BAB IV ANALISA DATA DAN HASIL ANALISA DATA
IV. B.1.b. Hasil Observasi
Saat ini Rima telah berusia 36 tahun. Rima memiliki postur tubuh yang sedikit gempal, tinggi badannya sekitar 165 cm dan berat badannya berkisar 60 kg. Rima memiliki warna kulit yang putih bersih, wajah bulat, hidungnya tidak terlalu mancung, matanya agak besar, susunan giginya rapi, dan rambut yang hitam lurus sebahu (rambut Rima di-rebonding). Rima memiliki kulit wajah yang bersih dan putih.
Selama wawancara, Rima cukup ramah dan terbuka dalam memberikan jawaban terhadap peneliti, tidak tampak ketegangan selama wawancara. Ia juga tampak bebas dan terbuka dalam mengutarakan ceritanya. Kontak mata yang dilakukan selama wawancara kecil. Peneliti juga sudah berusaha mendapatkan kesan-kesan tertentu dari pandangan bola matanya, tetapi Rima lebih banyak tidak melihat ke arah peneliti saat berbicara.
Keseluruhan wawancara dilakukan di rumah Rima. Rima tinggal di rumah orang-tuanya di salah satu perumahan nasional di kota Medan. Rumah tersebut tidak terlalu besar, rumah itu terbuat dari batu, dinding depan rumah berwarna putih, beratapkan seng yang sudah berkarat. Rumah tersebut memiliki pagar berwarna abu-abu, berlantaikan semen. Di teras depan rumah yang tidak begitu luas terdapat berbagai macam pot bunga yang disusun rapi berisi tanaman hias. Rumah tersebut hanya memiliki satu kamar tidur, ruang tamu sekaligus ruang nonton TV, dapur yang dekat ruang makan dan sebuah kamar mandi.
Ruang yang digunakan untuk keseluruhan wawancara adalah ruang tamu. Ruangan tersebut kira-kira berukuran 3 x 5 m. Dinding ruangan berwarna merah muda. Terdapat satu set kursi tamu berwarna merah hati yang mengelilingi meja berwarna hitam. Di atas meja terdapat jambangan bunga yang memiliki bunga merah, kuning dan putih. Ruang tamu tersebut digunakan juga untuk ruang TV karena terdapat sebuah televisi berwarna hitam berukuran 21 inchi. Di sebelah televisi ada lemari kayu yang berisi buku-buku, susunan gelas tamu, foto-foto dan juga pajangan keramik. Di dinding ruangan digantung foto ayah dan ibu Rima, dua buah kalender dan sebuah hiasan dinding sulaman bergambar bunga.
Rima baru saja pulang dari tempat kerjanya saat peneliti datang untuk melakukan wawancara pertama. Namun tidak tampak tanda-tanda kelelahan pada wajah Rima. Ia mempersilahkan peneliti untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Peneliti memberikan kue kepada Rima sebagai oleh-oleh. Kemudian Rima permisi sebentar ke dapur untuk membuat secangkir teh manis buat peneliti.
Ketika wawancara pertama, Rima masih mengenakan pakaian kerjanya, yaitu kemeja putih polos dan rok selutut berwarna hitam. Masih terdapat riasan make-up pada wajah Rima, yaitu lipstik berwarna merah muda. Sebelum wawancara, peneliti terlebih dahulu mengobrol ringan dengan Rima. Setelah peneliti merasakan suasana mulai akrab, peneliti lalu memulai wawancaranya, tak lupa meminta izin terlebih dahulu kepada Rima untuk merekam percakapan mereka dengan menggunkaan tape recorder.
Peneliti dan Rima duduk pada kursi panjang yang sama. Rima bersandar pada dinding dekat kursi sambil memeluk sebuah bantal kursi berwarna merah muda. Peneliti duduk berhadapan dengan Rima dan mengambil jarak kira-kira 0,5-1 meter, hal ini dilakukan untuk memudahkan perekaman selama wawancara berlangsung. Rima tidak banyak melakukan gerak tubuh saat berbicara. Ia menjawab setiap pertanyaan dengan lancar.
Bola mata Rima terlihat berkaca-kaca saat ia bercerita tentang gambaran perasaan saat suaminya meninggal. Ia pun cepat-cepat menyeka air mata yang hampir jatuh di pelupuk matanya. Hal ini membuat peneliti menjadi tidak enak pada Rima dan peneliti pun meminta maaf kepada Rima karena telah mengingatkannya pada kenangan bersama almarhum suaminya.
Selama wawancara berlangsung, Rima tidak tampak tertekan, bebas dalam berbicara dan terbuka. Rima tidak banyak bergerak dan mengubah posisi duduknya. Hal yang mengganggu pada wawancara pertama adalah suara anak-anak kecil yang berteriak-teriak di depan rumah Rima, namun hal tersebut tidak membuat wawancara terhenti. Pada wawancara pertama ini anak Rima, Ine juga
terlihat sedang bermain boneka di depan televisi, tetapi Ine tidak menganggu jalannya wawancara.
Untuk wawancara yang kedua, masih bertempat di ruang tamu di rumah Rima. Saat itu Rima juga baru pulang dari tempat kerjanya. Ketika peneliti datang, Rima sedang mencuci piring, Rima menyuruh peneliti untuk masuk dan bersedia menunggunya sebentar untuk menyelesaikan tugas mencuci piringnya. Rima memakai baju kerjanya, yaitu kemeja putih polos dan rok selutut berwarna hitam, namun karena Rima merasa gerah, ia pun menukar pakaiannya dengan memakai baju daster batik berwarna coklat tua. Ia juga memakai bando hitam di rambutnya.
Sikap Rima pada wawancara kedua ini tidak jauh berbeda dengan wawancara pertama. Rima masih bersikap santai, terbuka dan lancar dalam menjawab setiap pertanyaan. Ketika wawancara, peneliti duduk berhadapan dengan Rima. Jarak antara peneliti dengan Rima sekitar 0,5-1 meter.
Saat Rima bercerita mengenai duda-duda yang mendekatinya, ia banyak tertawa karena lucu melihat tingkah duda-duda tersebut. Ketika tertawa, Rima menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Rima juga mulai mempertahankan kontak mata ketika ia berbicara dengan peneliti. Hal ini membuat suasana wawancara semakin akrab.
Hal yang mengganggu saat wawancara kedua ini adalah anak Rima, yaitu Ine yang meminta izin pada ibunya untuk pergi ke les. Wawancara terhenti sebentar karena Rima beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamarnya
sebentar untuk mengambil uang buat anaknya. Selebihnya, wawancara berlangsung dengan lancar.
Wawancara ketiga masih dilakukan di ruang tamu Rima. Ketika peneliti datang, Rima baru saja pulang dari tempat kerjanya. Rima menyuruh peneliti untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Rima mengganti baju kerjanya dengan kemeja berwarna merah muda, ia mengenakan rok kembang berwarna hitam, rambut hitamnya dibiarkan tergerai, di bibirnya masih terdapat lipstik berwarna merah muda. Rima menyuguhkan minuman kaleng dan kue bolu kepada peneliti ketika wawancara berlangsung.
Ketika Rima bercerita tentang almarhum suaminya, Rima menunjukkan sebuah foto suaminya yang sedang mengikuti pelatihan. Peneliti kemudian melihat suami Rima di foto tersebut. Kemudian Rima meletakkan foto tersebut di atas meja tamu. Rima masih menunjukkan sikap yang sama seperti wawancara sebelumnya. Ia masih bersikap kooperatif, terbuka dan santai dalam bercerita. Jarak antara peneliti dengan Rima kira-kira 0,5-1 meter. Peneliti dan Rima duduk berhadapan.
Hal yang menganggu saat wawancara ketiga ini adalah suara dering handphone milik Rima. Ternyata ada saudara Rima yang meneleponnya, Rima pun menanggapi telepon tersebut selama kira-kira 10 menit, oleh karena itu wawancara terhenti untuk sementara waktu.
Tabel 8
Waktu Wawancara Rima Responden Hari/tanggal wawancara Waktu
wawancara Tempat wawancara Rima Senin/11 Februari 2008 15.30 -16.30 WIB Rumah Itee
Rima Rabu/13 Februari 2008 15.30 -16.30 WIB Rumah Itee Rima Sabtu/16 Februari 2008 16.00 -17.30 WIB Rumah Itee