BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Data
2. Hasil Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Berdasarkan tabel terlihat bahwa rata-rata skor hasil belajar dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 65 dengan tingkatan ketuntasan mencapai 29,03%. Kemudian pada sikklus II terjadi peningkatan perolehan rata-rata 76 dengan tingkat ketuntasan sebesar 61,29%. Sehingga siswa yang mencapai ketuntasan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 10 siswa. Sesuai dengan hasil intervensi yang diharapkan, maka pembelaran matematika sudah dikatakan berhasil. Sehingga pembelajaran dihentikan pada siklus II.
2. Hasil Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Aktivitas belajar siswa diamati dengan observasi langsung, wawancara dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi siswa setiap
pertemuan diperoleh informasi bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan model treffinger dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan baik kognitif ataupun afektif. Peningkatan aktivitas belajar matematika baik secara kognitif ataupun afektif siklus I dan siklus II dilihat dari tabel 4.12.
Tabel 4.14
Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Matematika Tiap Siklus
No. Aktivitas Siklus
I
Siklus II
1. Kegiatan tahap basic tool
Menuliskan ide atau pengetahuannya pada
tahap basic tool (kognitif) 69% 81%
Mengemukakan ide atau pertanyaan
dengan rasa percaya diri (afektif) 56% 75%
2. Kegiatan tahap practice with process
Berdiskusi dengan kelompoknya untuk menganalisis setiap kegiatan pada tahap ini (kognitif)
69% 88%
Mampu berkreasi untuk menemukan
sesuatu yang baru (afektif) 75% 75%
3. Tahap working real with problem
Mampu mengaplikasikan konsep yang telah didapat pada tahap sebelumnya (kognitif)
63% 75%
Siswa mampu menemukan hasil dengan
mandiri (afektif) 75% 69%
Rata-rata 67,7 % 77,2 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa dengan menggunakan model treffinger meningkat setiap siklusnya, kecuali pada aktivitas siswa mampu menemukan hasil dengan mandiri mengalami sedikit penurunan sebesar 6%. Hal ini terlihat pada siklus I sebesar 75% menjadi 69% pada siklus II. Pada aktivitas mengemukakan ide atau pertanyaan dengan rasa percaya diri dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk menganalisis
124
setiap kegiatan pada tahap ini meningkat lebih pesat daripada aktivitas lainnya sebesar 19%. Hal ini terlihat pada aktivitas mengemukakan ide atau pertanyaan dengan rasa percaya diri dari siklus I sebesar 56% menjadi 75% pada siklus II dan pada aktivitas berdiskusi dengan kelompoknya untuk menganalisis setiap kegiatan pada tahap ini dari siklus I sebesar 69% menjadi 88%.
Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan model
treffinger dapat dilihat pada nilai rata-rata persentase aktivitas belajar matematika dari siklus I ke siklus II yang mengalami peningkatan sebesar 9,5%. Pada siklus I, jumlah rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 67,7%. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 77,2%. Jika dilihat pada hasil intervensi tindakan yang diharapkan, hal ini dapat dikatakan bahwa tes akhir siklus II sudah mencapai hasil yang diharapkan. Sehingga pembelajaran pun dihentikan pada siklus II.
Selain itu, peneliti menggunakan wawancara dan catatan lapangan untuk memperkuat hasil data yang diperoleh. Berdasarkan catatan lapangan yang didapat secara umum terlihat peningkatan seperti pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.15
Catatan Lapangan Tiap Siklus
Siklus Catatan Lapangan
Siklus I
Terlihat beberapa siswa acuh tak acuh dengan tugas Kerjasama antar siswa masih kurang terlihat
Beberapa kelompok masih bergantung dengan temannya yang pintar
Siswa masih malu-malu dalam mempresentasikan hasil kerjanya
Siklus II
Kelas terlihat tenang walaupun ada sedikit siswa yang masih bertanya-tanya
Siswa terlihat saling membantu antar teman
Ada beberapa siswa yang keliru antara rumus segitiga dengan jajargenjang
Adapula berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan tiga orang siswa. Hasil wawancara yang dilakukan pada siklus I bahwa secara keseluruhan siswa masih merasa kesulitan dan kebingungan dalam menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan siswa yang berkemampuan rendah mengatakan bahwa mereka masih bergantung kepada temannya yang berkemampuan tinggi. Sedangkan hasil wawancara pada siklus II bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu dan mempermudah mereka dalam mempelajari materi yang diajarkan. Selain itu dengan menggunakan model pembelajaran berkelompok dapat meningkatkan sikap kerjasama antar teman dalam satu kelompok.
Berikut akan disajikan mengenai peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus pada tabel 4.16.
Tabel 4.16
Hasil Belajar Model Pembelajaran Treffinger
Siklus Hasil Belajar
Aspek Representasi Visual Ekspresi Matematika Teks Tertulis Siklus I 65 70% 60% 65% Siklus II 76 79% 73% 76%
Dari tabel 4.16 dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 65 meningkat menjadi 76 pada siklus II. Selain itu, kemampuan representasi matematika mengalami peningkatan pada setiap aspeknya. Rata-rata kemampuan representasi aspek visual pada siklus I sebesar 70% menjadi 79% pada siklus II. Pada aspek ekspresi matematika pada siklus I sebesar 60% menjadi 73% pada siklus II. Pada aspek teks tertulis pada siklus I sebesar 65% menjadi 76% pada siklus II
126
Berikut akan disajikan mengenai peningkatan aktivitas siswa setiap siklus pada tabel 4.17. Terlihat aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II baik melalui observasi, wawancara maupun catatan lapangan.
Tabel 4.17
Aktivitas Belajar Model Pembelajaran Treffinger
Siklus Aktivitas Belajar
Observasi Wawancara Catatan lapangan
Siklus I 67,7% Siswa merasa kesulitan dan kebingungan dalam penggunaan LKS siswa termotivasi memecahkan setiap masalah dengan berdiskusi dan mengerjakannya bersama kelompoknya, ada pula siswa yang masih bergantung dengan temannya yang pintar.
Terlihat beberapa siswa acuh tak acuh dengan tugas Kerjasama antar
siswa masih kurang terlihat
Beberapa kelompok masih bergantung dengan temannya yang pintar
Siswa masih malu-malu dalam mempresentasikan hasil kerjanya
Siklus
II 77,2%
siwa merasa terbantu belajar memahami konsep pembelajaran dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model treffinger. Dengan pengerjaan berkelompok, siswa merasa dapat meningkatkan kerjasama, saling tukar pendapat karena saling membantu antar teman.
Kelas terlihat tenang walaupun ada sedikit siswa yang masih bertanya-tanya Siswa terlihat saling
membantu antar teman
Ada beberapa siswa yang keliru antara rumus segitiga dengan jajargenjang Siswa terlihat aktif
dalam pembelajaran termasuk dalam bertanya dan presentasi