• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fep Feo Nisbah %

TEKNOLOGI BUDIDAYA

4. Pemberian hara silika

Hasil penelitian Wicaksono et.al. (2016c) menunjukkan bahwa pupuk silika mempengaruhi umur tanaman gandum. Umur berbunga tanaman gandum yang diberi dan tidak diberi perlakuan pupuk silika selama percobaan memiliki umur yang sama yaitu 60 HST. Umur panen gandum yang diberi perlakuan pupuk silika selama percobaan memiliki umur 133 HST,

Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat

sedangkan yang tidak diberi silika memiliki umur 116 HST. Hal ini menunjukkan bahwa silika tidak mempengaruhi umur vegetatif tetapi mempengaruhi umur reproduktif tanaman. Umur panen tanaman yang diberi pupuk silika mempunyai umur yang lebih panjang dibandingkan umur tanaman bila ditanam di dataran tinggi (120 HST; Litbang Pertanian, 2007). Umur tanaman yang pendek merupakan salah satu indikator dari adanya cekaman panas (Taiz and Zeiger, 2002). Silika juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman dibandingkan tanpa pupuk silika, dilihat dari tinggi tanaman, jumlah anakan, persentase gabah isi, bobot 100 butir, dan bobot biji. Dosis pupuk silika yang paling baik bagi pertumbuhan dan hasil adalah 250 kg ha-1.

Salah satu input produksi yang diduga dapat mengatasi cekaman panas adalah silikat (SiO2), sebagai sumber unsur silikon. Peranan Silikon diantaranya adalah menjaga stabilitas membran sel dan kandungan air relatif pada tanaman (Sujatha et. al., 2013). Silikon juga berperan dalam meningkatkan aktivitas antioksidan pada tanaman (Song et. al., 2010). Stabilitas membran sel, kandungan air relatif, dan aktivitas antioksidan merupakan komponen pada tanaman yang terganggu akibat cekaman panas. Silikat diketahui dapat meningkatkan stabilitas membran kloroplas. Hal ini menyebabkan kadar air relatif sel dan stabilitas membran dapat dijaga sehingga kandungan klorofil dalam daun tidak berkurang ketika terjadi cekaman panas (Sujatha et. al., 2013). Membran kloroplas tidak rusak karena kebocoran elektrolit sel dapat diatasi dengan peningkatan aktivitas enzim-enzim antioksidan (Ma, 2003). Tingkat polisakarida dalam dinding sel juga lebih tinggi karena silikon berperan pula dalam pengaturan air dalam sel.

Penelitian Song et. al. (2011) menyebutkan bahwa pemberian silikon dapat meningkatkan aktivitas enzim-enzim antioksidan, seperti superoksida dismutase, askorbat peroksidase, dan katalase, sehingga menyebabkan kandungan malondialdehid dan peroksida berkurang. Hal ini berhubungan dengan penjagaan lemak dalam membran sel supaya tidak teroksidasi oleh peroksida yang dapat menyebabkan kebocoran elektrolit sel. Pemberian silikat sehingga diharapkan dapat mengatasi cekaman panas pada tanaman gandum.

Silikon sebetulnya merupakan senyawa yang banyak terkandung dalam tanaman padi-padian (Poaceae), termasuk gandum. Kekurangan silikon pada tanaman padi-padi-padian diantaranya adalah daun tanaman terkulai sehingga fotosintesis tidak optimal, penguapan air dipercepat ketika tanaman kekurangan air, penyerapan fosfat berkurang, dan tanaman mudah rebah. Semua hal tersebut menyebabkan hasil tanaman tidak optimal, stabilitas hasil rendah, dan mutu produk rendah (Makarim et.al., 2007). Dosis silikat pada padi umumnya 100 – 300 kg/Ha. Kekurangan unsur silikon dapat menyebabkan pengurangan sintesis protein dan klorofil sehingga hasil tanaman berkurang (Vasanthi et. al., 2014). Pemberian silikat sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman gandum.

KESIMPULAN

Pemberian antioksidan atau pemberian hara silika dapat mengurangi cekaman panas dan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, sementara zat pengatur tumbuh dapat mengurangi cekaman panas dan hanya meningkatkan pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Khatib, K. and G. M. Paulsen. 1999. High-temperature effects on photosynthetic processes in temperate and tropical cereals. Crop Sci. 39: 119-125.

Aptindo. 2014. Overview Industri Tepung Terigu Nasional Indonesia. Seminar Aptindo, 11 Juli 2014. Jakarta

Blum, A. 1988. Plant Breeding for Stress Environments. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida, pp 223.

Gasperz, V. 1995. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan Edisi 1. Penerbit Tarsito. Bandung.

2. Pemberian zat pengatur tumbuh et.al.

et. al.

and

et.al.

3. Pengaturan jarak tanam

et.al.

4. Pemberian hara silika

et.al.

Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Jiang, Y., and B. Huang. 2000. Effects of Calcium on Antioxidant Activities and Water Relations Associated with Heat Tolerance in Two Cool-Season Grass. J. of Exp. Bot. 52:341–359.

Kawano, T., N. Sahashi, K. Takahashi, N. Uozumi, S. Muto, 1998. Salicylic acid induces extracellular superoxide generation followed by an increase in cytosolic calcium ion in tobacco suspension culture: the earliest events in salicylic acid signal transduction. Plant Cell Physiol. 39, 721–730.

Litbang Pertanian. 2007. Deskripsi Varietas Dewata.

http://www.litbang.pertanian.go.id/varietas/one/539/(Akses tanggal 8 Maret 2016) Ma, J.F. 2003. Role of silicon in enhancing the resistance of plants to biotic and abiotic stresses.

Soil Sci. Plant Nutr., 50 (1): 11 – 18.

Makarim, A.K., E. Suhartatik, dan A. Kartohardjono. 2007. Silikon: hara penting pada tanaman padi. Iptek Tanaman Pangan, 2 (2).

Niknejhad, Y., and H. Pirdashti. 2012. Effect of growth simulators on yield and yield components of rice (Oryza sativa L.) ratoon. Int. Res. J. of App. and Basic Sci., 3(7): 1417 – 1421.

Pavlista, A.D., K. Santra , and D.D. Baltensperger. 2013. Bioassay of winter wheat for gibberellic acid sensitivity. Am. J. of Plant Sci., 4: 2015 – 2022

Nurmala, T. 1998. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nurmala, T. 2007. Pangan Alternatif. Penerbit Giratuna. Bandung.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan (Terjemahan D.R. Lukman). Penerbit ITB. Bandung.

Song, A., P. Li, Z. Li, F. Fan, M. Nikolic, and Y. Liang. 2011. The alleviation of zinc toxicity by silicon is related to zinc transport and antioxidative reactions in rice. Plant Soil, 344: 319 – 333.

Sujatha, K.B., S.M. Babu, S. Ranganathan, D.N. Rao, S. Ravichandran, dan S.R. Voleti. 2013. Silicon accumulation and its influence on some of the leaf characteristics, membrane stability and yield in rice hybrids and varieties grown under aerobic conditions. J. of Plant Nutr., 36: 963 – 975

Taiz, L., and E. Zeiger. 2002. Plant Physiology, 3rd Ed. Sinauer Associates. Sunderland.

Vasanthi, N., L.M. Saleena, and S.A. Raj. 2014. Silicon in crop production and crop protection - A review. Agri. Reviews, 35 (1): 14 – 23.

Wang, L.J., and S.H. Li. 2006. Salicylic acid-induced heat or cold tolerance in relation to Ca2+ homeostasis and antioxidant systems in young grape plants. Plant Sci., 170: 685–694 Wicaksono, F.Y., T. Nurmala, dan Sumadi. 2013. Pertumbuhan dan hasil gandum (Triticum

aestivum L.) yang diberi perlakuan kalsium klorida dan asam salisilat yang diadaptasikan di dataran medium Jatinangor. J. Kultivasi, 12 (1): 8 – 13.

Wicaksono, F.Y., A.W. Irwan, A. Wahyudin, dan L.W. Setianingrum. 2015. Pertumbuhan dan hasil gandum (Triticum aestivum L.) yang diberi kalsium klorida dan asam salisilat dengan selang waktu yang berbeda di dataran medium Jatinangor. J. Kultivasi, 14 (2): 29 – 35.

Wicaksono, F.Y., T. Nurmala, dan A.W. Irwan. 2016a. Pertumbuhan dan hasil tanaman gandum (Triticum aestivum L.) yang diberi giberelin dan pengaturan jarak tanam di dataran medium pada dua musim. Prosid. Sem. Nas. dan Kongres 2016 PERAGI. Bogor, 27 April 2016.

Wicaksono, F.Y., T. Nurmala, A.W. Irwan, dan A.S.U. Putri. 2016b. Pengaruh pemberian gibberellin dan sitokinin pada konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil gandum (Triticum aestivum L.) di dataran medium Jatinangor. J. Kultivasi, 15 (1): 52 – 58.

Wicaksono, F.Y., T. Nurmala, dan A.W. Irwan. 2016c. Pertumbuhan dan hasil gandum (Triticum aestivumL.) yang diberi perlakuan pupuk silikon dengan dosis yang berbeda di dataran medium Jatinangor. J. Kultivasi, 15 (3).

Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat

World Wheat Production. 2016. World Wheat Production 2016/2017. Diakses tanggal 15 November 2016 dari https://www.worldwheatproduction.com/

Oryza sativa Triticum aestivum Triticum aestivum Triticum aestivum Triticum aestivum

Growth Cuttings Sembukan Nursery Applications With Some Substance Of Growth Regulator Suyadi 1 dan Maryana2

1Program Study Agroteknologi Fak. Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta Condongcatur Yogyakarta 55283 Email: yadisuyadi326@yahoo.co.id

2Program Study Agroteknologi Fak. Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta Condongcatur Yogyakarta 55283 Email: m.yono_sdh@yahoo.com

ABSTRCT

The plant “sembukan” is annual herba, the form wild since befor period to know the medicine emetic flotus. The plant possible to distend with generative (grain) and vegetative(stek). This experiens, to multiply or unfolding in the scheme plant flotus leaf with vegetative. The aim experiens is to be able information space between to joints of piece of plant flotus leaf and growth regulation matter very good grorwth plant is best. The result have information, the more growth regulation matter and space between to joints of a piece are extrac corn, rotoon F and watter have the best growth on the stek plant flotus leaf(sembukan). One join of a piece and water is efficient My account to be able use the lectur in the best to showed interest biofarmaka in that.

Key Word: Plant Flotus Leaf(Sembukan), To Joinsta Piece, Growth Regulator Matter

PENDAHULUAN

Tanaman sembukan merupakan suatu tanaman herba tahunan, tumbuh berbatang memanjat, pangkal berkayu, dan panjang batang tanaman 3-5 m. Tanaman sembukan adalah tumbuh liar di lapangan terbuka, semak belukar atau di tebing sungai, kadang dirambatkan dipagar halaman sebagai tanaman obat dan dapat ditemukan dari 1-2.100 m dari permukaan laut.Perbanyakannya dapat dengan stek batang atau biji (http://www.iptek.net.id/ind/).Panjang batang tanaman sepanjang 3-5 m terdiri atas ruas-ruas batang, yang dapat menjadi bahan perbanyakan dengan stek batang.

Tanaman sembukan; sembukan atau yang sering dikenal dengan ”daun kentut” merupakan salah satu tanaman obat di Indonesia. Tumbuhan ini berasal dari Asia Timur, tetapi sekarang sudah tersebar sebagai tanaman hias di daerah tropis seluruh dunia. Secara ilmiah, tanaman ini disebut sebagai Paederia scandens, dan sering juga disebut dengan nama lama Paederia foetida. Keterangan nama foetida menunjukkan bahwa tumbuhan berbau busuk (Nurcahyanti dan Wandra, 2012). Daun sembukan dimakan sebagai lalab atau disayur, bila diremas berbau kentut(http://www.iptek.net.id/ind/).

Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru (Widiarsih, et. al., 2008). Menurut Kusuma (1990), perakaran yang timbul pada stek disebabkan oleh dorongan auksin yang berasal dari tunas dan daun. Tunas yang sehat pada batang adalah sumber auksin dan merupakan faktor penting dalam perakaran. Kadar auksin yang terdapatpada organ stek jumlahnya bervariasi.Stek yang memiliki kadar auksin lebih tinggi akan lebih mampu menumbuhkan akar, dan akan menghasilkan persentase hidup stek yang lebih tinggi daripada stek yang memiliki kadar auksin yang rendah.

Permasalahan yang dihadapi oleh UD Herbasari Kragilan Desa Sinduadi adalah apabila menamantanaman sembukan di lahan pekarangan sebagai tanaman biofarmaka dihadapkan pada masalah pemilihan bahan stek terutama jumlah ruas stek batang dan zat pengatur tumbuh yang mempercepat pertumbuhan. Pemilihan stek itu cukup membingungkan bagi UD Herbasari.. Berdasarkan adanya penelitian ini, maka UD Herbasari akan mudah untuk melakukan perbanyakan vegetatif dengan stek batang sembukan serta zat pengatur tumbuh apa yang efisien dalam produksi bibit sembukan.

Tanaman sembukan (Paederia foetida L/Paederia scandens (Lour.) Merr.)disebut juga skunk vine (Inggris) dan kantutan (Philipina). Secara klasifikasi termasuk : Kingdom : Plantae (tumbuhan); Sub kingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh); Super divisio : Spermatophyta (menghasilkan biji); Divisio : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga); Kelas : Magnoliopsida (Dikotiledoneae/berkeping dua); Sub kelas : Asteridae; Ordo : Rubiales; Famili :

Rubiaceae (suku kopi-kopian); Genus : Paederia; dan Species : Paederia foetidaL(http://www.plantamor.com/).

Tanaman sembukan banyak digunakan sebagai tanaman obat-obatan (biofarmaka). Tanaman sembukan bau daunya tidak enak seperti kentut, tetapi untuk menghilangkan dapat diolah dahulu untuk pelas, botok atau pepes (http://sabdadadi.blogspot.com/).Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisionil lain disebutkan bahwa tanaman sembukan memiliki sifat : rasa manis, sedikit pahit, dan netral. Sebagai obat anti rematik, penghilang rasa sakit (analgesik), peluruh kentut (karminatif), peluruh kencing, peluruh dahak (mucolitik), penambah nafsu makan (stomakik), anti biotik, anti radang, obat batuk (anti tusif), menghilangkan racun (detoksifikasi), obat cacing dan pereda kejang. Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia, yang sudah diketahui adalah batang dan daun mengandung asperuloside, deacetylasperuloside, scandoside, paederosid, paederosidic acid, gamasitosterol, arbutin, oleanolic acid, dan minyak yang menguap (http://flora-faunaindonesia.blogspot.com/).

Kandungan minyak atsiri daun sembukan 0,0143%. Minyak atsiri sembukan terdari dari 28 senyawa dengan komponen utama patchouli alcohol 33,99%. Senyawa berbau tidak sedap pada tanaman sembukan adalah asam 3-metil-3-(2-isopropilfenil) butirat (Indriyanti, 2013). Menurut Nurcahyanti dan Wandra (2012), yang menyebabkan aroma tidak sedap pada tanaman sembukan adalah metil merkaptan.

Beberapa penyakit yang disembuhkan dan cara penggunaannya diantaranya : (1) kejang(kolik)kandung empedu dan saluran pencernaan serta perut kembung. Daun segar 15 – 60 g dicuci, lalu ditumbuk sampai seperti bubur. Tambahkan 1 cangkir air matang dan 1 – 2 sendok teh garam, kemudian aduk merata lalu saring. Minumlah sebelum makan. (2) Rasa sakit pada luka, mata atau telinga. Batang dan daun segar secukupnya dicuci bersih, lalu digiling halus, kemudian ditempelkan ke tempat yang sakit. (3) Bayi dengan gangguan penyerapan makanan dan mal nutrisi. Tanaman15 – 60 g, direbus, kemudian diminum. (4) Sakit kuning (icteric hepatitis). Tanaman 15 – 60 g, direbus, lalu diminum.(5) Bronchitis, batuk (whooping cough). Tanaman 15 – 60 g, direbus, lalu diminum. (6) Rheumatism, luka akibat benturan, tulang patah, keseleo. Tanaman 15 – 60 gram, direbus, lalu diminum. (7) Darah putih berkurang (leukopenia)akibat radiasi

Stek tanaman

Perbanyakan tanaman sembukan dengan stek batang atau biji. Untuk budidaya tanaman sembukan yang biasa dilakukan adalah stek batang, karena bila menggunakan biji lebih lama waktunya. Penggunaan stek satu ruas lebih mudah, praktis dan efisien dari dua ruas batang sembukan. Karena dengan stek satu ruas akan diperoleh bahan stek yang lebih banyak dari stek dua ruas batang sembukan, sehingga stek satu ruas akan menghasilkan bibit yang lebih banyak dibandingkan stek dua ruas. Stek terbagi atas stek akar, batang, dan daun. Stek batang dapat dibagi dalam empat kelompok berdasarkan tipe jaringannya (kayu), yaitu hardwood, semihardwood,softwood, dan herbaceous(Ashari, 1995).Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek adalah kondisi PERTUMBUHAN STEK BIBIT SEMBUKAN DENGAN APLIKASI