• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Situ Gede merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kelurahan Situ Gede tergolong kelurahan yang aktif dalam pelayanan bidang kesehatan serta memiliki kelengkapan administrasi yang baik. Kelurahan ini memiliki pos pelayanan terpadu (posyandu) dan pos pembinaan terpadu (posbindu) yang aktif dengan pelaksanaan dilakukan secara kontinyu sebulan sekali. Kegiatan posbindu untuk lansia biasanya dilakukan pada hari kamis minggu ketiga. Dalam kegiatan tersebut dilakukan penimbangan berat badan, tinggi badan dan pengukuran tekanan darah serta pemberian obat-obatan kepada lansia yang ada di wilayah RW tersebut secara gratis. Pelaksanaan pengukuran berat badan, tinggi badan dan tekanan darah tidak hanya dilakukan oleh kader posbindu saja tetapi kegiatan ini juga melibatkan tenaga medis dari Puskesmas Sindang Barang. Warga di Situ Gede sangat menerima baik kehadiran peneliti, mereka tidak ada yang menolak untuk diwawancarai. Demikian juga dengan tokoh masyarakatnya yang sangat membantu pelaksanaan penelitian dengan melakukan kerjasama yang baik dengan peneliti.

Kelurahan Baranangsiang

Kelurahan Baranangsiang terletak di Kecamatan Bo gor Timur. Kelurahan ini aktif dalam berbagai kegiatan termasuk kegiatan bidang kesehatan, seperti kegiatan posbindu yang secara rutin diadakan di salah satu RW di kelurahan ini yaitu RW 05 aktif melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para lansia.

Keadaan perumahan di RW 05 cukup rapat terutama yang berada di dalam gang. Ada beberapa lansia yang tinggal di tepi jalan raya dengan kondisi perumahan yang cukup baik dan luas tanah yang memadai untuk suatu perumahan sehat dan memiliki keadaan perekonomian me nengah ke atas. Fasilitas yang dimiliki ialah kantor RW, lapangan olah raga yang digunakan para lansia dan pra untuk senam setiap hari Sabtu. Selain untuk meningkatkan kesehatan fisik, kedua kegiatan tersebut juga merupakan ajang silaturahmi bagi para lans ia.

RW 05 memiliki Ketua RW yang sangat tanggap pada kebutuhan lansia dan selalu memberikan dukungan dalam kegiatan yang mengarah pada kesejahteraan lansia dalam hal ini terutama bidang kesehatan dimana setiap bulan dilakukan pemeriksaan terhadap lansia di lingkungan RW tersebut dengan melakukan penimbangan dan pengukuran tekanan darah dibantu pihak puskesmas. Meski mereka tidak memiliki fasilitas khusus untuk posbindu, namun ada salah satu lansia yang menyumbangkan rumahnya untuk dijadikan posbindu dengan kegiatan tersebut di atas.

Kelurahan Budi Agung

Keadaan perumahan di Budi Agung menunjukkan kondisi perekonomian menengah keatas. Perumahan BTN tersebut memiliki jalan utama yang besar dan jalan-jalan lingkungan yang seluruhnya dapat dilalu i oleh dua mobil. Luas tanah masing- masing perumahan cukup besar sekalipun untuk tipe yang paling kecil. Daerah itu memiliki lapangan olah raga, masjid, dan puskesmas serta sangat dekat dengan rumah sakit Islam.

Aktivitas lansia disana sangat baik, setiap bulan ada pemeriksaan kesehatan lansia yang dilakukan di lapangan serta pemberian makanan tambahan. Posbindu tersebut bekerjasama dengan puskesmas sekarwangi dan dokter dari rumah sakit yang juga berdomisili di daerah tersebut. Setiap minggu lans ia melakukan olah raga dengan cara lari pagi dan bergabung dengan pra lansia melakukan pengajian. Selain itu juga adanya kegiatan sosial seperti pemberian santunan bagi warga di luar komplek yang membutuhkan bantuan finansial.

Tingginya tingkat perekonomian dan pendidikan lansia merupakan salah satu kendala bagi peneliti untuk melakukan wawancara, karena banyak dari mereka yang menolak meskipun sudah mendapatkan ijin serta diperkenalkan oleh tokoh masyarakat dan kader posbindu, terutama lansia yang ikut keluarga muda, mereka tidak mau membukakan pintu untuk orang asing yang tidak dikenal. Sebagian dari mereka tidak mau diwawancara karena merasa menjadi kelinci percobaan, seperti para pensiunan ABRI dan pegawai pemerintah yang lain.

Panti Werdha

1. Panti Werdha Sukma Raharja

Panti Werdha Sukma Raharja merupakan panti sosial milik pemerintah daerah di bawah tanggung jawab Pemerintah Daerah Kota Bogor. Panti ini beralamat di jalan Pulo Empang RT 04/RW V, Kelurahan Paledang Kecamatan Bogor Tengah. Panti ini berdiri sejak tahun 1955 dan resmi menjadi panti sosial milik pemerintah sejak tahun 1973. Panti wredha Sukma Raharja dibangun diatas tanah seluas 1810 m2 dengan luas bangunan 800m2 , panti ini mempunyai 17 kamar dengan kapasitas hunian sebanyak

42 orang, 2 kamar emergency khusus bagi lansia yang mangalami kelainan jiwa, satu aula, satu kantor, 7 kamar mandi, satu dapur. Pada saat penelitian berlangsung jumlah penghuni panti sebanyak 44 orang lansia namun lansia yang memenuhi kriteria untuk dijadikan responden dalam penelitian kali ini hanya berjumlah 37 orang, namun data yang lengkap untuk diolah sebanyak 28 orang.

Pendapatan utama Panti Werdha Sukma Raharja berasal dari pemerintah Daerah Jawa Barat. Pendapatan lainnya berasal dari donatur, baik berupa uang maupun berupa barang, serta bahan makanan segar seperti ikan, telur, ayam, tahu, dan tempe. Bahan makanan segar tersebut diberikan dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu. Selain itu setiap hari senin panti tersebut mendapatkan kiriman makanan matang dari persatuan warga negara asing di Bogor.

Setiap bulan Ramadhan banyak masyarakat yang memberikan sumbangan pada lansia di panti untuk merayakan hari Raya Idul Fitri. Sumbangan-sumbangan tersebut dikumpulkan dan diberikan pada lansia dalam bentuk barang dan uang. Masing- masing lansia mendapat satu set busana muslimah serta uang dan bahan makanan kering.

Anggaran yang ditetapkan oleh Pemda untuk lansia sebesar Rp 10.000,00/orang/hari yang meliputi biaya makan, kesehatan, kebutuhan sehari-hari lansia ( sabun, pasta gigi, gula, kopi dan kecap). Makanan utama diberikan tiga kali sehari berikut makanan selingan. Selain itu, setiap tahun lansia diberikan pakaian seragam dan seperangkat pakaian olahraga.

Persyaratan yang ditetapkan panti werdha untuk lansia yang menghuni panti adalah wanita yang minimal berusia 60 tahun, tidak lumpuh, dam masih dapat mengurus diri sendiri. Kebijakan ini diberlakukan karena beberapa alasan antara lain keterbatasan tempat tinggal untuk menampung lansia pria, dan untuk keamanan hubungan sosial antara lansia pria dan wanita. Namun apabila dalam kurun waktu tertentu dengan kondisi kesehatan lansia yang semakin memburuk, pengurus panti memberikan pelayanan khusus bagi lansia penyediaan perawat.

Perawat lansia adalah lansia yang sehat dan diberi imbalan Rp 15.000,00/orang/hari. Persyaratan lain yang diberikan oleh pengurus panti adalah lansia yang tidak mampu yang harus menyertakan surat keterangan dari RT, RW dan kelurahan setempat yang menyatakan bahwa lansia yang bersangkutan tidak mampu dan terlantar.

Berdasarkan informasi dari beberapa lansia di panti tersebut yang sebelumnya sudah pernah menghuni panti sosial di daerah/kota lain menyatakan bahwa panti tersebut seperti sorga karena begitu memperhatikan kebutuhan lansia dengan memberikan pelayanan yang sangat baik pada lansia. Mereka merasa begitu dimanjakan oleh pengurus panti.

2. Panti Werdha Kasih Mulia Sejahtera

Panti ini dimulai dengan adanya gagasan dari “Ikatan

Kekerabatan/Kekeluargaan Tio Chiu” untuk mengadakan bentuk kegiatan yang berarti bagi masyarakat luas. Yayasan yang menaungi panti ini bernama “yayasan Kasih Mulia Sejahtera”. Pembangunan panti selesai pada tahun 1977 dengan

dukungan berbagai pihak termasuk Pemerintah Daerah Kota Madya Bogor beserta seluruh aparat dan jajarannya.

Sarana serta fasilitas yang terdapat di panti ini cukup memadai seperti: Satuan pengaman (Satpam), taman dan penghijauan, ruang sekretariat yayasan yang berfungsi sebagai pusat informasi, ruang tamu, ruang perawat , balai pengobatan dengan jadual pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala seminggu sekali, kamar yang berjumlah 68, ruang karaoke , ruang menjahit, ruang santai, ruang makan dengan kapasitas 110 orang, ruang serba guna merupakan tempat berkumpul bagi para lansia untuk bersosialisasi dilengkapi dengan TV dan siaran-siaran melalui parabola, dapur, ruang cuci dan kamar mandi yang dilengkapi dengan air hangat (water heater).

Jumlah petugas panti:

Staf 3 orang, suster 8 orang untuk 2 blok, petugas dapur 1 orang juru masak dibantu oleh 2 orang cook helper.

Biaya yang dikenakan:

- kamar delima dikenakan biaya Rp. 360.000,-/bulan (WC+ kamar mandi di luar kamar),

- kamar anggur Rp. 600.000,-/bulan (WC+ kamar mandi didalam),

- kamar belimbing Rp. 960.000,-/bulan untuk 2 orang penghuni, (WC + kamar mandi di dalam) bila ingin tinggal sendiri dikenakan biaya penuh.

Biaya tersebut di atas termasuk: tempat tinggal, makan 3 kali sehari, snack 1 kali sehari, acara hiburan seperti senam pagi, acara ulang tahun, rekreasi, kontrol

kesehatan seminggu sekali, keterampilan, kerohanian dan olah raga, mendapat susu bubuk 1 dus sebulan sekali, telepon kartu.

Secara umum keadaan lansia di panti ini lebih baik dari panti Sukma Raharja, karena panti ini merupakan panti swasta yang mengharuskan penghuninya untuk membayar biaya perawatan, sehingga hanya lansia yang mampu atau memiliki keluarga yang mampu membiayai yang dapat tinggal pada panti tersebut.

Sebagian besar dari mereka juga menolak untuk ikut dalam penelitian eksperimen karena merasa menjadi kelinci percobaan. Ternyata semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang maka semakin sulit untuk diminta kesediaannya dalam mengikuti penelitian.

Keadaan Umum Lansia

Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan yang berbeda karakteristiknya. Ketiga kelurahan tersebut memiliki posbindu yang aktif sehingga dukungan masyarakat bagi lansia cukup memadai dengan adanya kader posbindu yang setiap bulan melakukan penimbangan serta pemeriksaan tekanan darah, selain itu lansia juga mendapatkan tambahan vitamin dan makanan tambahan berupa nasi sop atau makanan kecil. Bagi lansia yang mengalami gangguan kesehatan mereka dirujuk ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

a. Jenis Kelamin

Jumlah lansia yang menjadi responden terdiri dari 38,4 persen lansia laki- laki dan 61,6 persen perempuan dengan rincian sebagai berikut: 12,5 persen lansia laki-laki dan 87,5 persen lansia perempuan yang berada di panti werdha, sedangkan yang

berada di masyarakat sebanyak 43,7 persen lansia laki- laki dan 56,3 persen lansia perempuan yang berada di masyarakat.

Angka-angka tersebut menunjukkan tingginya jumlah lansia perempuan bila dibandingkan dengan lansia laki-laki, hal ini dapat disebabkan karena usia harapan hidup lansia perempuan lebih tinggi dari lansia laki-laki sesuai angka estimasi BPS pada sensus penduduk tahun 2000 dimana angka perkiraan lansia perempuan sebanyak 8.64 persen sedangkan lansia laki-laki 7.61 persen (BPS, 2000). Disamping itu pada penelitian ini sebagian besar responden yang bersedia diwawancara adalah lansia perempuan, karena lansia laki- laki kurang mau membuka diri untuk terlibat dalam penelitian.

Jumlah lansia di panti werdha sebagian besar terdiri dari perempuan, karena mereka berstatus tidak kawin/janda. Menurut Waerness (1989) dalam Wahyuni (2000) bahwa perkawinan adalah suatu alat perlindungan yang penting bagi seseorang usia lanjut untuk tidak tinggal di panti, terutama untuk usia lanjut laki- laki. Umumnya perempuan lanjut yang telah menjanda bergabung dengan rumah tangga anak perempuannya atau bila tidak mempunyai anak atau tidak cocok dengan menantu maka mereka memilih untuk tinggal di panti. Pada umumnya lansia yang tinggal di panti adalah yang tidak me miliki keluarga.

Tabel 7. Sebaran lansia menurut jenis kelamin

Panti werda Masyarakat Total

Jenis kelamin n % n % n % Laki- laki Perempuan 5 35 2.2 14.8 86 111 36.3 46.8 91 146 38.4 61.6 Total 40 17 197 83.1 237 100

Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa sebagian besar lansia yang berada di panti adalah perempuan, karena pada umumnya laki-laki bila ditinggalkan isterinya meninggal dunia cenderung akan menikah lagi sehingga mereka masih memiliki seseorang yang dapat mengurus dirinya di rumah, sedangkan perempuan cenderung untuk tidak menikah lagi dan mengandalkan pendapatan yang ada serta bantuan dari keluarga. Namun bila keluarga tidak dapat memberikan dukungan atau tidak memiliki anak mereka memilih untuk tinggal di panti. Disamping itu, memang secara statistik jumlah lansia perempuan lebih banyak dari lansia laki- laki, juga usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dari laki- laki.

b. Umur

Kisaran umur lansia yang menjadi responden sebagian besar termasuk umur lanjut yait u 60-74 tahun sebanyak 79.3 persen dengan rincian: 73.4 persen tinggal di masyarakat dan 5.9 persen tinggal di panti dan umur tua antara 75-90 tahun sebanyak 20.6 persen dengan rincian 9.7 persen tinggal di masyarakat dan 11 persen tinggal di panti.

Tabel 8. Sebaran umur lansia berdasarkan tempat tinggal

Panti Werdha Masyarakat Total

Umur n % n % n % 60-70 (umur lanjut) 75-90 (Umur tua) 14 26 5.9 11 174 23 73.4 9.7 188 49 79.3 20.7 Total 40 16.9 197 83.1 237 100

Pada tabel 8 tampak persentase lansia dengan kategori umur tua banyak berada di panti, banyak dari lansia tersebut sudah belasan tahun tinggal di panti. Umumnya lansia di panti werdha Sukma Raharja berasal dari golongan tidak mampu dan merupakan lansia yang terlantar.

Lain halnya dengan lansia di panti werdha Kasih Mulia Sejahtera, mereka tergolong lansia yang mampu secara finansial, atau memiliki keluarga yang mampu membiayai uang perawatan untuk tinggal di panti namun tidak memiliki waktu untuk mengurus lansia, sehingga dititipkan ke panti agar mendapatkan perawatan yang baik dan memiliki peer group untuk berkomunikasi supaya tidak merasa kesepian.

c. Status Perkawinan

Status perkawinan lansia yang berada di panti terdiri dari: menikah 0.8 persen, janda 14.4 persen, tidak menikah 0.4 persen, dan duda 1.3 persen. Lansia yang berada di masyarakat : menikah 47.3 persen, janda/duda 24.5 persen dan tidak menikah 0,4 persen, sisanya data yang hilang 12.2 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Sebaran lansia menurut status perkawinan

n % n % n %

1. Kawin (ada pasangan) 2 0.8 112 47.3 114 48.1

2. Janda/duda 34 14.4 58 24.5 92 38.8

3. Tidak menikah 1 0.4 1 0.4 2 0.8

4. Data hilang 3 1.3 26 10.9 29 12.2

Total 40 16.9 197 83.1 237 100

Status perkawinan Panti Wredha Masyarakat Total

Data yang tampak pada tabel menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang masih memiliki pasangan, sehingga mereka lebih cenderung tingga l di rumahnya sendiri meski mereka terkadang tidak hanya berdua namun masih ada anak yang ikut dengan mereka karena belum menikah atau karena masih menjadi tanggungan mereka walaupun sudah menikah.

d. Status Pekerjaan

Status pekerjaan lansia yang berada di panti: 16.5 persen tidak bekerja, 0.4 persen menjadi guru agama Kristen di Jakarta. Lansia yang berada di masyarakat pegawai negeri 2.9 persen, tidak bekerja 38.4 persen, pensiunan 30 persen, sisanya data hilang 7.2 persen seperti yang tertera dalam tabel 10: Sebagian besar lansia tidak bekerja, terutama pada lansia perempuan. Lansia perempuan yang tidak bekerja umumnya menjadi tanggungan suami, anak-anak, atau pemerintah. Masih ada lansia laki-laki yang bekerja sebagai pegawai negeri seperti dosen dan guru. Sebagian besar lansia di panti werdha tidak bekerja, mereka benar-benar menikmati hari tua dengan dukungan yang diberikan baik dari pemerintah, keluarga maupun hasil jerih payahnya sendiri selagi bekerja, seperti uang pensiun. Hanya sedikit lansia yang masih bekerja

sebagai wirausaha, hal ini karena masih memiliki tanggungan anak yang harus dibiayai.

Sebagian besar lansia hidup dengan mengandalkan uang pensiun dan bantuan dari anak-anaknya. Dalam hal ini tampak masih adanya dukungan finansial yang diberikan anak pada orang tuanya, bahkan terkadang keluarga lain seperti keponakan juga turut membantu lansia dalam memberikan bantuan keuangan. Dengan demikian tampak bahwa sistem kekerabatan masih begitu melekat di lingkungan masyarakat .

Salah satu lansia perempuan di Barana ngsiang yang tinggal hanya dengan pembantu rumah tangga tampak begitu tenang dengan keadaan keuangannya saat itu meski tidak bekerja. Lansia tersebut hidup dari uang pensiun almarhum suaminya (pensiun janda) dan sumbangan dari anak-anaknya. Dengan kondisi demikian beliau masih menyempatkan diri untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti merelakan rumahnya untuk dijadikan posbindu setiap satu bulan sekali. Hal itu dilakukan karena memberikan kebahagiaan tersendiri bagi dirinya .

Tabel 10. Sebaran lansia menurut status pekerjaan

n % n % n % 1. Tidak bekerja 39 16,5 91 38,4 130 54,9 2. Pegawai negeri 0 0 7 2,9 7 2,9 3.Guru agama 1 0,4 0 0 1 0,4 4. Pensiunan 0 0 71 30 71 30 5. wirausaha 0 0 11 4,6 11 4,6 5. Data hilang 0 0 17 7,2 17 7,2 Total 40 16,9 197 83,1 237 100

e. Perumahan

Kondisi perumahan lansia yang berada di masyarakat sangat beragam dengan rincian sebagai berikut: 1) Kondisi atap, terdiri dari atap genting 36.5 persen, sebagian besar rumah lansia menggunakan atap selain genting 63.5 yang terdiri dari asbes dan seng terutama pada lansia yang tinggal di daerah Situgede dan beberapa di Bogor timur, 2) Kondisi dinding, sebagian besar perumahan lansia menggunakan dinding dari tembok 56.9 persen, selain tembok 43 persen seperti : setengah tembok setengah kayu atau bilik, kondisi seperti ini juga banyak terdapat pada perumahan lansia di daerah Situgede, 3) kondisi lantai, perumahan lansia dengan lantai keramik sebanyak 43 persen banyak terdapat pada perumahan lansia di daerah Budi Agung dan Bogor Timur, selain keramik 56.0 persen, seperti : teraso, tegel abu-abu dan semenan sebagian besar terdapat di Situgede dan sebagian lagi di Bogor Timur, seperti yang tertera pada Tabel 11 .

Kondisi perumahan lansia di Situ Gede paling sederhana bila dibandingkan dengan kedua daerah lainnya. Banyak diantara mereka yang memiliki atap selain genting, dinding selain tembok, dan lantai selain keramik. Suasana di daerah Situ Gede lebih menyerupai pedesaan. Perumahan terbaik adalah dari lansia yang berada di Budi Agung, dengan luas tanah yang cukup besar dan kondisi bangunan yang sangat baik. Pada umumnya mereka adalah pensiunan yang pada masa lalunya memiliki keadaan keuangan yang baik.

Tabel 11. Sebaran kondisi perumahan lansia Kondisi Perumahan n % Atap : Genting Bukan genting Dinding : Tembok Bukan tembok Lantai : Keramik Selain Keramik 72 36,5 125 63,5 112 56,9 85 43,1 85 43,1 112 56.9

Lansia menurut keluarga yang turut merawat namun tidak serumah dengan lansia Menurut keluarga yang turut merawat lansia meski tidak serumah dengan lansia, bahwa hal- hal yang seharusnya dilakukan untuk membahagiakan lansia adalah seperti yang tampak pada Tabel 12.

Pada tabel tampak bahwa urutan dari yang seharusnya dilakukan untuk membahagiakan lansia adalah sebagai berikut : Mencukupi kebutuhan lahir dan batin 65 persen, mencukupi kebutuhan lahir saja 15 persen, dan mencukupi kebutuhan batin saja sebesar 20 persen. Menurut Jauhari (2003) hal yang membuat sebagian besar lansia bahagia adalah terjaminnya seluruh kebutuhan hidup, sehingga sangatlah rasional bila pendapat keluarga yang turut merawat lansia meski tidak serumah dengan lansia menganggap bahwa mencukupi kebutuhan lahir dan batin merupakan yang paling utama dalam upaya membahagiakan lansia.

Mencukupi kebutuhan batin dengan cara menuruti nasihat, menjaga nama baik, jangan memberikan kabar yang mengejutkan menempati urutan ke dua dan mencukupi kebutuhan lahir dengan cara memberikan bantuan finansial seperti uang, makanan dan barang kebutuhan hidup sehari- hari menempati urutan ke tiga.

Tabel 12. Hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk membahagiakan lansia.

Yang seharusnya dilakukan untuk membahagiakan lansia n %

1. Mencukupi kebutuhan lahir dan batin lansia (merawat, mengunjungi, memberikan uang, mengajak jalan-jalan dan makan- makan).

2. Mencukupi kebutuhan batin saja (mengunjungi, menuruti nasihat, menjaga nama baik, jangan memberikan kabar yang mengejutkan).

3. Mencukupi kebutuhan finansial saja (memberi uang, makanan, barang kebutuhan hidup).

26 8 6 65 20 15 Jumlah 40 100

Tampak bahwa responden memahami apa yang seharusnya dilakukan untuk membahagiakan lansia, namun demikian tidak seluruh apa yang ingin dilakukan untuk membahagiakan lansia sudah dapat dilaksanakan, ha l itu tampak pada Tabel 13. Meskipun menurut responden hal yang paling utama dilakukan untuk membahagiakan lansia adalah memenuhi semua kebutuhannya, namun pada kenyataannya sebanyak 50 persen responden merasa belum dapat memenuhi kebutuhan finansial lansia. Ini dapat disebabkan karena rendahnya tingkat perekonomian anak-anak dari lansia tersebut.

Sebesar 25 persen responden merasa bahwa mereka belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan batin lansia, seperti menghajikan, menjamin kesehatan dan kebaha giaan, hanya 25 persen responden yang merasa sudah dapat memenuhi seluruh kebutuhan lansia.

Tabel 13. Hal- hal yang belum dapat dilakukan untuk membahagiakan lansia

Yang belum dapat dilakukan untuk membahagiakan lansia n %

1. Memenuhi kebutuhan finansial (membangun/memperbaiki rumah, mengajak jalan-jalan).

2. Memenuhi kebutuhan batin (menghajikan, menjamin kesehatan dan kebahagiaan)

2. Tidak ada / Semua sudah terpenuhi

20 10 10 50 25 25 Jumlah 40 100

Untuk pertanyaan tentang hiburan yang dapat menggembirakan lansia , responden menjawab seperti yang tertera pada Tabel 14.

Dikunjungi cucu-cucu dan tidak tahu apa yang dapat mengembirakan lansia menempati urutan pertama dan ke dua. Lansia pada umumnya senang bila dapat bertemu dengan cucu-cucu terutama cucu-cucu yang lucu dan menyenangkan, hal tersebut merupakan hiburan dan kebanggaan bila melihat cucu-cucunya yang sehat, lucu, juga cucu yang berhasil baik di sekolah maupun di dalam pekerjaan.. Responden yang menjawab tidak tahu, disebabkan karena kurang komunikasi dengan lansia karena tidak tinggal serumah, sehingga tidak mengetahui apa hiburan yang dapat mengembirakan lansia.

Berkumpul dengan anak-anak dan keluarga lainnya menempati urutan ke tiga karena kekerabatan/sistem adat di Indonesia masih sedemikian kuatnya sehingga kebersamaan antar anggota keluarga merupakan hal yang penting dan menjadi hiburan bagi lansia. Mereka masih sangat memperhatikan hubungan kekeluargaan, meskipun hal itu saat ini semakin terkikis pada generasi selanjutnya yang disebabkan

karena adanya perubahan keadaan, dimana satu sama lain saling sibuk dengan kegiatannya masing- masing sesuai dengan tuntutan perubahan jaman sejalan dengan proses perkembangan sektor ekonomi. Selebihnya seperti makan bersama dan berbincang-bincang, jangan membuat masalah, makan dan nonton TV menempati urutan yang sama.

Tabel 14. Hiburan yang dapat menggembirakan lansia

Hiburan yang Dapat Mengembirakan Lansia n %

Dokumen terkait