak sesuai dalam bisnis perhotelan di Denpasar karena hotel-hotel cenderung menawarkan harga sewa kamar murah kepada tamu. Penyebab lainnya adalah tren wisatawan mengenai pemilihan hotel saat berlibur, mudahnya proses perizinan hotel ataupun masih adanya peluang untuk membangun hotel di Denpasar.

Pesatnya perkembangan city hotel telah memberikan dampak negatif dan positif terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Dampak negatifnya adalah persaingan tarif kamar, menurunnya tingkat hunian hotel dan menurunnya pendapatan hotel. Selain faktor tersebut, juga disebutkan beberapa dampak negatif yang timbul bukan saja kepada hotel melati namun juga kepada masyarakat seperti tingginya timbulnya kemacetan pada ruas jalan akibat bis tamu hotel yang parkir di depan hotel, munculnya kriminalitas ataupun dapat meningkatkan peredaran narkoba.

Mencermati dari hasil penelitian di atas maka perkembangan city hotel di Kota Denpasar, memang sangat mengkhawatirkan pengusaha hotel melati, bukan saja karena adanya persaingan harga sewa kamar yang tidak sehat ataupun menurunnya tingkat hunian hotel tetapi adanya Peraturan Walikota Denpasar Nomor 24 Tahun 2013 tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang mensyaratkan agar pengusaha jenis usaha penyediaan akomodasi hotel wajib berbentuk badan usaha Indonesia berbadan hukum. Hal ini menimbulkan permasalahan diantara para pengusaha hotel melati yang sebagian besar dikelola oleh keluarga/perseorangan karena kondisi ini dikhawatirkan akan mengancam keberlangsungan pengusaha hotel lokal itu sendiri.

Dampak positifnya pengelola hotel berupaya meningkatkan fasilitas hotel, kualitas pelayanan dan sumber daya manusianya terutama dalam teknologi terkini

(14)

xii

seperti penguasaan sistem booking online serta kemampuan berbahasa. Peningkatan kualitas SDM dan perangkat elektronik tentu bukan barang murah, namun merupakan investasi biaya tinggi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Menggencarkan promosi seperti penyebaran brosur, bekerja sama dengan online ataupun offline

travel agent, bekerjasama dengan pramuwisata ataupun sopir taksi dan juga

memberikan harga khusus untuk para tamu. Selain dampak positif terhadap pengusaha hotel melati, perkembangan city hotel di Kota Denpasar juga memberi manfaat bagi masyarakat umum. Dengan adanya city hotel, dapat memberikan peluang kerja untuk menyerap tenaga kerja lokal dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Perkembangan city hotel diharapkan meningkatkan fasilitas sarana akomodasi dengan penataan dan pemerataan di setiap wilayah sehingga dapat menimbulkan harmonisasi bisnis antar hotel di Kota Denpasar.

Perkembangan city hotel di Kota Denpasar juga menimbulkan persaingan antar city hotel maka dari itu pengelola city hotel melakukan strategi untuk menghadapi persaingan tersebut. Persaingan harga sewa kamar di Kota Denpasar sudah sangat tidak sehat, menurunnya tingkat hunian dan pendapatan hotel juga sangat dirasakan oleh city hotel.

Meskipun persaingan sangat ketat, etika bisnis harus tetap dipegang teguh. Pengelola hotel harus tetap berkomitmen dalam memuaskan tamu dengan memberikan harga yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan memberikan pelayanan yang terbaik. Menjaga hubungan baik antara pemilik, pengelola, tenaga kerja dan pengusaha hotel lainnya. Secara internal hubungan pemilik, pengelola dan tenaga kerja harus terbuka mengenai pengelolaan perusahaan. Sedangkan secara eksternal, terjalin hubungan baik antar-pengelola hotel sehingga tetap saling berbagi informasi dan tidak menjelek-jelekan hotel lain.

Beberapa pengelola hotel berkomunikasi secara informal untuk merancang suatu kegiatan semacam acara festival dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan di Kota Denpasar dan tetap menjaga pangsa pasar yang telah dimiliki.

Tingginya tingkat persaingan bisnis city hotel di Kota Denpasar telah menimbulkan berbagai dampak seperti yang telah diulas di atas, oleh karena itu

(15)

xiii

pengelola city hotel dan hotel melati melakukan berbagai upaya untuk dapat bertahan. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menyiapkan beberapa strategi seperti strategi harga, promosi dan menjaga segmen yang telah ada. Strategi harga dengan memberikan potongan harga dengan harapan dapat menarik tamu. Strategi lainnya adalah dengan melakukan berbagai upaya promosi dengan berbagai pihak seperti mengikuti kegiatan pemasaran secara langsung (table top ataupun sales

call), bekerja sama dengan Online dan Offline Travel Agent. Selain itu juga

menawarkan fasilitas hotel seperti meeting room, kolam renang ataupun restoran yang ada dalam hotel. Dan menjaga segmen yang ada dengan melakukan komunikasi dengan baik dan intens.

Untuk mengatasi pesatnya perkembangan city hotel di Kota Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar disarankan agar menyusun kajian kebutuhan jumlah hotel di Kota Denpasar dan beberapa kebijakan antara lain: kebijakan pengaturan standar harga sewa kamar, kebijakan pemerataan pembangunan hotel, kebijakan untuk mencegah meningkatnya alih fungsi lahan dan kebijakan peningkatan kualitas daya tarik wisata di Kota Denpasar.

Mensosialisasikan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 24 Tahun 2013 tentang Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada pengusaha hotel lokal untuk memberikan pengertian bahwa peraturan tersebut disusun untuk memberikan kepastian hukum untuk pengusaha dalam menjalankan usaha pariwisata di Kota Denpasar.

Pengelola hotel melati terus meningkatkan kualitas fasilitas dan pelayanan hotel untuk memenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) tamu demi memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kepada seluruh pengelola hotel, baik hotel bintang dan melati di Kota Denpasar wajib untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama di bidang bahasa dan teknologi agar dapat bersaing dalam menghadapi masuknya tenaga kerja dari luar dengan mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015.

(16)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR TABEL ... xx BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah... 12 1.3 Tujuan Penelitian ... 13 1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN …. ... 15 2.1 Kajian Pustaka ... 15 2.2 Konsep ... 21 2.2.1 City Hotel ... 21 2.2.2 Hotel Melati ... 24 2.3 Landasan Teori ... 26

(17)

xv

2.3.2 Teori Dampak Pariwisata ... 30

2.3.3 Teori Kebijakan Kepariwisataan ... 33

2.4 Model Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Rancangan Penelitian ... 41

3.2 Lokasi Penelitian ... 42

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.4 Instrumen Penelitian ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.6 Teknik Penentuan Sampel ... 47

3.7 Teknik Analisis Data ... 48

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 49

BAB IV PERKEMBANGAN INDUSTRI KEPARIWISATAAN KOTA DENPASAR ... …. 51

4.1 Perkembangan Kota Denpasar ... 51

4.2 Sarana dan Prasarana Kota Denpasar ... 53

4.3 Perkembangan Perekonomian Kota Denpasar ... 56

4.4 Kepariwisataan di Kota Denpasar Dewasa Ini ... 61

4.5 Kebijakan Usaha Sarana Akomodasi di Kota Denpasar ... 66

4.6 Kebijakan Perizinan Usaha Sarana Akomodasi di Kota Denpasar 71 BAB V FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BERKEMBANGNYA CITY HOTEL DI KOTA DENPASAR ... 73

5.1 Faktor Internal ... 73

5.1.1 Harga Sewa Kamar ... 73

5.1.2 Lokasi dan Fasilitas Hotel ... 80

5.1.3 Tingkat Hunian Hotel ... 86

5.1.4 Lama Tinggal Tamu ... 88

5.1.5 Pengelolaan Hotel ... 90

5.2 Faktor Eksternal ... 92

(18)

xvi

5.2.2 Kemudahan dalam Proses Perizinan ... 98

5.2.3 Adanya Peluang Pembangunan Hotel ... 99

BAB VI DAMPAK BERKEMBANGNYA CITY HOTEL TERHADAP USAHA HOTEL MELATI ... 102

6.1 Dampak Negatif ... 103

6.1.1 Persaingan Harga Sewa Kamar ... 103

6.1.2 Menurunnya Tingkat Hunian Hotel Melati ... 106

6.1.3 Menurunnya Pendapatan Hotel Melati... 107

6.1.4 Timbulnya Masalah Lingkungan dan Sosial Masyarakat 108 6.2 Dampak Positif ... 110

6.2.1 Meningkatkan Kualitas Fasilitas dan Pelayanan Hotel Melati ... 110

6.2.2 Meningkatkan Promosi Hotel Melati ... 111

6.2.3 Meningkatkan Perekonomian Masyarakat ... 112

6.3 Kebijakan Kepariwisataan Bidang Akomodasi ... 114

BAB VII PERSAINGAN DAN STRATEGI BISNIS ANTAR-CITY HOTEL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STRATEGI BISNIS HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR ... 125

7.1 Persaingan Antar-City Hotel di Kota Denpasar ... ..…. 126

7.2 Strategi Bisnis City Hotel di Kota Denpasar………. …………. 133

7.3 Strategi Bisnis Hotel Melati di Kota Denpasar……….…………. 139

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ... 143

8.1 Simpulan ... ... 143

8.2 Saran ... ………. 145

DAFTAR PUSTAKA ... 147

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Model Penelitian ... 40 3.2 Lokasi Penelitian ... 43 5.1 Foto Lobby dan kamar Hotel Pop Harris Teuku Umar, Jl. Teuku

Umar, Denpasar. ... 76 5.2 Foto kamar Hotel The Grand Santhi, Jl. Patih Jelantik, Denpasar ... 77 5.3 Foto wawancara dan kamar Hotel Warta Sari, berlokasi

di Jalan Raya Ubung, Denpasar ... 79 5.4 Fasilitas kolam renang dan restoran di Hotel Lifestyle Express,

Jalan Teuku Umar, Denpasar. ... 83 5.5 Foto Fasilitas dan Penawaran Paket Makan Siang di Hotel Golden

Tulip Essentials, Jl. Gatot Subroto Barat, Denpasar ... 85 5.6 Lambang Hotel Management Jaringan Dunia Accor dan Tauzia

serta Grup Santika ... 90 5.7 Suasana Makan Pagi Tamu dan Pedagang di Hotel Puri Nusa

Indah Denpasar ... 95 5.8 Keadaan Restoran dan Lingkungan Hotel Graha Cakra Bali ... 96 6.1 Gambaran Perbandingan Harga yang Ditawarkan oleh Tiga

Online Travel Agent dalam Situs TripAdvisor. ... 104

6.2. Kondisi kamar Hotel Puri Royan, Jl. Teuku Umar, Denpasar ... 105 6.3 Penawaran Pegipegi.com untuk harga sewa kamar Hotel Lifesyle

Express. ... 106 6.4 Halaman Hotel Trio Bali,di Jalan Hayam Wuruk yang dikontrakkan 108 6.5 Promosi Hotel Ratu (ex Hotel Queen) di Facebook dan website

(20)

xviii

7.1 Tampak Depan Dua Hotel Pop Harris di Jalan Teuku Umar dan

Jalan Cokroaminoto ... 127 7.2 Dua hotel baru, Hotel Guntur dan Hotel Fave Tohpati yang

lokasinya berdekatan dengan Hotel Graha Cakra Bali. ... 129 7.3 Persaingan harga sewa kamar Hotel Lifestyle Express, Hotel Inna

Bali dan Hotel Pop Harris Teuku Umar di pegipegi.com. ... 130 7.4 Perbandingan harga di Situs Hotel Graha Cakra Bali dengan

Penawaran di Agoda ... 136 7.5 Penawaran dari Hotel Inna Bali untuk berbagai kegiatan ... 138 7.6 Website Hotel Cianjur di Denpasar ... 141

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Pedoman wawancara untuk pengusaha hotel melati ... 152

2 Pedoman wawancara untuk pengusaha city hotel ... 154

3 Pedoman wawancara untuk tamu hotel ... 157

4 Pedoman wawancara untuk Pegawai Dinas Pariwisata Kota Denpasar ... 158

5 Pedoman Wawancara untuk Pegawai Kecamatan di Kota Denpasar ... 160

6 Pedoman Wawancara untuk Pengurus PHRI Kota Denpasar ... 161

7 Pedoman Wawancara untuk Pengurus ASITA Bali ... 163

8 Sampel Hotel yang Diteliti ... 164

9 Daftar Informan pada Instansi dan Asosiasi ... 166

(22)

xx

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kota Denpasar Tahun

2011-2013 ... 62 4.2 Jumlah Sarana Kepariwisataan di Kota Denpasar Tahun 2013 ... 63 4.3 Perkembangan Usaha Akomodasi di Kota Denpasar Tahun

2011-2013 ... 64 4.4 Tingkat Hunian Kamar Hotel di Kota Denpasar Tahun 2011-2013 ... 64 4.5 Rata-rata Lama Menginap Wisatawan di Kota Denpasar Tahun

2010-2012 ... 65 4.6 Jumlah Usaha Akomodasi Menurut Kecamatan di Kota Denpasar

(23)

1

1.1 Latar Belakang

Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing. Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka kunjungan sesaat, sesudah itu meningkat terus. Data Dinas Pariwista Provinsi Bali menunjukkan, tahun 2003 angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali 993.029 orang, sepuluh tahun kemudian, tahun 2013, meningkat menjadi 3.278.598 orang. Dalam sepuluh tahun, terjadi peningkatan sebesar 2.285.569 orang atau 230,16 persen. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan bebas visa mulai 2015 kepada 30 negara baru yang warganya memperoleh fasilitas bebas visa kunjungan singkat.1 Kebijakan ini diprediksi mampu meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Bali.

Tren peningkatan angka kunjungan wisatawan ke Bali dibarengi dengan bertambahnya jumlah sarana akomodasi. Data Dinas Pariwisata Provinsi Bali menunjukkan, tahun 2003 jumlah sarana akomodasi yang terdiri dari hotel berbintang, non-bintang dan pondok wisata di Bali adalah 1.209 unit dengan jumlah kamar mencapai 35.259 kamar, sedangkan tahun 2013 menjadi 2.572 unit dengan 44.361 kamar.

___________________________________________

1.

Tangerang.imigrasi.go.id/site/detailberitaumum/269/pemerintah-memberi-bebas-visa-kunjungan-singkat-wisatawan-kepada-30

(24)

Terjadi peningkatan jumlah hotel sebesar 112,73 persen dan 25,8 persen pada jumlah kamar. Pembangunan sarana akomodasi semakin bertambah karena para investor melihat perkembangan pariwisata Bali merupakan arena yang menarik untuk menanamkan modalnya terutama di bidang sarana akomodasi.

Denpasar merupakan wilayah dengan pertumbuhan sarana akomodasi yang pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal dengan istilah city hotel. Sesuai dengan namanya, city hotel mengacu pada hotel yang terletak di daerah perkotaan, dilawankan dengan hotel di tepi pantai atau resort. Di wilayah Denpasar, hotel-hotel pada awalnya dan pada umumnya terletak di Pantai Sanur, sementara di perkotaan tidak seumum dan sebanyak di Sanur. Hotel-hotel yang tumbuh belakangan ini di Kota Denpasar dengan jelas menggunakan sebutan

city hotel, seperti Grand City Inn, Santosa City Hotel ataupun Bali Rama City Hotel. Istilah city hotel sudah sangat popular dan banyak digunakan dalam

percakapan di kalangan industri pariwisata dan pemerintah. Yang diacu pun sudah jelas adalah hotel-hotel yang hadir di kota. Penelitian ini mengangkat masalah pertumbuhan city hotel dan dampaknya terhadap pengelolaan hotel melati di Kota Denpasar.

Dipilihnya Denpasar sebagai lokasi penelitian karena pertumbuhan sarana akomodasi di perkotaan yang disebut city hotel cukup pesat. Perkembangan fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran atau rumah makan dalam sepuluh tahun terakhir di Kota Denpasar sangat cepat, hal ini berbeda dengan tahun 1970-an, fasilitas pariwisata yang tersedia sangat terbatas. Pada tahun 1970-an Wilayah Kota Denpasar yang berkembang fasilitas pariwisatanya hanya di sekitar Sanur

(25)

yang memang telah dikenal sebagai daerah pariwisata. Sedangkan wilayah lainnya yang berada di tiga kecamatan yakni Denpasar Barat, Utara dan Timur belum begitu dikenal. Hotel yang berkembang pada saat itu adalah hotel kelas melati dan dikelola pengusaha lokal. Seiring dengan perkembangan zaman, berwisata menjadi kebutuhan manusia, pembangunan fasilitas pariwisata semakin tak terkendali, demikian pula yang terjadi di Kota Denpasar. Perkembangan perekonomian Kota Denpasar sebagian besar digerakkan oleh sektor tersier sebesar 74,86 persen dan kontribusi sebesar 39,60 persen berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (Statistik Daerah Kota Denpasar 2014).

Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM3./HK.001/ MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel menyebutkan usaha akomodasi dibedakan atas hotel berbintang dan melati, berdasarkan jenis dan tingkat fasilitas yang disediakan. Jenis dan tingkat fasilitas hotel menjadi dasar pemberian golongan kelas hotel yang memberikan gambaran tentang kualitas hotel baik secara fisik maupun pelayanan yang diberikan. Ada beberapa jenis sarana akomodasi yang tersedia di Kota Denpasar yang telah diatur dalam Peraturan Daerah antara lain hotel berbintang, hotel non-bintang atau dikenal dengan hotel melati, pondok wisata dan kondominium hotel atau kondotel.

Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014 menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah hotel berbintang tahun 2012 dari 25 menjadi 27 pada tahun 2013. Sedangkan jumlah hotel non-bintang dari 236 pada tahun 2012 menjadi 253 di tahun 2013. Jumlah kamar hotel berbintang pada tahun 2013 sebanyak 3.705 dan hotel non-bintang sejumlah 5.834 kamar. Tingkat hunian kamar pada hotel

(26)

berbintang tahun 2013 sekitar 50,62 persen, terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2012 tingkat hunian kamar mencapai 58,12 persen. Tingkat hunian kamar hotel non-bintang tahun 2012 sebanyak 30,50 persen menurun menjadi 26,31 persen pada tahun 2013. Rata-rata lama menginap di hotel berbintang terjadi peningkatan dari 2,90 hari di tahun 2012 menjadi 3,24 hari di tahun 2013 dengan rata-rata lama menginap di hotel non-bintang juga mengalami peningkatan dari 2,87 hari di tahun 2012 menjadi 3,12 hari di tahun 2013.

Fenomena tersebut menunjukkan telah terjadi penurunan pada tingkat hunian kamar baik di hotel berbintang maupun hotel non-bintang di bawah 50 persen. Penurunan tingkat hunian hotel dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti menurunnya jumlah wisatawan yang menginap di Kota Denpasar sebesar 13,62 persen pada tahun 2013 mencapai 364.322 orang dibandingkan pada tahun 2012 (Data Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014).

Perkembangan hotel di Denpasar tidak saja memberikan tambahan fasilitas akomodasi bagi kota Denpasar, namun pembangunan hotel yang lokasinya berada di pusat kota dan dikenal dengan istilah city hotel sering menimbulkan permasalahan. Adapun masalah yang ditimbulkan seperti adanya persaingan harga sewa kamar yang tidak sehat, rendahnya tingkat hunian kamar, tidak meratanya pembangunan di seluruh wilayah serta menurunnya fasilitas dan pelayanan yang diberikan kepada wisatawan.

Beberapa city hotel dikelola oleh manajemen profesional yang berjaringan Nasional ataupun Internasional dengan menawarkan fasilitas sekelas hotel bintang dengan harga kamar sekelas hotel melati. Sebagai perbandingan harga sewa kamar

(27)

yang ditawarkan oleh Hotel Pop Haris yang berlokasi di Jalan Teuku Umar yang merupakan city hotel dengan klasifikasi hotel berbintang sebesar Rp.271.074 sedangkan Hotel Ratu yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso dengan klasifikasi hotel melati dua menawarkan harga sewa kamar per malam sebesar Rp. 253.537. Penawaran ini dilakukan melalui perusahaan perjalanan online Agoda. Kondisi ini jelas menggambarkan ketatnya persaingan antar pengusaha hotel di Kota Denpasar.

Menurut Marlina (2008, 60) city hotel adalah hotel yang terletak di pusat kota biasanya ditujukan untuk pebisnis atau dinas. Letak hotel ini tidak selalu berada di tengah kota namun ada juga menyebar di seluruh bagian kota yang dekat dengan sentral bisnis ataupun pusat pemerintahan. Meskipun demikian, tamu dari city hotel ini juga wisatawan karena letak hotel dekat dengan daya tarik wisata yang ada di daerah tersebut. Daya tarik utama hotel semacam ini selain karena fasilitasnya yang lengkap, juga karena lokasi yang strategis dan harga sewa kamarnya yang murah.

Pesatnya pembangunan hotel baru di tengah kota sudah barang tentu memberikan kontribusi kelebihan jumlah kamar yang terjadi dan memberikan dampak secara tidak langsung kepada tingkat hunian hotel, pendapatan hotel dan persaingan harga sewa kamar. Dengan perhitungan ketersediaan jumlah kamar yang telah melebihi dari permintaan, menyebabkan tingkat hunian kamar tidak mencapai target sehingga terjadi penurunan pendapatan hotel. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak manajemen untuk menawarkan hotelnya, seperti membuat program penawaran spesial yang berkepanjangan agar dapat memberikan harga

(28)

yang menarik minat wisatawan melalui biro perjalanan wisata ataupun bekerja sama dengan perusahaan perjalanan online seperti Agoda, Traveloka ataupun perusahaan semacam lainnya. Dengan adanya harga sewa kamar hotel berbintang sama dengan sewa kamar hotel melati akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kelangsungan usaha hotel bintang lainnya. Hotel-hotel non-bintang akan terus menurunkan harga sewa kamarnya agar dapat bersaing dan untuk memenuhi biaya pengelolaan usahanya.

Timbulnya persaingan harga sewa kamar berimplikasi terhadap semakin murahnya penawaran paket wisata yang ditawarkan oleh biro perjalanan wisata, apalagi saat ini biro perjalanan wisata dengan mudah menawarkan produknya melalui internet. Dengan kondisi semacam itu, semakin menguatkan Bali sebagai destinasi murah sehingga wisatawan yang datang ke Bali bukanlah seperti yang diharapkan banyak orang yaitu wisatawan yang berkualitas namun masih mengarah kepada wisatawan massal (mass tourism).

Perkembangan sarana akomodasi di Kota Denpasar dari tahun ke tahun sangat pesat. Pemerintah Kota Denpasar telah menetapkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai usaha sarana akomodasi seperti usaha hotel melati, pondok wisata, hotel bintang dan bangunan kondominium hotel. Pengaturan terhadap usaha sarana akomodasi tidak saja dilakukan untuk menetapkan penggolongan jenis sarana akomodasi dan perizinan, namun pengaturan juga dilakukan dengan menetapkan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan pengembangan wilayah yang dirancang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar .

(29)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW) yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 bertujuan untuk menata ruang wilayah Kota Denpasar agar dapat meningkatkan kegiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna dengan tetap memelihara kelestarian budaya dan lingkungan wilayah Kota Denpasar. Dengan adanya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar diharapkan setiap pembangunan yang dilakukan sesuai yang telah ditetapkan dalam peraturan.

Pembangunan city hotel yang semakin banyak di beberapa lokasi menarik perhatian berbagai kalangan seperti yang diulas dalam sebuah harian

denpostnews.com, sebagai berikut :

Mengingat, maraknya pembangunan akomodasi pariwisata di kota berwawasan budaya ini dikhawatirkan akan memberi dampak kurang baik terhadap lingkungan, lalu lintas serta yang lainnya. Karena itu, Dinas Pariwisata Daerah (Diparda), harus membuat suatu kajian untuk kamar hotel.Di samping itu diperlukan adanya moratorium pembangunan city hotel di Kota Denpasar. Ketua Komisi B DPRD Kota Denpasar, Ir.Eko Supriadi, Kamis (20/2) kemarin mengatakan, harus adanya keberanian dari pihak eksekutif menyetop pembangunan city hotel di Kota Denpasar……. (http://www.denpostnews.com/metro-denpasar/denpasar-jangan-obral-izin-city-hotel.html)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pesatnya pembangunan city hotel telah menimbulkan kekhawatiran bukan saja mengenai persaingan tidak sehat antar pengusaha hotel namun juga dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti kemacetan lalu lintas di daerah tertentu yang diakibatkan adanya bangunan city hotel di daerah perdagangan.

(30)

Merujuk dari peraturan sarana akomodasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Denpasar, belum ada aturan yang mengacu kepada istilah dan usaha city hotel. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar pada Bagian Ketiga, Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya, Paragraf 5 Kawasan Peruntukan Pariwisata, Pasal 47 ayat 3b tampak istilah hotel kota (city hotel) namun tidak disebutkan secara detail apa yang dimaksud dengan hotel kota (city

hotel).

Dalam uraian disebutkan mengenai pengembangan akomodasi wisata yang menyebar merupakan akomodasai wisata atau hotel kota (city hotel) lokasinya dapat menyatu dengan zoning perdagangan dan jasa dan kawasan pemukiman tertentu. Meski disebutkan bahwa pengembangan hotel kota (city hotel) dapat dibangun menyebar namun penataan pembangunan hotel kota (city hotel) perlu dilakukan agar perkembangan wilayah dan penataan ruang di Kota Denpasar sesuai dengan yang telah tercantum dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar serta untuk pemerataan pergerakan ekonomi masyarakat di wilayah Kota Denpasar. Peraturan dan penataan usaha sarana akomodasi jenis baru sangat penting disiapkan, agar pelaku usaha mempunyai dasar hukum yang kuat dalam berusaha.

Pesatnya perkembangan city hotel ini sangat dirasakan dampaknya oleh pengusaha hotel melati. Adanya city hotel dengan tampilan yang lebih menarik dan harga sewa kamar yang tidak berbeda jauh dengan harga sewa kamar hotel melati, menimbulkan persaingan yang kurang sehat. Persaingan tersebut menyebabkan menurunnya tingkat hunian kamar hotel melati, adanya peralihan

(31)

fungsi kamar hotel menjadi tempat kos ataupun melakukan kerjasama dengan perusahaan property menjadikan sebagian area hotel menjadi tempat usaha perdagangan.

Persaingan sarana akomodasi di Kota Denpasar tidak saja terjadi antar pengusaha hotel berbintang, city hotel ataupun hotel melati. Persaingan yang lebih hebat akan muncul dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015. Pelaku usaha pariwisata harus siap menghadapinya karena sistem pasar bebas akan memasuki Negara Indonesia, persaingan bisnis bukan hanya diantara pengusaha Indonesia tetapi juga sesama pengusaha di wilayah ASEAN. Sistem pasar bebas akan memberikan tantangan dan peluang usaha bagi pelaku usaha pariwisata Indonesia. Untuk dapat mendapatkan peluang, pelaku usaha pariwisata harus mampu memenuhi standar usaha pariwisata dengan meningkatkan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata. Untuk itu seluruh usaha pariwisata akan diaudit oleh Lembaga Sertifikasi Usaha Bidang Pariwisata yang mandiri untuk mendapatkan Sertifikat Usaha Pariwisata seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata. Dengan adanya sertifikat tersebut, usaha pariwisata mendapat kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke Indonesia.

Selain adanya persaingan harga dan menurunkan tingkat hunian hotel, pembangunan city hotel yang tidak memperhatikan lingkungan akan menimbulkan masalah tersendiri di Kota Denpasar. Pembangunan sarana akomodasi yang masif dapat mengancam pemanfaatan sumber daya alam yang

(32)

tersedia sehingga melampaui daya dukung wilayah. Untuk itu, penataan pembangunan sarana akomodasi di Kota Denpasar sangat diperlukan guna menjaga lingkungan sekitarnya. Penataan pembangunan sarana akomodasi dengan mentaati pembagian pembangunan wilayah sesuai peruntukan seperti yang telah diatur dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW).

Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan

city hotel yang memberikan dampak terhadap usaha hotel melati di Kota

Denpasar agar pengusaha hotel melati dapat berbenah diri dalam menghadapi persaingan yang akan terjadi. Dampak yang diteliti adalah adanya persaingan harga sewa kamar, menurunnya jumlah tingkat hunian kamar, menurunnya lama tinggal tamu, menurunnya pendapatan hotel dan berubahnya segmen pasar. Dengan adanya dampak tersebut, muncul beberapa pertanyaan mengenai apakah dengan kehadiran city hotel akan mendesak keberadaan hotel melati atau sebaliknya. Pertanyaan lainnya adalah apakah kehadiran city hotel justru akan berebut pasar dengan hotel sekelasnya ataukah munculnya city hotel tidak berpengaruh terhadap usaha hotel melati karena masing-masing telah memiliki pasar tersediri. Dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai pentingnya sebuah kebijakan pemerintah dalam mengatur bisnis perhotelan di Kota Denpasar. Dari beberapa city hotel yang ada di Kota Denpasar, seperti Hotel All Season, Hotel Pop Harris Teuku Umar dan Hotel Amaris, yang semuanya berlokasi di Jalan Teuku Umar adalah hotel-hotel yang dikelola oleh jaringan manajemen hotel terkemuka. Hotel All Season berubah nama menjadi Ibis Lifestyle adalah hotel yang dikelola oleh Grup Accor yang berasal dari Perancis

(33)

dan memiliki hotel dengan berbagai kelas seperti Sofitel, Pullman, Grand Mercure, Ibis, Ibis Budget dan sebagainya. Sedangkan Hotel Pop Harris Teuku Umar dikelola oleh Tauzia Management Hotel yang juga merupakan jaringan Internasional. Jaringan manajemen hotel tidak saja didominasi oleh pemain asing, Santika Indonesia Hotels & Resorts merupakan salah satu jaringan hotel terbesar di Indonesia di bawah manajemen PT. Grahawita Santika yang merupakan anggota Kompas Gramedia Group. Hotel-hotel di bawah naungan Kompas Gramedia Grup dikenal dengan Hotel Santika dan Hotel Amaris dan tersebar pada beberapa Kota di Indonesia.

Meskipun hotel-hotel tersebut sudah dikelola oleh jaringan manajemen yang handal dan mendunia, namun hotel-hotel tersebut juga memanfaatkan internet sebagai media promosi, bekerja sama dengan perusahaan perjalanan online Internasional seperti Agoda, Traveloka ataupun Trivago.

Dengan berkembangnya teknologi, sebagian besar hotel di Kota Denpasar memanfaatkan internet sebagai media promosinya dan bekerjasama dengan perusahaan bisnis perjalanan online.

Berbagai cara ditawarkan oleh perusahaan bisnis perjalanan online, seperti yang ditawarkan oleh Agoda yaitu memberikan informasi selengkap mungkin mengenai hotel yang ditawarkan antara lain lokasi hotel, bentuk fisik hotel, fasilitas hingga harga yang ditawarkan. Cara lainnya adalah dengan membandingkan harga yang ditawarkan seperti yang dilakukan oleh Trivago. Dengan membandingkan harga dari beberapa perusahaan bisnis perjalanan online konsumen dapat memilih harga termurah dari yang yang ditawarkan. Dari

(34)

penawaran tersebut, jelas terlihat persaingan ketat antara harga sewa kamar city

hotel dengan hotel melati.

Penelitian ini juga mengidentifikasi faktor–faktor penyebab munculnya city

hotel di Kota Denpasa, persaingan dan strategi bisnis antar city hotel serta

pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghindarkan persaingan tidak sehat antar pengusaha dan mengidentifikasi strategi bisnis antar city hotel dan hotel melati. Persaingan harga di bawah standar menyebabkan harga sewa kamar hotel sangat murah dapat menyebabkan terjadi kebangkrutan yang dialami oleh pengusaha kelas menengah ke bawah karena tidak dapat bersaing dengan city hotel yang memiliki jaringan nasional bahkan internasional serta dimiliki oleh pemodal besar.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang perlu dicari jawaban masalah antara lain:

a. Apakah faktor–faktor yang menyebabkan berkembanganya city hotel di Kota Denpasar?

b. Apakah dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar?

c. Bagaimanakah persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar?

(35)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini dilakukan guna mendapatkan gambaran tentang perkembangan city hotel serta implikasinya antar pengusaha city hotel dan hotel melati di Kota Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui faktor–faktor penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar .

b. Untuk mengidentifikasi dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar.

c. Untuk mengidentifikasi persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara akademis ataupun teoritis karena dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi terhadap kajian pariwisata khususnya yang berkaitan dengan perkembangan city hotel serta implikasinya terhadap perkembangan usaha hotel melati dan city hotel itu sendiri.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola city hotel, hotel melati dan Pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan sarana akomodasi yang sangat dinamis, sehingga pengusaha lokal

(36)

dapat bersaing di daerahnya dan Pemerintah memberikan payung hukum untuk menumbuhkan harmonisasi bisnis antar pengusaha city hotel dan hotel melati.

(37)

15

Guna mendapatkan gambaran mengenai penelitian yang dilakukan maka dalam bab ini dipaparkan tentang kajian pustaka, konsep, landasan teori yang digunakan dan model penelitian untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap permasalahan yang akan dibahas. Dalam bab ini akan diulas mengenai beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik yang dibahas, konsep dan teori serta model penelitian yang digunakan dalam meneliti dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar.

2.1 Kajian Pustaka

Ada sejumlah penelitian tentang topik terkait penelitian ini yang dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu Pariyasa (2013), Negara (2010), Supasti, dkk. (2014), Sutapa dan Wisnawa (2013) serta Indrawati (2009). Penelitian mereka berfokus pada beberapa hal antara lain mengenai dampak yang terjadi akibat pesatnya pembangunan sarana akomodasi yang kemudian diatur oleh kebijakan kepariwisataan, selain itu membahas persepsi wisatawan dalam memilih sarana akomodasi serta tentang model pengaturan city hotel lokal dalam bersaing dengan city hotel franchising Internasional. Hasil penelitian tersebut, memberikan pengetahuan informatif tentang perkembangan bisnis akomodasi, tetapi tidak ada yang sampai membahas dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar.

(38)

Pariyasa (2013) dalam tesisnya yang berjudul “Dampak Perkembangan Villa yang Menyebar Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Seminyak Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung” melakukan penelitian mengenai dampak berkembangnya vila terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Dalam penelitiannya menyampaikan bahwa perkembangan vila yang menyebar telah memberikan dampak positif dan negatif. Dampak sosial yang bersifat positif adalah meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat dan semakin eratnya solidaritas antar masyarakat sedangkan dampak negatif adalah meningkatnya kriminalitas. Dampak ekonomi dari sisi positif ditimbulkan adalah adanya kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitarnya sedangkan sisi negatifnya adanya peningkatan harga makanan di lokasi tertentu dan perubahan mata pencaharian pokok. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah obyek yang akan diteliti, yakni mengenai dampak perkembangan city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Dalam penelitian sebelumnya digunakan teori Hegemoni yang digunakan untuk membahas permasalahan tentang faktor-faktor penyebab timbulnya dampak perkembangan vila yang menyebar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Kelurahan Seminyak, sedangkan dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori dampak pariwisata. Teori Dampak Pariwisata digunakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pesatnya perkembangan city hotel di Kota Denpasar. Analisis dampak diidentifikasikan dari tiga aspek yakni aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dari ketiga aspek tersebut dapat dilihat bahwa

(39)

perkembangan city hotel memberikan dampak positif dan negatif terhadap keberlangsungan usaha hotel melati di Kota Denpasar.

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Negara (2010) yang berjudul “Dampak Pelaksanaan Kebijakan Penataan Sarana Akomodasi Pariwisata Terhadap Perkembangan Villa di Kabupaten Badung“ mengulas mengenai dampak suatu pelaksanaan kebijakan penataan sarana akomodasi pariwisata terhadap sejumlah vila dan perilaku pengusaha vila di Kabupaten Badung. Penelitian tersebut menyebutkan pelaksanaan kebijakan penataan sarana akomodasi pariwisata, khususnya villa dapat memberikan efek positif terhadap pengendalian pembangunan vila yang selama beberapa tahun terakhir tidak terkendali. Teori dampak yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan suatu perubahan yang terjadi setelah adanya kebijakan yang menata sarana akomodasi di Kabupaten Badung karena dengan adanya pelaksanaan kebijakan tersebut, jumlah vila ilegal semakin menurun. Hal ini disebabkan adanya kesadaran pelaku usaha untuk mengurus izin villa. Meski demikian, jumlah villa ilegal masih lebih banyak dari villa yang sudah mengantongi izin, untuk itu disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Badung agar mensosialisasi secara luas pelaksanaan kebijakan penataan sarana akomodasi.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah mengenai permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yakni menjamurnya pembangunan villa di Kabupaten Badung sedangkan di Kota Denpasar pesatnya pembangunan city hotel. Teori yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah teori dampak untuk mengetahui

(40)

perubahan-perubahan yang ditimbulkan dari adanya suatu kebijakan pemerintahan sedangkan dalam penelitian ini digunakan teori penawaran dan permintaan dalam menyeimbangkan ketersediaan sarana akomodasi di Kota Denpasar, terutama city

hotel yang perkembangannya semakin meningkat dengan jumlah menginap

wisatawan ke Kota Denpasar agar tingkat hunian kamar di seluruh sarana akomodasi stabil dan tidak terjadi kelebihan jumlah kamar. Dengan adanya keseimbangan antara ketersediaan jumlah kamar dan jumlah wisatawan menginap tentu dapat mengurangi persaingan ketat akibat kelebihan jumlah kamar. Keseimbangan dapat dicapai apabila adanya payung hukum yang mengatur pembangunan sarana akomodasi terutama city hotel yang semakin meningkat.

Laporan Akhir Penelitian Hibah Penelitian Riset Invensi Udayana yang dilakukan oleh Supasti, dkk. (2014) yang berjudul “Model Pengaturan City Hotel Wirausaha Lokal Berbasis Penguatan Kemitraan Dengan Berbagai Stakeholders Bagi Ketahanan dan Keberlangsungan Ekonomi Masyarakat Bali Dalam Kegiatan Kepariwisataan”, mengulas mengenai keberadaan city hotel bertaraf internasional format “Franchising” kian mengancam city hotel lokal yang dikelola secara lokal. Permasalahan muncul ketika city hotel lokal tidak mampu bersaing dari segi kualitas prasarana maupun manajemen layanan jasa. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu ditemukan solusi model pengaturan yang relevan untuk menguatkan dan memberdayakan city hotel wirausaha lokal dalam menghadapi persaingan city hotel franchising. Pengaturan yang tidak bertentangan dengan WTO Agreement yaitu tidak mendiskriminasi pelaku bisnis dari manapun. Dalam penelitan tersebut disarankan model pengaturan yang relevan adalah dalam bentuk

(41)

PERDA dan Self Regulatory Body dari para stakeholders terkait dengan menggunakan model CSR (Corporate Social Responsibility). Substansi rancangannya menekankan pada permodalan dan jaringan manajemen melalui pelatihan yang dilakukan dengan model kegiatan CSR (Corporate Social

Responsibility) yang diberikan oleh manajemen franchising.

Ulasan mengenai over capacity Pembangunan Fasilitas Akomodasi di Bali dalam Persepektif Ekonomi dan Bisnis yang ditulis dalam Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Desember 2013 oleh Sutapa dan Wisnawa (2013) menyebutkan bahwa pembangunan fasilitas akomodasi di Bali telah mengalami over capacity, hal ini disebabkan adanya pergeseran investasi dari sektor akomodasi menjadi sektor property, adanya kemudahan perizinan yang diberikan pemerintah, adanya resesi di Eropa, pajak tanah tinggi hingga budaya konsumtif masyarakat Bali. Dalam penelitian ini juga disebutkan banyaknya jumlah kamar hotel telah memberikan dampak positif seperti terserapnya tenaga kerja, meningkatnya permintaan akan bahan makanan dan minuman yang memberikan pendapatan daerah. Namun dampak negatif tidak dapat dihindari yaitu persaingan tidak sehat dalam tarif ,menurunnya tingkat hunian kamar menjadi di bawah 40 persen dan tergesernya hotel-hotel lama dengan munculnya city hotel atau budget hotel. Untuk menstabilkan dampak positif dan negatif dari over capacity tersebut adalah dengan menghentikan pembangunan sarana akomodasi di Bali Selatan, kemudian memberlakukan standar harga kamar dan perlakuan tegas bagi pengusaha yang tidak mengindahkan aturan standar tersebut. Penelitian ini sangat relevan dengan penelitian yang akan dilakukan karena pesatnya perkembangan

(42)

city hotel di Kota Denpasar perlahan-lahan akan memberi dampak negatif seperti

menurunnya tingkat hunian hotel karena adanya kelebihan kamar dan terjadinya perang tarif sewa kamar.

Indrawati (2009) mengulas “Persepsi Wisatawan Lanjut Usia Pada Fasilitas Akomodasi dan Aktivitas Pariwisata Bernuansa Seni Budaya di Desa Sanur” dalam Jurnal Mudra, Institut Seni Indonesia. Disampaikan bahwa wisatawan lanjut usia lebih memilih akomodasi yang berarsitektur lokal dengan kenyamanan dan keamanan di sekitar hotel. Pemilihan akomodasi juga berdasarkan keterbatasan fisik dan tidak jauh dari area yang menjadi daya tariknya yaitu pantai. Dari artikel ini ditemukan fakta bahwa persepsi wisatawan sebagai tamu terhadap sebuah akomodasi memiliki peranan utama pada saat memutuskan untuk menginap di suatu hotel.

Artikel ini dapat dijadikan acuan karena dapat memberikan gambaran bahwa pengusaha hotel harus mencermati kebutuhan tamu yang menjadi sasarannya. Karena dengan memenuhi kebutuhan dan keperluan tamu tentu akan memberikan citra positif terhadap hotel. Selain sesuai dengan kebutuhan tamu, lokasi juga memegang peranan penting dalam menarik minat tamu, karena lokasi yang strategis tentu dapat mengundang banyak tamu. Dalam artikel yang diteliti adalah tamu yang merupakan wisatawan lanjut usia sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti adalah tamu dari berbagai kalangan yang menginap di city hotel dan hotel melati. Dengan mengetahui karakteristik tamu yang menginap maka dapat diketahui pangsa pasar yang disasar dan yang telah dimiliki oleh city hotel

(43)

dan hotel melati serta mengetahui kebutuhan yang diperlukan dan keinginan tamu dalam memilih sebuah hotel.

Perbedaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian dalam tesis ini adalah lebih berfokus faktor-faktor penyebab serta dampak perkembangan city

hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. Perkembangan city hotel juga

menimbulkan persaingan sehingga perlu adanya strategi bisnis antar-city hotel dan hotel melati di Kota Denpasar.

2.2 Konsep

Konsep yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap terminologi teknis dan menghubungkan variabel–variabel yang akan dibahas dalam penelitian antara lain :

2.2.1 City Hotel

Penggolongan dan klasifikasi usaha sarana akomodasi di Indonesia menurut Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.3/HK.001/MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel terdiri atas golongan kelas hotel bintang dan hotel melati. Penggolongan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kualitas hotel secara fisik dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha perhotelan yang bertanggungjawab.

Ismayanti dalam buku Pengantar Pariwisata (2010:139) menyebutkan bahwa tipe hotel dapat dibagi menjadi beberapa aspek sebagai berikut :

Pertama, berdasarkan lokasi, hotel dapat dibedakan menjadi city hotel adalah hotel yang berlokasi diperkotaan, resort hotel merupakan hotel yang berlokasi di daerah wisata,seperti pantai atau pegunungan, suburb hotel adalah

(44)

hotel yang berlokasi di luar kota dan airport hotel, hotel yang berlokasi di sekitar bandara.

Kedua, berdasarkan jenis tamu, hotel dibedakan menjadi sebagai berikut:

family hotel atau hotel keluarga, yang kebutuhan kamar dan fasilitasnya dibangun

sesuai dengan kebutuhan tamu keluarga seperti ruang bermain ataupun adanya ruang makan keluarga. Business hotel atau hotel bisnis untuk tamu pebisnis berada di pusat bisnis dan di tengah kota. Hotel dengan tamu wisatawan disebut

tourist hotel atau hotel wisata. Tamu yang menginap bertujuan untuk berlibur,

sehingga fasilitas yang disediakan juga sesuai dengan kebutuhan wisatawan seperti fasilitas rekreasi dan pelayanan yang ramah. Hotel untuk tamu pelancong yang singgah sementara disebut transit hotel atau hotel singgah. Hotel ini biasanya menawarkan sewa kamar berdasarkan jam dan hari tergantung dari kebutuhan istirahat tamu. Hotel dengan tamu para pasien yang hendak memulihkan kesehatan disebut cure hotel atau hotel pengobatan atau panti rehabilitasi. Tamu yang datang pada tahap pemulihan ataupun tahap penyembuhan atas rekomendasi atau didampingi oleh dokter. Hotel untuk peserta konvensi dan pertemuan yang lebih dikenal dengan convention hotel atau hotel konvensi.

Mencermati dari beberapa pengertian di atas, yang dimaksud dengan city

hotel adalah sebuah sarana akomodasi yang berlokasi di pusat kota atau tengah

kota yang diperuntukkan para pebisnis. City hotel yang berkembang di Kota Denpasar kebanyakan berada di pusat dan tengah kota seperti di Jalan Teuku Umar atau Jalan Gatot Subroto. Tamu-tamu yang menginap di city hotel tidak

(45)

hanya para pebisnis namun juga para wisatawan domestik. Bila diklasifikasikan berdasarkan fungsi, city hotel di Kota Denpasar memiliki ruang pertemuan berkapasitas sekitar 100 orang, dengan desain minimalis modern dan eksterior yang lebih terbuka.

City hotel yang saat ini sedang berkembang menyediakan jumlah kamar

diatas 100 buah dengan klasifikasi yang bervariasi hotel bintang dan non-bintang. Harga sewa kamar yang ditawarkan hampir sama dengan hotel melati yakni sekitar Rp. 300.000 sampai Rp. 450.000 dengan fasilitas lengkap seperti kamar memiliki AC, kamar mandi dengan shower air panas dan dingin, disediakan sarapan, kolam renang ataupun free wifi di ruang tertentu.

Dengan tampilan fisik yang menarik, fasilitas lengkap dan berada di tengah kota dengan harga sewa kamar yang terjangkau membuat city hotel banyak diminati oleh para pebisnis ataupun wisatawan, sehingga persaingan harga sewa kamar antar pengusaha hotel di kota Denpasar tidak dapat dihindari.

Meskipun istilah city hotel telah populer di kalangan masyarakat, namun istilah tersebut belum ada dalam peraturan pemerintah. Demikian pula halnya dengan belum adanya kejelasan penggolongan kelas hotel untuk city hotel. Faktanya di lapangan ditemukan penggolongan kelas hotel atas city hotel sangat bervariasi. Sebagai contoh, dalam Direktori Pariwisata Kota Denpasar 2013 menunjukkan beberapa hotel seperti Hotel All Season sekarang bernama Ibis Lifestyle, Hotel Pop Haris Teuku Umar ataupun Fave Hotel yang berada di Jalan Teuku Umar, Kecamatan Denpasar Barat, masuk dalam kategori hotel bintang. Sedangkan Hotel Puri Ayu, Hotel Ratu (ex Queen) ataupun Hotel Santhi yang

(46)

berlokasi di sekitar jalan Sudirman, di seputaran Kecamatan Denpasar Barat, masuk dalam klasifikasi hotel melati, meskipun dengan fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan tidak jauh berbeda.

Dalam penelitian ini jenis akomodasi yang dibahas adalah city hotel, yang merupakan sebuah istilah hotel berdasarkan letak hotel dengan klasifikasi hotel kelas bintang.

2.2.2 Hotel Melati

Hotel melati dalam Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.3/HK.001/MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel adalah hotel yang belum memenuhi persyaratan minimal sebagai hotel bintang 1 (satu). Pengertian Hotel melati dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 24 Tahun 2001 tentang Usaha Hotel Melati adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan. Pengusaha hotel melati juga dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makanan dan minuman dan dengan jumlah kamar minimal 15 kamar dan bila berada dipemukiman hanya diizinkan hingga 25 kamar.

Dalam buku Panduan Perancangan Bangunan Komersial, Marlina (2008:71) menyebutkan bahwa klasifikasi hotel di Indonesia diberlakukan berdasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain: Jumlah kamar, Fasilitas dan peralatan yang disediakan, Model sistem pengelolaan dan Bermotto pelayanan.

Mencermati ketentuan hotel melati sebagai tersebut di atas, pada umumnya jumlah kamar hotel melati sekitar 10-100 kamar. Dengan fasilitas dan

(47)

peralatan standar seperti kamar dilengkapi dengan AC atau Fan dengan layanan makan dan minum. Model sistem pengelolaannya lebih sederhana dan dikelola oleh pengusaha lokal. Pelayanan yang diberikan tidak selengkap seperti di hotel bintang seperti penerima tamu yang siap 24 jam ataupun penyambutan dengan

welcome drink.

Menurut data dalam Direktori Pariwisata Kota Denpasar Tahun 2013, hotel melati di Kota Denpasar tersebar di seluruh wilayah Kota Denpasar. Wilayah Denpasar Selatan memiliki paling banyak hotel melati sekitar 85 hotel terutama didaerah Sanur yang telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata sesuai Perda Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Denpasar Tahun 2011 – 2031. Di Denpasar Barat terdapat 50 buah hotel, 40 Hotel berada di Denpasar Utara dan di Denpasar Timur berjumlah 25 hotel. Perkembangan usaha hotel di Sanur memang telah berkembang sejak tahun 1956, salah satunya Hotel Segara Beach dibangun oleh Ida Bagus Kompyang dengan 15 kamar dan memanfaatkan fasilitas listrik miliknya sendiri, pengelolaan hotel dibantu oleh istrinya yaitu A. A. Mirah Astuti. Pembangunan hotel di Bali tidak saja di Denpasar, tapi juga di Kuta, Tabanan dan Singaraja yang terkenal dengan daerah wisatanya, Lovina seperti yang ditulis oleh Adrian Vikers dalam artikel Bali

rebuilds its tourist indutry (2011) .

Perkembangan hotel di Kota Denpasar tidak lagi berfokus di Sanur namun telah memenuhi pusat kota seperti yang terjadi saat ini di kawasan Denpasar Barat dan Denpasar Utara. Pembangunan hotel yang sedang berkembang di kawasan tersebut tidak saja masuk dalam klasifikasi hotel melati namun sekelas hotel

(48)

bintang tiga dengan harga sewa kamar yang tidak jauh berbeda dengan hotel melati dengan fasilitas dan pelayanan yang diberikan sekelas hotel bintang. Hal inilah yang memacu persaingan tidak sehat antar pengusaha. Selain itu, dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Provinsi Bali menyebutkan bahwa pembangunan hotel bintang hanya diizinkan di kawasan Sanur, maka dari itu hotel-hotel yang berlokasi di pusat kota seyogyanya dalam koridor klasifikasi hotel melati.

Dalam penelitian ini hotel melati adalah hotel yang secara fisik lebih sederhana, demikian pula fasilitas yang disediakan dengan jumlah kamar tidak lebih dari 100 kamar.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori yang sangat diperlukan sebagai tuntunan dalam memecahkan permasalahan penelitian selain itu juga digunakan sebagai kerangka acuan untuk mengarahkan penelitian. Dalam penelitian ini digunakan Teori penawaran dan permintaan, Teori dampak pariwisata dan Teori kebijakan kepariwisataan.

2.3.1 Teori Penawaran dan Permintaan

Sukirno (1985:51) menyampaikan bahwa secara sederhana Teori Penawaran dan Permintaan membahas mengenai interaksi antara penjual dan pembeli dalam menentukan harga suatu barang dan jumlah barang yang akan ditawarkan.

Bisnis pariwisata sering disebut sebagai sebuah industri jasa karena adanya serangkaian proses aktivitas atau kegiatan produksi yang menghasilkan nilai tambah (added value), dan produknya bersifat tidak nyata (intangible) serta

Gambar

Gambar 2.1  Model Penelitian Dampak  Perkembangan  City Hotel   di Kota Denpasar  Pariwisata  Kota Denpasar
Gambar 3.2  Lokasi Penelitian
Tabel  4.2,  menunjukkan  perkembangan  sarana  kepariwisataan  Kota  Denpasar  sebagai  sebuah  daerah  tujuan  wisata,  sehingga  para  wisatawan  diharapkan  akan  merasa  nyaman  untuk  berkunjungan  di  Kota  Denpasar  dengan  berbagai  fasilitas  yan
Tabel  4.4  menunjukkan,  tingkat  hunian  kamar  hotel  pada  hotel  bintang  pada  posisi  60,16  persen  sedangkan  pada  hotel  non-bintang  di  kisaran  46,97  persen
+2

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya donat dengan nama Meisisipi diberikan pada donat yang mempunyai topping berupa taburan meises, Tira miss U adalah donat dengan topping tiramisu, Chese Me Up bisa

alba tergolong panjang serat dengan ukuran sedang, tebal dinding tipis dan diameter lumen serat sempit umumnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas dan bahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka latar belakang dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh latihan menggunakan hand paddles dan strech cordz long belt terhadap

Pada abad 19 bahasa Latin sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari- hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan. Objek penelitian adalah bahasa-bahasa

Terdapat pengaruh yang signifikan latihan wave squat terhadap kekuatan otot tungkai dan power tungkai pada UKM sepakbola Universitas Tadulako Palu, terdapat pengaruh yang

Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-14/PB/2017 tanggal 28 Februari 2017 tentang Batas Maksimum Pencairan Dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Penerimaan

Republik Indonesia adalah Negara yang terletak di Asia Tengggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara

Tentuk Tentukan persam an persamaan li aan lingkaran y ngkaran yang berp ang berpusat (3 usat (3,4) dan ,4) dan berjari berjari-jari 6 -jari 6