• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Konseptual

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Si tanah dan Serapan Si

Unsur Si dapat mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan penyakit dan hama. Silika memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama.

Hasil analisis kadar silika pada tanah akhir pada masing-masing perlakuan, yaitu kontrol pada jenis pulut 21,93%, Pupuk kompos jerami padi pada jenis Pulut 22,74%, Pupuk kompos jerami hanjeli pada varietas Pulut 21,73%, Pupuk kompos daun bambu pada jenis Pulut 22,99%, Kontrol pada jenis Batu 23,26%, Pupuk kompos jerami padi pada jenis Batu 22,70%, Pupuk kompos jerami hanjeli pada jenis Batu 22,98%, dan Pupuk kompos daun bambu pada jenis Batu 22,78%.

Tabel 1. Pengaruh Jenis Kompos Terhadap Kandungan Si Tanah

Perlakuan Kadar Si pada Tanah (%)

A=KontrolpadajenisPulut 21,93 a B=PupukkomposjeramipadipadajenisPulut 22,74 a C=PupukkomposjeramihanjelipadavarietasPulut 21,73 a D=PupukkomposdaunbambupadajenisPulut 22,99 a E=KontrolpadajenisBatu 23,26 a F=PupukkomposjeramipadipadajenisBatu 22,70 a G=PupukkomposjeramihanjelipadajenisBatu 22,98 a H=PupukkomposdaunbambupadajenisBatu 22,78 a

Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil analisis serapan kadar silika oleh tanaman, yaitu kontrol pada jenis pulut5,97%,Pupuk kompos jerami padi pada jenis Pulut 6,65%, Pupuk kompos jerami hanjeli pada varietas Pulut6,15%, Pupuk kompos daun bambu pada jenis Pulut6,28%, Kontrol pada jenis Batu5,28%, Pupuk kompos jerami padi pada jenis Batu5,23%, Pupuk kompos jerami hanjeli pada jenis Batu5,47%, dan Pupuk kompos daun bambu pada jenis Batu5,22%.

Tabel 2. Pengaruh Jenis Kompos Terhadap Serapan Si

Perlakuan Kadar Si padaTanaman (%)

A=KontrolpadajenisPulut 5,97 a B=PupukkomposjeramipadipadajenisPulut 6,65 a C=PupukkomposjeramihanjelipadavarietasPulut 6,15 a D=PupukkomposdaunbambupadajenisPulut 6,28 a E=KontrolpadajenisBatu 5,28 a F=PupukkomposjeramipadipadajenisBatu 5,53 a G=PupukkomposjeramihanjelipadajenisBatu 5,47 a H=PupukkomposdaunbambupadajenisBatu 5,22 a

Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Pertumbuhan Tanaman Hanjeli

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sebanyak empat kali dengan interval waktu dua minggu sekali pada umur 5, 7, 9, dan 11 MST dimaksudkan agar terlihat perbedaan nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Data dan analisis statistik pengaruh jenis kompos terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hasil uji menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% seperti tercantum dalam Tabel 3.

beneficialelement

METODOLOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Si tanah dan Serapan Si

Tabel 3.Pengaruh Jenis Kompos terhadap Tinggi Tanaman Hanjeli 5, 7, 9 dan 11 MST.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

5 MST 7 MST 9 MST 11 MST

A=Kontrol pada jenis Pulut 49,13a 85,67a 115,02a 190,26a

B=Pupuk kompos jerami padi pada jenis Pulut 49,68a 87,34a 112,38a 186,67a C=Pupuk kompos jerami hanjeli pada varietas

Pulut

47,62a 84,98a 112,54a 183,49a D=Pupuk kompos daun bambu pada jenis Pulut 49,74a 80,37a 104,56a 169,91a

E=Kontrol pada jenis Batu 44,31a 82,93a 114,18a 180,08a

F=Pupuk kompos jerami padi pada jenis Batu 45,21a 80,84a 117,40a 185,00a G=Pupuk kompos jerami hanjeli pada jenis Batu 44,30a 79,15a 113,51a 181,34a H=Pupuk kompos daun bambu pada jenis Batu 46,29a 78,60a 107,78a 174,62a Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak

Berganda Duncan pada taraf 5%.

Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang diamati sebagai indikator pertumbuhan atau sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan ataupun perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno, 1995).Tabel 3 menunjukkan pemberian pupuk kompos sumber hara silika tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal tersebut diduga karena pertumbuhan tanaman lebih dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara makro dalam tanah seperti unsur hara nitrogen. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro selain, fosfor dan kalium, yang berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif. Tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata diduga disebabkan kandungan N-total dan kalium yang rendah pada tanah.

Fotosintesis dapat berjalan optimal dan kecepatan dalam perombakan fotosintat untuk pertumbuhan dapat meningkat apabila unsur nitrogen dan kalium dalam dosis yang tepat. Menurut Gardner (1991) menyatakan bahwa nitrogen dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, dimana nitrogen merupakan penyusun asam amino yang berfungsi sebagai penyusun protein khususnya sebagai bahan dasar klorofil dan kalium sebagai aktivator sebagian besar enzim yang penting untuk proses fotosintesis.

Kandungan nitrogen dan kalium yang rendah pada ketiga jenis kompos diduga menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Curah hujan yang tinggi mempengaruhi besarnya ketersediaan air di dalam tanah dan pencucian unsur hara. Persediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan, kemampuan tanah dalam menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan vegetasi), dan tingginya muka air tanah (Hardjowigeno, 2007). Menurut Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa air dalam tanah penting untuk pertumbuhan tanaman sebagai unsur hara tanaman, pelarut unsur hara, dan pelapukan mineral.

Hasil Tanaman Hanjeli

Data hasil perhitungan dan hasil analisis data statistik bobot biji per rumpun dan bobot biji per petak tertera pada Tabel 4. Hasil analisis data statistik bobot biji per rumpun dan bobot biji per petak menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap bobot biji per rumpun dan bobot biji per petak tanaman hanjeli. Hasil uji menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% seperti tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan pemberian pupuk kompos sumber silika tidak berpengaruh nyata terhadap bobot biji per rumpun dan bobot biji per petak tanaman hanjeli. Hal tersebut diduga unsur yang berperan penting dalam pmbentukan biji adalah unsur P.

Tabel 4. Pengaruh Jenis Kompos terhadap Bobot Biji Per Rumpun dan Bobot Biji per Petak Tanaman Hanjeli.

Perlakuan

Bobot Biji per Rumpun

Bobot Biji per Petak

A=Kontrol pada jenis Pulut 229,25a 5731,35a

B=Pupuk kompos jerami padi pada jenis Pulut 236,58a 5914,50a C=Pupuk kompos jerami hanjeli pada varietas Pulut 200,19a 5004,67a D=Pupuk kompos daun bambu pada jenis Pulut 188,59a 4714,65a

E=Kontrol pada jenis Batu 261,92a 6547,92a

F=Pupuk kompos jerami padi pada jenis Batu 292,92a 7322,92a G=Pupuk kompos jerami hanjeli pada jenis Batu 290,83a 7270,83a

H=Pupuk kompos daun bambu pada jenis Batu 270,10a 6752,42a

Keterangan : Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Proses penyerapan unsur P dalam proses pembentukan biji kurang berjalan secara optimal. Perlakuan pupuk kompos jerami padi memiliki pengaruh lebih baik dibanding pada perlakuan kontrol, kompos jerami hanjeli, dan daun bambu. Hal tersebut diduga silika pada kompos jerami padi dapat membantu dalam ketersedian P tersedia. Unsur silika dapat meningkatkan P tersedia bagi tanaman (Balittanah, 2011). Sementara menurut Gardner dkk. (1991) menyatakan bahwa bobot biji lebih dipengaruhi oleh pembagian asimilasi selama pengisian biji. Asimilat didapat dari hasil fotosintesis yang disimpan dalam biji dipengaruhi oleh fotosintesis daun, fotosintesis bukan daun, dan remobilisasi hasil asimilat yang disimpan dalam organ tanaman selain biji.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian jenis kompos sumber hara silika terhadap kandungan Si tanah, serapan Si dan hasil tanaman hanjeli menunjukan hasil bahwa perlakuan dengan menggunakan pupuk kompos daun bambu pada jenis pulut menunjukan peningkatan kadar Si lebih tinggi dibanding kontrol dan perlakuan lainnya yaitu 22,99 % sedangkan kadar Si tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk kompos jerami padi yaitu 6,65 %. Hal ini sejalan dengan hasil hanjeli yang menunjukan hasil tertinggi sebesar 292,92 pada perlakuan Pupuk kompos jerami padi.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. (2011).Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 33 no. 3. Balittanah, Bogor. 12-13.

Gardner FP, Pearce RB, Mitcell RL. (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Grubben, G.J.H. and Partohardjono S. (Eds.) 1996. Plant Resources Of South-East AsiaNo 10 Cereals. Prosea. Bogor.

Hardjowigeno, S. (2007). Ilmu Tanah. Jakarta: AkademikaPressindo.

Hardjowigeno, S. (2003).Klasifikasi Tanah danPedogenesis. Jakarta: AkademikaPressindo. Ma JF and Takahashi E. 2002. Soil, Fertilizer and Plant Silicon Research in Japan. Elsevier

Science B. V. Amsterdam. 281 hal.

Nurmala, Tati. Ali Qosim, Warid. Dan Darniadi, Sandi. (2011). Seleksi Genotif Hanjeli Berdasarkan Hasil Tinggi Dan Berlemak Nabati Tinggi (>8%) Sebagai Bahan Pangan Alternatif Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Universitas Padjadjaran Bekerja Sama Dengan Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Tabel 3.

Hasil Tanaman Hanjeli

Nurmala, Tati. (1998).Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineke Cipta. Jakarta.

Rasyidin, Ali. (2014). Penampilan Fenotipik Sembilan Genotip F1 Hasil Persilangan Lima Aksesi Tetua Tanaman Hanjeli (Coix lacryma-jobi L) di Ciparanje. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Susilawati, Mustoyo, Eriandra Budhisurya, R.C.W. Anggono, Bistok H.

Simanjuntak. (2013). Analisis Kesuburan Tanah Dengan Indikator Mikroorganisme Tanah Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan Di Plateau Dieng. AGRIC Vol.25, No. 1, Desember 2013: 64-72

PEWATAKAN KIMIA TANAH PADA SALAH SATU MIKRO TOPOSEKUEN