• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Implementasi

Sebelum melakukan pengujian sebuah jaringan, dilakukan implementasi jaringan dalam simulator jaringan terebih dahulu. Dalam implementasi jaringan menggunakan topologi ring dan beberapa komponen lainnya seperti, PC, Router, Switch, server, kabel straight dan kabel serial.

Dalam implementasi jaringan terdapat IP yang berguna untuk menyambungkan antar jaringan satu dengan yang lain. Gambar 4.1 menggunakan 5 router yang berati terdapat 5 buah jaringan dalam setiap router dan terdapat IP jaringan penghubung yang ada pada kabel serial.

Gambar 4. 1 Implementasi Jaringan

Tabel 4.1 adalah tabel IP jaringan yang terhubung pada router 1. Dalam router 1 yang mempunyai beberapa port, yang pertama adalah pada port Fastethernet 0/0 dengan nomor IP 192.168.1.1 yang terhubung sebagai server. Pada port Fastethernet 0/1 dengan ip 192.168.2.1 yang terhubung dengan 8 PC dan pada setiap PC menggunakan port Fastethetnet 0/0. Router 1 terhubung juga dengan port serial 1/0 dengan nomor ip 220.180.20.1 untuk menghubungkan router 2 dan dengan kabel serial sebagai penghubung , pada port serial 1/5

dengan nomor ip 220.180.20.129 juga untuk menghubungkan router 5 dan dengan kabel serial sebagai penghubung.

Tabel 4. 1 IP Jaringan router 1 Jaringan 2

Perangkat Port Nomor IP SubnetMask Getway

Fastethernet 0/0 192.168.1.1 255.255.255.224 . Router 1 Serial 1/0 220.180.20.1 255.255.255.224 . Serial 1/5 220.180.20.129 255.255.255.224 . Fastethernet 0/1 192.168.2.1 255.255.255.224 . PC 1 Fastethernet 0/0 192.168.1.2 255.255.255.224 192.168.1.1 PC 2 Fastethernet 0/0 192.168.1.3 255.255.255.224 192.168.1.1 PC 3 Fastethernet 0/0 192.168.1.4 255.255.255.224 192.168.1.1 PC 4 Fastethernet 0/0 192.168.1.5 255.255.255.224 192.168.1.1 PC 5 Fastethernet 0/0 192.168.1.6 255.255.255.224 192.168.1.1 PC 6 Fastethernet 0/0 192.168.1.7 255.255.255.224 192.168.1.1 PC 7 Fastethernet 0/0 192.168.1.8 255.255.255.224 192.168.1.1 PC 8 Fastethernet 0/0 192.168.1.9 255.255.255.224 192.168.1.1 Server Fastethernet 0/0 192.168.2.2 255.255.255.224 192.168.2.1 Tabel 4.2 adalah tabel IP jaringan yang terhubung pada router 2. Dalam router 2 terhubung dengan 3 port, yang pertama adalah pada port Fastethernet 0/0 yang terhubung dengan 8 PC, dan pada setiap PC menggunakan port Fastethetnet 0/0. Router 2 terhubung juga dengan port serial 1/0 dengan nomor ip 220.180.20.2 untuk menghubungkan router 2 dan dengan kabel serial sebagai penghubung , pada port serial 1/2 dengan nomor ip 220.180.20.33 juga untuk menghubungkan router 3 dan dengan kabel serial sebagai penghubung. Getway pada setiap digunakan untuk terhubung dengan router pada jaringan sendiri.

Tabel 4. 2 Jaringan Router 2 Jaringan 4

Perangkat Port Nomor IP SubnetMask Getway

Fastethernet 0/0 192.168.3.1 255.255.255.224 .

Router 2 Serial 1/0 220.180.20.2 255.255.255.224 .

Serial 1/2 220.180.20.33 255.255.255.224 . PC 9 Fastethernet 0/0 192.168.3.2 255.255.255.224 192.168.3.1 PC 10 Fastethernet 0/0 192.168.3.3 255.255.255.224 192.168.3.1 PC 11 Fastethernet 0/0 192.168.3.4 255.255.255.224 192.168.3.1 PC 12 Fastethernet 0/0 192.168.3.5 255.255.255.224 192.168.3.1 PC 13 Fastethernet 0/0 192.168.3.6 255.255.255.224 192.168.3.1 PC 14 Fastethernet 0/0 192.168.3.7 255.255.255.224 192.168.3.1 PC 15 Fastethernet 0/0 192.168.3.8 255.255.255.224 192.168.3.1 PC 16 Fastethernet 0/0 192.168.3.9 255.255.255.224 192.168.3.1

Tabel 4.3 adalah tabel IP jaringan yang terhubung pada router 3. Dalam router 3 terhubung dengan 3 port, yang pertama adalah pada port Fastethernet 0/0 dengan nomor IP 192.168.4.1 yang terhubung dengan 8 PC, dan pada setiap PC menggunakan port Fastethetnet 0/0. Router 3 terhubung juga dengan port serial 1/2 dengan nomor ip 220.180.20.34 untuk menghubungkan router 2 dan dengan kabel serial sebagai penghubung , pada port serial 1/3 dengan nomor ip 220.180.20.65 juga digunakan untuk menghubungkan router 4.

Tabel 4. 3 Jaringan Router 3 Jaringan 6

Perangkat Port Nomor IP SubnetMask Getway

Fastethernet 0/0 192.168.4.1 255.255.255.224 . Router 3 Serial 1/2 220.180.20.34 255.255.255.224 . Serial 1/3 220.180.20.65 255.255.255.224 . PC 17 Fastethernet 0/0 182.168.4.2 255.255.255.224 192.168.4.1 PC 18 Fastethernet 0/0 182.168.4.3 255.255.255.224 192.168.4.1 PC 19 Fastethernet 0/0 182.168.4.4 255.255.255.224 192.168.4.1 PC 20 Fastethernet 0/0 182.168.4.5 255.255.255.224 192.168.4.1 PC 21 Fastethernet 0/0 182.168.4.6 255.255.255.224 192.168.4.1 PC 22 Fastethernet 0/0 182.168.4.7 255.255.255.224 192.168.4.1 PC 23 Fastethernet 0/0 182.168.4.8 255.255.255.224 192.168.4.1 PC 24 Fastethernet 0/0 182.168.4.9 255.255.255.224 192.168.4.1

Tabel 4.4 adalah tabel IP jaringan yang terhubung pada router 4. Dalam router 4 terhubung dengan 3 port, yang pertama adalah pada port Fastethernet 0/0 dengan nomor IP 192.168.5.1 yang terhubung dengan 8 PC, dan pada setiap PC menggunakan port Fastethetnet 0/0. Router 4 terhubung juga dengan port serial 1/3 dengan nomor ip 220.180.20.66 untuk menghubungkan router 3 dan dengan kabel serial sebagai penghubung , pada port serial 1/4 dengan nomor ip 220.180.20.97 juga digunakan untuk menghubungkan router 5.

Tabel 4. 4 Jaringan Router 4 Jaringan 8

Perangkat Port Nomor IP SubnetMask Getway

Fastethernet 0/0 192.168.5.1 255.255.255.224 . Router 4 Serial 1/3 220.180.20.66 255.255.255.224 . Serial 1/4 220.180.20.97 255.255.255.224 . PC 25 Fastethernet 0/0 192.168.5.2 255.255.255.224 192.168.5.1 PC 26 Fastethernet 0/0 192.168.5.3 255.255.255.224 192.168.5.1 PC 27 Fastethernet 0/0 192.168.5.4 255.255.255.224 192.168.5.1 PC 28 Fastethernet 0/0 192.168.5.5 255.255.255.224 192.168.5.1 PC 29 Fastethernet 0/0 192.168.5.6 255.255.255.224 192.168.5.1 PC 30 Fastethernet 0/0 192.168.5.7 255.255.255.224 192.168.5.1 PC 31 Fastethernet 0/0 192.168.5.8 255.255.255.224 192.168.5.1 PC 32 Fastethernet 0/0 192.168.5.9 255.255.255.224 192.168.5.1 Tabel 4.5 adalah tabel IP jaringan yang terhubung pada router 5. Dalam router 5 terhubung dengan 3 port, yang pertama adalah pada port Fastethernet 0/0 dengan nomor IP 192.168.6.1 yang terhubung dengan 8 PC dengan switch dan kabel straight sebagai penghubung, dan pada setiap PC menggunakan port Fastethetnet 0/0. Router 5 terhubung juga dengan port serial 1/4 dengan nomor ip 220.180.20.98 untuk menghubungkan router 4 dan dengan kabel serial sebagai penghubung , pada port serial 1/5 dengan nomor ip 220.180.20.130 juga untuk menghubungkan router 1 dan dengan kabel serial sebagai penghubung. Gateway digunakan untuk terhubung dengan router pada jaringan.

Tabel 4. 5 IP Jaringan Router 5 Jaringan 9

Perangkat Port Nomor IP SubnetMask Getway

Fastethernet 0/0 192.168.6.1 255.255.255.224 . Router 5 Serial 1/4 220.180.20.98 255.255.255.224 . Serial 1/5 220.180.20.130 255.255.255.224 . PC 33 Fastethernet 0/0 192.168.6.2 255.255.255.224 192.168.6.1 PC 34 Fastethernet 0/0 192.168.6.3 255.255.255.224 192.168.6.1 PC 35 Fastethernet 0/0 192.168.6.4 255.255.255.224 192.168.6.1 PC 36 Fastethernet 0/0 192.168.6.5 255.255.255.224 192.168.6.1 PC 37 Fastethernet 0/0 192.168.6.6 255.255.255.224 192.168.6.1 PC 38 Fastethernet 0/0 192.168.6.7 255.255.255.224 192.168.6.1 PC 39 Fastethernet 0/0 192.168.6.8 255.255.255.224 192.168.6.1 PC 40 Fastethernet 0/0 192.168.6.9 255.255.255.224 192.168.6.1 Pada simulasi pengiriman sibuk, dikirim secara bersamaan dalam satu waktu. Jalur yang dilewati sesuai routing yang digunakan. Jika menggunakkan routing static, jalur yang akan dilewati bisa dipilih sesuai administrator, jika menggunakkan routing dinamis teknik RIP, jalur tidak bisa dipilih, karena routing dinamis bersifat otomatis. Seperti contoh yang menggunakan routing static pada gambar 4.2.

Gambar 4. 2 simulasi pengiriman tidak sibuk.

Gambar 4.2 adalah simulasi pengiriman tidak sibuk, jalur yang dilewati untuk mengirimkan pesan ICMP atau mengecek koneksi antar pc yang sudah di tentukan. PC 33 mengirimkan pesan ICMP atu mengecek koneksi PC 2, jalur yang dilewati terdapat pada simulation panel yaitu, dimulai dari PC 33 kemudian melewati switch 2, dari switch 2 dikirim ke router 4, dari router 4 dikirim ke router 0, dan sampai pada tujuan pengecekan koneksi, yaitu PC 2. Setelah dari PC 2, jika berhasil, maka akan mengirimkan respon balik ke PC 33 dengan melewati jalur yang sama, jika berhasil diterima PC 33, maka pesan mendapat respon ceklis yang mengartikan berhasil, jika tidak berhasil, maka akan mendapat respon dengan tanda silang.

4.3 Delay

Dari hasil simulasi yang telah dilakukan, didapat data delay. Delay dibandingkan dalam dua routing yaitu, routing static dan dynamic, dalam kedua routing tersebut memiliki dua traffic yaitu, traffic sibuk dan traffic tidak sibuk. Hasil dari perbandingan rata-rata delay dapat dilihat pada tabel 4.6.

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil pengujian rata-rata delay antara tiga besaran data dalam routing static pada traffic tidak sibuk adalah 28 ms, 37 ms, dan 48 ms, dan pada traffic sibuk adalah 43 ms, 56 ms, 73 ms. Routing dynamic mempunyai rata-rata delay dalam tiga besaran data pada traffic tidak sibuk adalah 31 ms, 36 ms, dan 52 ms, sedangkan pada traffic sibuk adalah 38 ms, 47 ms, dan 65 ms.

Tabel 4. 6 Perbandingan delay routing static dan dynamic.

Delay Rerata Static Routing Delay Rerata Dynamic Routing

Data (ms) (ms)

(bytes)

Tidak sibuk Sibuk Tidak Sibuk Sibuk

500 28 43 31 38

1000 37 56 36 47

1875 48 73 52 65

Pada 500 bytes besaran data memiliki rerata delay traffic tidak sibuk pada routing static adalah 28 ms, sedangkan pada routing dynamic adalah 31 ms. Traffic sibuk dari routing static

adalah 43 ms dan, 38 ms pada routing dynamic. Rerata delay tidak terlalu jauh karena pada routing static, administrator dapat memilih jalur tercepat untuk sampai ke tujuan, sedangkan pada routing dynamic tidak dapat memilih jalur sendiri, akan tetapi secara otomatis memilih jalur tercepat untuk sampai ke tempat tujuan.

Pada 1000 bytes besaran data dalam routing static memiliki rerata delay traffic tidak sibuk 37 ms, sedangkan pada routing dynamic 36 ms. Kedua rerata delay dalam dua routing yang berbeda tidak memiliki perbedaan yang jauh karena kedua routing mengirimkan pesan melalui jalur tercepat walaupun pada routing static, administrator memilih jalur sendiri dan routing dynamic secara otomatis. Pada traffic sibuk routing static memiliki delay 56 ms, sedangkan pada routing dynamic memiliki delay 47 ms.

Pada 1875 bytes besaran data dalam routing static memiliki rerata delay pada traffic tidak sibuk adalah 48 ms, dan pada routing dynamic adalah 52 ms. Rerata pada traffic sibuk untuk routing static adalah 73 ms, dan roting dynamic 65 ms. Delay pada kedua routing dalam traffic tidak sibuk tidak memiliki perbedaan yang jauh, sedangkan pada traffic sibuk memiliki perbedaan yang sedikit jauh. Hal ini bisa terjadi karena jalur yang dilewati terjadi kepadatan, dan untuk traffic tidak sibuk tidak memiliki perbedaan jauh bisa terjadi karena tidak ada kepadatan saat pengiriman.

Gambar 4. 3 Grafik delay rerata static routing

Gambar 4.3 adalah grafik delay rerata static routing, pada traffic sibuk memiliki kemiringan yang signifikan dibanding dengan traffic tidak sibuk, pada routing static, nilai

delay lebih tinggi pada saat traffic sibuk, pada setiap kenaikan besran data, nilai delay semakin tinggi, karena membutuhkan waktu lebih lama untuk pengiriman. Pada traffic sibuk mempunyai nilai delay lebih besar karena banyaknya data yang dikirim secara bersamaan.

Grafik delay rerata dynamic routing ada pada gambar 4.4 , pada rerata delay routing dynamic. Traffic sibuk dan tidak sibuk dalam setiap tingkatan besaran data memiliki peningkatan atau kenaikan delay. Untuk traffic sibuk, delay yang dihasilkan lebih besar dibanding dengan traffic tidak sibuk, itu terjadi karena waktu yang digunakan dalam pengiriman berbeda, pada traffic sibuk, waktu yang digunakan lebih lama dibanding traffic tidak sibuk. Pada setiap jalur yang dilewati traffic tidak sibuk, tidak memiliki kepadatan jalur, sehingga packet yang dikirm terus berjalan, akan tetapi pada traffic sibuk memiliki kepadatan jalur yang membuat waktu pengiriman lebih lama dan meningkatkan besarnya delay.

Gambar 4. 4 Grafik delay rerata dynamic routing.

Delay rerata traffic tidak sibuk dapat dilihat pada gambar 4.5. kenaikan yang yang terjadi pada routing static dan dynamic tidak jauh berbeda, disetiap besaran data akan mengalami kenaikan, karena besaran data berpengaruh dalam pengiriman pesan. Traffic tidak sibuk disimulasikan dengan mengirimkan pesan secara bergantian.Rerata traffic tidak sibuk pada besaran data 1000 bytes untuk kedua routing mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda.

Nilai delay traffic tidak sibuk lebih tinggi pada routing dynamic dengan teknik rip dibanding

routing static. Karena pada rip, besaran data semakin besar akan mempengaruhi waktu pengiriman pada saat traffic tidak sibuk.

Gambar 4. 5 Grafik delay rerata trafik tidak sibuk.

Pada gambar 4.6 adalah rerata delay traffic sibuk pada routing static dan routing dynamic, nilai delay routing static lebih tinggi dibanding dengan nilai delay pada routing rip.

Perbandingan nilai delay traffic sibuk lebih tinggi pada routing static, sedangkan routing dynamic dengan teknik rip mempunyai nilai lebih tinggi pada traffic tidak sibuk.

Gambar 4. 6 Grafik rerata trafik sibuk.

Gambar 4. 7 Contoh pengiriman tunggal

Pada gambar 4.16 adalah contoh pengiriman tunggal untuk 32 bytes yang membutuhkan rerata 10 ms, maka kecepatannya (32x8) : 10 ms = 25 kbps. Pada kabel yang digunakan adalah serial, yang mempunyai kecepatan transfer 128 kbps, maka ketika terjadi traffic sibuk (10 perangkat), kecepatan pengiriman menjadi 50% dari kapasitas jaringan yaitu menjadi 64 kbps.

Jadi, besaran data berpengaruh terhadap rerata delay, semakin tinggi besaran data yang digunakan, semakin tinggi rerata delay yang dihasilkan. Traffic yang disimulasikan ada dua, yaitu traffic sibuk dan traffic tidak sibuk, traffic juga berpengaruh dalam pengiriman pesan atau packet, pada hasil yang diperoleh, traffic sibuk yang memiliki jalur kepadatan dalam pengiriman pesan, menghasilkan rerata delay lebih besar dibandingkan traffic tidak sibuk yang tidak memiliki kepadatan jalur pengiriman.

Nilai rerata delay pada traffic sibuk bisa lebih tinggi karena jalur yang dilewati dari pengamatan simulasi lebih jauh, dan pada traffic sibuk hanya mengamati satu pc pada saat

pengiriman seluruh pc dalam satu waktu, sedangkan pada traffic tidak sibuk memiliki hasil rerata delay lebih rendah dibanding dengan traffic sibuk. Pada traffic tidak sibuk tidak memiliki kepadatan jalur pengiriman, dan melakukan pengiriman secara bergantian. Routing static dan routing dynamic mempunyai hasil rerata delay untuk besaran data 500 bytes, 1000 bytes, dan 1875 bytes, pada traffic sibuk dan tidak sibuk sangat bagus, karena hasil rerata delay <150 ms.

Hasil perbandingan delay sesuai dengan jurnal yang menjadi acuan pada penelitian ini, banyaknya router yang dilewati dari satu jaringan menuju jaringan lainnya sangat mempengaruhi terjadinya peningkatan delay, menurut Febi Uswatun Hasannah dan Naemah Mubarakah[1].

Dokumen terkait