• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

A. Landasan Teoritik

3. Model Pembelajaran Treffinger

a. Pengertian Model Pembelajaran Treffinger

Joyce & Weil berpendapat model pembelajaran merupakan rencana atau pola umum yang dapat digunakan dalam membentuk pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 28 Dapat dikatakan model pembelajaran merupakan rancangan dan pola pembelajaran yang disajikan dengan khas dengan berbagai pertimbangan baik dari sisi materi maupun peserta didiknya untuk mencapai tujuannya.

Model pembelajaran treffinger untuk mendorong belajar kreatif merupakan salah satu model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan dengan melibatkan keterampilan kognitif maupun efektif.29

Karakteristik yang paling dominan dari model pembelajaran

treffinger ini adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuh dalam memecahkan permasalahan. 30 Artinya, siswa tidak hanya sebatas diberikan teori/rumus-rumus namun siswa diberi keleluasaan untuk

28

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 132-133.

29

Lestari, op.cit., h.64. 30

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 320.

menerapkan dan berkreasi dalam merepresentasikan penyelesaian masalahnya sendiri dengan cara-cara yang ia kehendaki. Tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah yang ditempuh tidak keluar dari permasalahan. Dengan mengungkapkan penyelesaian masalahnya, guru akan mengetahui ukuran kemampuan representasi siswa dalam menyelesaikan masalahnya.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Treffinger

Model pembelajaran treffinger yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran dimana siswa diberikan penjelasan mengenai suatu konsep dan masalah dengan bimbingan guru untuk kemudian diberikan persoalan yang lebih kompleks secara praktik untuk memahami konsepnya, setelah siswa memahami konsep materi yang diajarkan kemudian secara individu diberikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan menerapkan konsep yang telah ia peroleh sebelumnya melalui permasalahan yang diberikan.

Model pembelajaran treffinger terdiri atas tiga komponen penting, yaitu sebagai berikut:31

1) Understanding Challenge (memahami tantangan)

a) Menentukan tujuan, yaitu guru menginformasikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.

b) Menggali data, guru mendemonstrasikan/ menyajikan fenomena alam yang dapat mengundang keingintahuan peseta didik.

c) Merumuskan masalah, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan.

2) Generating Ideas (membangkitkan gagasan)

Tahapan generating ideas, guru memberi waktu dan kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapakan gagasan dan juga membimbing peserta didik untuk menyepakati alternatif pemecahan yang akan diuji. 3) Preparing for Action (mempersiapkan tindakan)

31

22

a) Mengembangkan solusi, dalam tahapan ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah.

b) Membangun penerimaan, yaitu guru memeriksa solusi yang telah diperoleh peserta didik dan memberikan permasalahn yang baru namun lebih kompleks agar peserta didik dapat menerapkan solusi yang telah diperoleh.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran treffinger memberikan kesempatan siswa untuk merepresentasikan solusi masalahnya. Langkah-langkah model treffinger adalah sebagai berikut:32

1) Tingkat Basic Tools

Tingkat basic tools meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berpikir serta kesediaan mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain.

Pada bagian kognitif, tahap I meliputi pengetahuan dan ingatan. Sedangkan pada bagian afektif, tahap I meliputi kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, kesediaan menerima kesamaan atau kedwiartian (ambiguity), kepekaan terhadap masalah dan tantangan, rasa ingin tahu, keberanian mengambil resiko, kesadaran, dan kepercayaan kepada diri sendiri.

2) Tingkat Practice with Process

Pada tingkat ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dalam situasi praktis. Pada tingkat ini siswa dituntut aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut.

32

Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak berbakat, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), h. 172.

Segi kognitif pada tahap II ini meliputi penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi). Di samping itu, termasuk juga transformasi dari beraneka produk dan isi, keterampilan metodologis atau penelitian, pemikiran yang melibatkan analogi dan kiasan (metafor). Segi afektif pada tahap II mencakup keterbukaan terhadap perasaan-perasaan dan konflik yang majemuk, mengarahkan perhatian pada masalah, penggunaan khayalan dan tamsil, meditasi dan kesantaian

(relaxation), serta pengembangan keselamatan psikologis dalam berkreasi atau mencipta.

3) Tingkat Working Real with Problems

Pada tingkat ini siswa menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dan practice with process terhadap tantangan dunia nyata. Siswa tidak hanya belajar keterampilan berpikir kreatif, tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka. Dalam ranah kognitif, hal ini berarti keterlibatan dalam penyelesaian yang mandiri dan diarahkan sendiri. Belajar kreatif seseorang mengarah kepada identifikasi tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang berarti, dan pengelolaan terhadap sumber-sumber yang mengarah pada perkembangan hasil atau produk. Sedangkan pada segi afektif ialah pengikatan diri terhadap hidup produktif.

Selanjutnya ada tiga tingkatan dalam model pembelajaran treffinger, yaitu:33

1) Tingkat divergen

Penggunaan pemikiran divergen dan intuisi sebagai landasan tingkat berikutnya.

2) Proses pemikiran dan perasaan

Proses pemikiran dan perasaan yang menyeluruh, memperluas dan memperdalam tingkat pertama serta penerapan fungsi analisis dan sintesis.

33

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 196.

24

3) Aplikasi

Aplikasi dalam menghadapi masalah yang sebenarnya dengan berusaha memecahkan masalah secara kreatif yaitu cara sistematis dalam mengorganisasi dan mengolah keterangan atau gagasan sehingga persoalan dapat dipecahkan secara imajinatif melalui pengolahan informasi.

Setiap tahap model pembelajaran treffinger ada pengintegrasian dimensi kognitif dan dimensi afektif untuk mencari arah-arah penyelesaian seperti yang dikemukakan oleh Utami Munandar. Kemudian peneliti mempersempit ranah kognitif dan afektif sesuai dengan penelitian yang dilakukan seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Tahap III

Tahap II

Tahap I

Gambar 2.3

Tahap Model Pembelajaran Treffinger

Dari uraian diatas terdapat hubungan langkah-langkah, tingkatan dan komponen dari model pembelajaran treffinger yang diungkapkan oleh para ahli yang diantaranya: (1) pada tahap basic tool, siswa akan berpikir secara divergen dengan memberikan kesempatan mengidentifikasi &

Kognitif

 Pengetahuan

 Ingatan Afektif

 Percaya diri

 Rasa ingin tahu

 Kesediaan untuk menjawab Kognitif  Analisis  Penerapan Afektif  Imajinasi  Berkreasi Kognitif  Pengarahan diri Afektif  Perwujudan diri

memecahkan soal konsep dasar untuk merangsang rasa ingintahu, (2) pada tahap practice with proses, siswa dituntut aktif dan terlibat langsung dalam menemukan konsep untuk memecahkan masalah, (3) pada tahap working with real problem, siswa mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari melalui masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata agar dapat menggunakan konsep tersebut dalam kehidupan mereka.

Berkaitan dengan pengembangan kreativitas dalam kemampuan memecahkan masalah melalui keterampilan merepresentasikan ide atau gagasanya dalam pembelajaran matematika dengan setting model pembelajaran treffinger adalah pembelajaran yang menggunakan tiga langkah model pembelajaran treffinger untuk mengembangkan representasi siswa. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat saling membantu memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Dari pendapat di atas mengenai langkah-langkah model treffinger

dapat dipaparkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran treffinger

yang mengintegrasikan aspek kognitif dan aspek afektif adalah sebagai berikut:

1) Menjelaskan materi dan memberikan masalah yang dapat merangsang siswa untuk dapat berpikir secara divergen. Siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

2) Membahas materi pelajaran dengan cara menghadapkan siswa pada masalah kompleks sehingga memicu siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan praktik, berdiskusi atau bermain peran.

3) Melibatkan pemikiran siswa dalam tantangan nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Masalah yang diberikan bertujuan untuk menerapkan konsep yang telah ditemukan siswa pada tahap sebelumnya.

26

Adapun kegiatan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran treffinger untuk mengembangkan representasi siswa disajikan dalam tabel berikut.34

Tabel 2.2

Langkah Kegiatan Pembelajaran Treffinger

Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pendahuluan Guru menyampaikan atau menjelaskan tujuan yang akan dicapai

Siswa mendengarkan penjelasan guru Guru menjelaskan secara

garis besar materi yang akan dipelajari dan membagi siswa dalam beberapa kelompok

Siswa mendengarkan penjelasan guru, lalu mengatur tempat duduk sesuai dengan

kelompoknya

Basic Tool Guru memberikan suatu masalah yang mendasar

Siswa membaca dan memahami masalah Guru membimbing siswa

untuk menyampaikan idenya Siswa menyampaikan gagasannya dan menuliskannya Practice with process

Guru membimbing dan mengarahkan siwa untuk berdiskusi dengan memberikan masalah yang lebih kompleks

Siswa berdiskusi dan menganalisis masalah yang diberikan dan

penyelesaiannya

Working with real problem

Guru memberikan suatu permasalah dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk soal cerita

Siswa membaca dan memahami masalah

Guru membimbing siswa untuk membuat

penyelesaian secara mandiri

Siswa membuat penyelesaian

Guru meminta siswa untuk menyebutkan langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu masalah Siswa menyebutkan langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu masalah Guru memberikan reward

Siswa yang skornya tinggi menerima reward

Penutup Guru membimbing siswa

membuar kesimpulan

Siswa membuat kesimpulan

34 Titin Faridatun Nisa, “Pembelajaran Matematika dengan Setting Model Treffinger untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa”, Jurnal Pedagogia Vol. 1 No. 1, Desember 2011, h. 44.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Treffinger

Dalam penerapannya, model pembelajaran treffinger memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:35 (1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami konsep-konsep dengan cara menyelesaikan suatu permasalahan (2) Membuat siswa aktif dalam pembelajaran (3) Mengembangkan kemampuan berpikir siswa karena disajikan masalah pada awal pembelajaran dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mencari arah penyelesaiannya sendiri (4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan dan (5) Membuat siswa dapat menerapkan pengetahuan yang sudah dimilikinya ke dalam situasi baru.

Menurut Sarson W. Dj. Pamalato ada beberapa kelebihan model pembelajaran treffinger, diantaranya:36 (1) Mengintegerasikan dimensi kognitif dan afektif dalam pengembangannya (2) Melibatkan secara

bertahap kemampuan berpikir divergen dalam menyelesaikan masalah (3) Memiliki tahapan pengembangan yang sistematik, dengan beragam

teknik untuk setiap tahap yang dapat diterapkan secara fleksibel. Selain itu, kelebihan model pembelajaran treffinger adalah dapat diterapkan pada semua segi dikehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik matematika dasar sampai pada konflik kehidupan sehari-hari.

Disamping kelebihannya, model pembelajaran treffinger juga memiliki kelemahannya, diantaranya: 37 (1) Perbedaan level pemahaman dan kecerdasan siswa dalam menghadapi masalah (2) Ketidaksiapan siswa menghadapi masalah baru yang dijumpai dilapangan (3) Model ini mungkin tidak terlalu cocok diterapkan untuk siswa taman kanak-kanak atau kelas awal sekolah atas (4) Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mempersiapkan siswa melakukan tahap-tahap di atas. Namun, apapun kelemahan yang ada, baik tidaknya proses pembelajaran ditentukan oleh kreativitas guru dalam mendesain suasana pembelajaran 35 Huda, loc.cit. 36 Nisa, loc.cit. 37 Huda, loc.cit.

28

dan cara guru mengatasi kelemahan tersebut. Beberapa cara mengatasi kelemahan tersebut, diantaranya: (1) mengimplementasikan model pembelajaran treffinger dikelas tingkat tinggi (kelas 4, 5, dan 6) sekolah dasar (2) Membuat kelompok-kelompok kecil agar antarsiswa dapat saling berdiskusi untuk memahami dan mencari solusi masalah tersebut (3) Masalah yang diberikan siswa dikaitkan dengan benda-benda disekitar lingkungan siswa (4) Guru perlu mengatur waktu untuk setiap tahap agar waktu digunakan dapat efisien.

Dokumen terkait