• Tidak ada hasil yang ditemukan

PORSI WARIS BAGI PEREMPUAN BATAK TOBA TERHADAP HARTA WARISAN DI MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA

3. Harta warisan dalam masyarakat adat Batak Toba

Harta waris yang dikenal dalam masyarakat Batak Toba tradisional terdiri dari tanah milik orang yang meninggal serta kekayaannya yang lain, yang disebut sinamot, berupa rumah,lumbung padi (sopo), ternak, pepohonan, barang bergerak serta hutang dan piutangnya. Namun menurut Sitorus seiring dengan perkembangan ekonomi, khususnya di perkotaan, perlu juga dicermati adanya warisan kontemporer yang juga ada dalam masyarakat Batak Toba, yaitu aset no-tanah atau non-agraris seperti rumah, toko, perusahaan industri, kendaraan bermotor dan tabungan deposito.95

94 Soerjono Soekanto dan Soleman B Taneko, Hukum Adat Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1983, h. 302.

95 Sulistyowati Irianto, op.cit.,h. 77

Pada masyarakat Batak Toba dikenal adanya pemberian harta kekayaan orangtua kepada anaknya, baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Harta kekayaan yang diberikan orangtua dapat berasal dari harta bawaan yang dibawa orangtua laki-laki atau perempuan sebelum melangsungkan perkawinan maupun harta yang diperoleh selama menikah. Harta kekayaan tersebut dapat berupa sawah dan ladang (hauma), kebun (porlak), rumah (bagas), emas, uang (hepeng) dan binatang peliharaan (pinahan).96

Harta kekayaan yang diwariskan kepada ahli waris, bila ada tanah yang sudah digadaikan, maka si ahi waris berkewajiban menebusnya dan sesudahnya tanah itu menjadi bagian dari harta kekayaan. Bila ada tanah yang didapat karena ada orang menggadaikan tanah, maka tanah tersebut bisa dipakai oleh ahli waris sampai orang yang berhutang menebusnya. Tanaman yang dituai berdasarkan bagi hasil termasuk ke dalam harta kekayaan orang yang meninggal (pemilik harta).

Tanah yang dipakai karena menumpang (oleh warga penumpang) tidak termasuk sebagai harta kekayaan, hanya sebagai hak pakai. Rumah yang selalu merupakan bagian dari harta kekayaan, dipisahkan dari tanah tempat bangunan itu berdiri.

Bagian dari rumah tersebut (bila dimiliki secara kolektif) atau seluruhnya, dianggap termasuk ke dalam harta kekayaan, sebagaimana halnya ternak, pohon, dan barang bergerak lainnya.97

Harta kekayaan yang diwariskan dikurangi oleh beberapa pengeluaran seperti biaya penguburan dan upacaranya, sinamot (mas kawin), indahan arian (hadiah bagi anak perempuan), uang sekolah bagi anak-anak, dan hutang dari

96 Djaren Saragih, op.cit.,h. 82.

97 Sulistyowati Irianto, op.cit., h. 78.

orang yang meninggal. Bila harta kekayaan tidak cukup untuk menutup hutang, maka si ahli waris bertanggung jawab untuk melunasi seluruhnya.98

Dilihat dari sumbernya, maka harta kekayaan ini bersumber dari:99 a. Harta kekayaan yang dibawa oleh masing-masing pihak.

Harta kekayaan yang dibawa oleh masing-masing pihak ini terdiri dari:

1) Harta yang diperoleh dari pihak laki-laki dari orangtuanya sendiri sebagai modal panjaean. Pada saat laki-laki berpisah rumah dengan orangtuanya maka biasanya orangtua itu memberi modal pertama, agar mereka dapat berdiri sendiri. karena pada permulaan rumah tangga baru itu biasanya belum mempunyai peralatan-peralatan rumah tangga. Walaupun ada orangtua yang tidak sampai hati memberikan sedikit sebagai modal manjae bagi anaknya sendiri.

2) Harta kekayaan yang dibawa oleh si wanita yang merupakan pemberian dari ayahnya yang disebut pauseang. Biasanya si wanita yang mau kawin membawa barang dari keluarganya, berupa barang-barang keperluan rumah tangga, barang-barang perhiasan emas, dan kadang-kadang sawah.

Selain pemberian moral pauseang, terdapat pula beberapa jenis pemberian orangtua lain kepada anak perempuan, yaitu sebagai berikut:100

a) Indahan arian adalah pemberian sebidang sawah oleh seorang ayah kepada anak perempuan yang sudah melangsungkan perkawinan yang dilakukan apabila telah lahir anak dari perkawinan tersebut. Indahan arian dasarnya adalah pemberian seorang kakek kepada cucunya yang telah lahir melalui ibunya.

b) Batu ni assimun, yaitu berupa hewan piaraan dan emas yang diberikan oleh seorang ayah kepada anak perempuannya yang sudah mempunyai anak. Jadi seolah-olah hadiah bagi cucunya.

c) Dondon tua adalah pemberian berupa sawah oleh seorang ayah kepada anak perempuannya untuk kemudian dapat diberikan kepada cucunya apabila telah dia meninggal dunia.

d) Punsutali adalah pemberian seorang ayah kepada cucunya yang paling besar dari anak perempuannya. Pemberian ini merupakan pemberian terakhir dan baru dapat diterima oleh anak perempuan tersebut apabila ayahnya meninggal dunia.

98 Ibid.

99 Djaren Saragih, op.cit., h. 82.

100 Ibid., h. 84.

b. Harta yang diperoleh bersama selama perkawinan.

Harta ini mereka dapat pada umumnya setelah mereka manjae. Harta kekayaan ini terdiri dari:101

1) Harta yang didapatkan atas hasil jerih payah suami isteri berdua.

Pengadaan harta ini dengan sendirinya tergantung dari keuletan dan kerajinan mereka berdua selama perkawinan. Seandainya mereka bekerja dengan rajin dan ulet, maka harta ini akan terkumpul lebih banyak.

2) Harta yang diperoleh dari keluarga masing-masing, selama perkawinan berjalan. Ada kemungkinan ayah si laki-laki itu pada waktu manjae baru memberikan sebagian. Kemudian setelah beberapa lama mereka manjae ayah si laki-laki itu memberikan sebagian lagi. Di samping itu ada kemungkinan seorang laki-laki menerima bagian warisan yang menjadi haknya, baik dari keluarganya, maupun dari ayanhnya sendiri.

Demikianlah harta yang diterima oleh kedua suami isteri itu, sejak mereka manjae, dan sepanjang perjalanan perkawinan mereka. Semua harta ini akan dipergunakan sebagai modal keluarga untuk kelangsungan hidup mereka beserta keturunannya.

Adapun proses pembagian warisan dalam hukum adat Batak Toba yaitu:102 a. Pada waktu pewaris masih hidup

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam Suku Batak Toba yang menjadi ahli waris adalah hanya anak laki-laki saja, akan tetapi hal

101 Hasil wawancara dengan Raja Aritonang, Ketua Adat suku Batak Toba di Kecamatan Medan Perjuangan, hari Senin, Tanggal 4 April 2018.

102 Nani Suwondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat , Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, h. 109.

itu tidak berarti bahwa anak perempuan tidak mendapat apapun dari harta kekayaan ayahnya. Sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan hadiah/pauseang kepada anak perempuan yang sudah menikah atau akan menikah ketika pewaris (ayah) masih hidup.

b. Pada waktu pewaris telah meninggal dunia

Pada masyarakat kekerabatan patrilineal isteri masuk kekerabatan suaminya dan tetap merupakan anggota keluarga pihak suami, apabila pewaris wafat meninggalkan isteri dan anak-anak maka harta warisan terutama harta bersama suami isteri yang di dapat sebagai harta pencaharian dapat dikuasai oleh janda dan dapat menikmatinya selama hidupnya untuk kepentingan dirinya dan kelanjutan hidup anak-anaknya.

C. Porsi Waris Perempuan Terhadap Harta Warisan pada Masyarakat