• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fep Feo Nisbah %

METODE PENELITIAN Tempat dan waktu :

Pelaksanaan ini dilakukan di Desa Sentono, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah pada bulan Mei- Agustus 2016. Desa Sentono secara geografis terletak pada ketinggian tanah ± 100 m dpl, jenis tanahnya adalah tanah regosol.

Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain benih padi Bestari, oligokhitosan, pupuk organik produk Fakultas Pertanian UPN, pupuk phonska, sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, sprayer, penggaris, timbangan, oven, bajak, meteran, ember.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Faktorial RAKL (3x3)+1, diulang tiga kali dengan ukuran petak (4 x 4) m2 sebanyak 30 petak . Adapun varietas yang digunakan adalah varietas padi Bestari. Sebagai Faktor Pertama adalah frekuensi oligokhitosan, sedangkan faktor kedua adalah konsentrasi oligokhitosan.

Faktor pertama yaitu frekuensi pemberian oligokhitosan : F1 = 3 kali pemberian = 20, 40, 60 hari setelah tanam (HST) F2 = 4 kali pemberian = 20, 33, 46, 60 hari setelah tanam (HST) F3 = 5 kali pemberian = 20, 30, 40, 50, 60 hari setelah tanam (HST) Faktor Kedua yaitu konsentrasi oligokhitosan:

K1= 50% pupuk kimia dosis petani +50 ppm oligokhitosan. K2 = 50% pupuk kimia dosis petani +100 ppm oligokhitosan. K3 = 50% pupuk kimia dosis petani + 150 ppm oligokhitosan.

Kontrol = Pemupukan yang sering dilakukan petani setempat 20,250 kg/petak. Pelaksanaan penanaman:

a. Penyiapan Lahan

Menyiapkan lahan dengan cara dibajak sebanyak dua kali. setelah dibajak membuat cetak-petak percobaan dengan ukuran (4x4)m2 dan membatasinya menggunakan pematang.

Kemudian dibuat saluran irigasi dan drainase lalu aplikasi pupuk dengan memberikan pupuk dasar yaitu 16 kg perpetak.

b. Pesemaian

Merendam benih padi selama 24 jam, kemudian ditiriskan dan dibiarkan selama dua hari sampai benih tersebut keluar radikel. Menyiapkan lahan dengan cara membuat bedeng setinggi 25 cm dan lebar 1 meter,kemudian benih disebar pada bedengan tersebutd dan diusahakan bedengan dalam kondisi air macak-macak dan berlumpur. Memberikan pupuk urea masing-masing 10 gram pada bibit padi yang telah disemai pada setiap bedengan. c. Penanaman

Setelah bibit berumur 17 hari siap untuk dipindahkan ke lahan percobaan. jarak tanam 12,5 cm x 25 cm x 25 cm pada tipe tanam jajar legowo 2:1. Setiap lubang di isi 2 tanaman. d. Penyulaman

Penyulaman dilakukan setelah satu minggu setelah tanam dengan cara mengganti bibit yang mati dengan bibit yang baru.

e. Penyiangan

Agar tanaman padi yang ditanam tumbuh dengan sempurna maka perlu dilakukan perawatan atau penyiangan dengan membersihkan gulma yang menggangu. Penanganan gulma dilakukan saat masa tanam padi menginjak umur 3 minggu penyiangan yang baik bisa dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan maupun secara kimia dengan menyemprotkan herbisida.

f. Aplikasi Pemupukan

Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik produksi fakultas pertanian UPN yaitu pupuk kompos sebanyak 1,6 ton/ha. Pemupukan phonska dilakukan umur 15 hari, 25 hari, 35 hari dengan dosis 160 gram/petak.

Kondisi lahan pada saat aplikasi pemupukan adalah macak-macam. Konsentrasi oligokhitosan yang digunakan adalah 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm yang di dalam larutannya mengandung 5 % oligokhitosan dalam larutan asetat. Waktu pemberian oligokhitosan 3 kali pada umur 20, 40, 60 hari setelah, 4 kali pemberian pada umur 20, 33, 46, 60 hari setelah tanam dan 5 kali pemberian pada umur 20, 30, 40, 50, 60 hari setelah tanam. Cara pemberian yaitu dengan cara memyemprotkan pada daun dengan volume 50 ppm fitosan dilarutkan dalam 1 liter air yang di dalam larutannya mengandung 5 % oligokhitosan dalam larutan asetat. Memyemprotkan pada daun dengan volume 100 ppm fitosan dilarutkan dalam 1 liter air yang di dalam larutannya mengandung 5 % oligokhitosan dalam larutan asetat. Memyemprotkan pada daun dengan volume 150 ppm fitosan dilarutkan dalam 1 liter air yang di dalam larutannya mengandung 5 % oligokhitosan dalam larutan asetat.

g. Pemeliharaan

Pemberian air dengan cara penggenangan dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Pengeringan dilakukan pada fase sebelum bunting yang bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

h. Pengendalian Hama dan Penyakit

Budidaya tanaman padi tidak lepas dari gangguan hama dan penyakit yang merusak tanaman oleh karena itu harus dilakukan pencegahan. Biasanya ada beberapa hama yang mengganggu budidaya tanaman padi diantarnya keong dan walang sangit. Macam penyakit yang sering menyerang tanaman padi yaitu seperti penyakit blas. Pengendalian hama keong bisa dilakukan dengan cara manual yaitu mengambil keong yang ada di petak.

i. Pemanenan

Panen tanaman padi dilihat secara masak fisiologis tetapi cara yang digunakan adalah dengan cara visual yaitu saat padi menguning (80-90)%, warna daun bendera dan malai sudah menguning. Di bagian batang tanaman mulai mengering (fase menguning) sebab pada fase ini hasil produksinya paling tinggi.

et. al

et. al.,

METODE PENELITIAN Tempat dan waktu :

Alat dan Bahan Penelitian

Metode Penelitian

Pelaksanaan penanaman:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap semua parameter, kemudian di analisis dan dilakukan uji beda disajikan pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1. Pengaruh perlakuan oligochitosan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun

Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada beda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi.

Parameter tinggi tanaman padi pada kontrol umur 4 minggu setelah tanam (mst) tidak berbeda dengan tinggi tanaman padi pada perlakuan hal ini dikarenakan pemberian oligokhitosan menjadi tidak efektif karena turun hujan sehingga pertumbuhan antara kontrol dan perlakuan menjadi sama. Parameter tinggi tanaman padi pada kontrol umur 6 dan 8 minggu setelah tanam (mst) ada beda nyata dengan tinggi tanaman perlakuan lebih tinggi dari pada tinggi tanaman padi pada perlakuan. Diduga tinggi tanaman antara kedua perlakuan erat kaitanya dengan pemberian pupuk kimia berupa phonska. Pemberian pupuk kimia pada tanaman akan terlihat lebih cepat pengaruhya dibandingkan dengan pupuk organik, karena pupuk kimia lebih cepat tersedia bagi tanaman. Laju penambahan tinggi tanaman yang paling cepat terjadi pada fase vegetatif (Subagyono et al.,2009). Parameter tinggi tanaman umur 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam menunjukan bahwa perlakuan frekuensi dan konsentrasi pemberian oligokhitosan tidak beda nyata. Hal itu disebakan karena curah hujan yang tinggi maka perlakuan oligokhitosan kurang efektif setelah pemberian. Selain itu Nursanti (2009:27) menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman disebabkan karena tajuk tanaman yang semakin merapat mengakibatkan kualitas cahaya yang diterima menjadi menurun.

Parameter jumlah daun umur 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam tidak menunjukkan beda nyata antara kontrol dan perlakuan hal itu dikarenakan pada awal pertumbuhan jumlah daun akan meningkat setelah fase pembungaan pada umur 6 minggu jumlah daun akan menurun, jadi kedua perlakuan hasilnya sama atau tidak berbeda nyata. Parameter jumlah daun umur 4 minggu setelah tanam dan 6 minggu setelah tanam tidak menunjukan beda nyata. Diduga ada perebutan unsur hara N selain unsur hara dari oligokhitosan sendiri sehingga adanya kompetisi atar tanaman dan gulma, oligokhitosan juga mengandung zat pengatur tumbuh giberelin yang mampu mempercepat pertumbuhan (Darmawan, 2015).Parameter jumlah daun umur 8 minggu menunjukkam bahwa perlakuan F3 lebih baik jumlah daun tanaman padi dari pada perlakuan F1 dan perlakuan F2 hal itu dikarenakan penerapan oligokhitosan pada pertumbuhan awaltahappeningkatan pertumbuhan tanaman danpengembangan tanaman padi (Mondal et.al., 2012). Jumlah daun/rumpun tanaman padi kontrol sama atau tidak berbeda dengan jumlah daun/rumpun tanaman padi pada perlakuan.

Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah daun

4 mst 6 mst 8 mst 4 mst 6 mst 8 mst F1 (3 kali) 62.39 a 79.03 a 96.30 a 56.52 a 69.05 a 62.29 b F2 (4 kali) 60.77 a 79.66 a 97.71 a 52,50 a 65.31 a 62.93 b F3 (5 kali) 59.83 a 81.85 a 96.61 a 54.08 a 78.67 a 92.74 a Keterangan (-) (-) (-) (-) (-) (-) K1 (50 ppm) 59.87 p 79.27 p 95.05 p 50.47 p 71.43 p 72.21 p K2 (100 ppm) 61.51 p 82.64 p 99.46 p 60.79 p 74.26 p 73.28 p K3 (150 ppm) 61.61 p 78.63 p 96.11 p 51.85 p 67.34 p 72.49 p Keterangan (-) (-) (-) (-) (-) (-) Rerata Perlakuan 60.99 x 80.18 x 96.87 x 54.36 x 71.01 x 72.65 x Kontrol 64.06 x 87.97 y 102.80 y 48.50 x 61.54 x 59.00 y

Tabel 2. Pengaruh perlakuan oligochitosan terhadap bobot kering tanaman, jumlah anakan produktif dan jumlah malai per rumpun

Perlakuan

Parameter

Bobot kering Tanaman Jumlah anakan produktif Jumlah malai/rumpun 2 mst 4 mst 6 mst F1 (3 kali) 4.05 a 6.31 a 20.53 a 13.33 b 13.33 b F2 (4 kali) 3.40 a 6.92 a 17.97 a 13.92 b 13.77 b F3 (5 kali) 4.01 a 6.59 a 21.00 a 19.67 a 19.64 a Keterangan (-) (-) (-) (-) (-) K1 (50 ppm) 4.13 p 7.37 p 22.43 p 15.17 p 15.03 p K2 (100 ppm) 3.59 p 6.18 p 19.11 p 16.25 p 16.13 p K3 (150 ppm) 3.75 p 6.26 p 17.96 p 15.50 p 15.53 p Keterangan (-) (-) (-) (-) (-) Rerata Perlakuan 3.82 x 6.60 x 19.83 x 15.64 x 15.58 x Kontrol 3.47 x 5.60 x 17.33 x 13.75 x 13.75 x

Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada beda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi.

Parameter bobot kering batang tanaman padi kontrol umur 4 minggu setelah tanam sama atau tidak berbeda dengan bobot kering batang tanaman padi pada perlakuan.Parameter bobot kering batang umur 4 minggu setelah tanam pada perlakuan F3 menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada perlakuan F2 dan perlakuan F3 dikarenakan dengan semakin tinggi bobot kering akar maka semakin banyak serapan unsur hara semakin besar (Nuryani et.al., 2010). Bobot kering tanaman mencerminkan status hara dan banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman serta laju fotosintesis. Bila laju fotosintesis berbeda, maka jumlah fotosintat yang dihasilkan juga berbeda. Berat kering suatu tanaman merupakan hasil penumpukan fotosintat yang dalam pembentukannya membutuhkan unsur hara, air, CO2 dan cahaya matahari (Bustami et.al., 2012).

Jumlah anakan produktif tanaman padi kontrol tidak berbeda nyata dengan jumlah anakan produktif tanaman padi pada perlakuan. Diduga unsur hara diserap tanaman untuk pembentukan gabah pada malai. Jumlah anakan akan maksimal jika kesuburan tanah maupun ruang tumbuhnya optimal. Jumlah anakan produktif menunjukkan perlakuan F3 lebih baik dari pada perlakuan F1 dan F2. Menurut Husana (2010), jumlah anakan akan maksimal apabila tanaman memiliki sifat genetik yang baik di dukung dengan keadaan lingkungan yang menguntungkan atau sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Jumlah malai tanaman padi kontrol sama atau tidak berbeda dengan jumlah malai tanaman padi pada perlakuan. Meningkatnya pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun akan mendorong meningkatnya kandungan karbohidrat di dalam tanaman. Karbohidrat tersebut dihasilkan dari proses-proses yang terjadi pada daun yaitu proses fotosintesis, sehingga berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun.Parameter jumlah malai menunjukkan perlakuan F3 lebih baik dari pada perlakuan F1 dan F2, semakin sering tanaman diberi oligokhitosan respon tanaman akan semakin baik sehingga tanaman padi akan dapat menghasilkan jumlah malai yang lebih banyak. Jumlah malai juga dipengaruhi oleh jumlah anakan, jika jumlah anakan semakin banyak maka malai yang dihasilkan semakin banyak pula( Barus, 2008).

Parameter bobot gabah perumpun padi pada kontrol tidak berbeda nyata dengan bobot gabah perumpun padi pada perlakuan. bobot gabah perumpun dipengaruhi oleh jumlah anakan, jumlah malai dan panjang malai. Semakin tinggi jumlah anakan dan jumlah malai semakin tinggi pula bobot gabah perumpun. Tetapi karena persaingan mendapatkan unsur hara antar tanaman menyebabkan bobot gabah per rumpun sedikit (Ulfa et. al., 2012). Parameter bobot gabah perumpun, menunjukkan perbedaan pada perlakuan frekuensi pemberian oligokhitosan F3 lebih baik dari pada F1 dan F2. Semakin banyak frekuensi pemberian oligokhitosan maka semakin HASIL DAN PEMBAHASAN

et al

et.al

Tabel 3. Pengaruh perlakuan oligochitosan terhadap bobot gabah per rumpun dan gabah kering Giling (GKG)

Perlakuan Bobot Gabah/rumpun Gabah Kering giling /ha

F1 (3 kali) 28.59 b 5.41 a F2 (4 kali) 28.91 b 5.42 a F3 (5 kali) 47.21 a 5.97 a Keterangan (-) (-) K1 (50 ppm) 33.89 p 5.61 p K2 (100 ppm) 36.29 p 5.36 p K3 (150 ppm) 34.52 p 5.83 p Keterangan (-) (-) Rerata Perlakuan 34.91 x 5.59 x Kontrol 27.66 x 5.39 x

Keterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada beda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Tanda (-) menunjukkan tidak ada interaksi.

banyak tanaman mendapat pasokan unsur hara yang optimal untuk pertumbuhan tanaman (Darmawan,2015).

Parameter bobot gabah kering giling perhektar padi pada kontrol tidak berbeda nyata dengan bobot gabah kering giling perhektar padi pada perlakuan. Hal ini disebabkan karena komponen hasilnya (jumlah malai dan jumlah gabah bernas per malai) relative rendah. Hasil biji padi adalah fungsi dari tiga komponen hasil, yaitu (1) jumlah malai per tanaman (2) jumlah gabah berisi per malai, dan (3) bobot rata-rata satu gabah (Buhaira, 2009). Bobot gabah kering giling per hektar tidak beda nyata pada masing-masing faktor perlakuan. Pemupukan yang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman mendukung meningkatnya efisiensi serapan P. Pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman akan mencapai optimum apabila faktor penunjang pertumbuhan dalam keadaan optimal, unsur-unsur yang dimaksud adalah nutrisi yang dibutuhkan tanaman terutama N, P dan K berada dalam keadaan optimum dan tersedia bagi tanaman serta unsur hara mikro tambahan lainnya (Bustami et al., 2012).