• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsentrasi IgA serum

K. Mikroflora Usus

Mikroflora usus sangat penting untuk kesehatan. Mikroflora usus diperoleh sejak lahir, yang terdiri dari bermacam-macam mikroba yang memiliki fungsi penting bagi inangnya dalam hal ini manusia. Selama dalam kandungan, janin hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang steril. Akan tetapi, segera setelah dilahirkan janin terpajan/terpapar oleh mikroba yang berasal dari saluran genital, feses, mikroflora kulit ibunya, serta dari lingkungan (Brassart dan Schiffrin, 2000).

Komposisi Mikroflora usus berubah seiring dengan meningkatnya umur seseorang. Pada orang dewasa yang sehat, mikroflora usus berada dalam keseimbangan walaupun terdapat perbedaan antar individu yang satu dengan individu yang lain (Mizutani, 1992).

Populasi bakteri dalam ekosistem saluran pencernaan orang sehat yang mengonsumsi diet berimbang umumnya stabil. Perubahan pola hidup, pola makan, dan kondisi sakit mengubah stabilitas ekosistem tersebut. Sehingga perlu diupayakan suatu cara untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus dengan melakukan manajemen mikroflora usus yaitu meningkatkan proporsi bakteri “baik” dan menekan jumlah bakteri jahat ya itu dengan cara mengkonsumsi probiotik dan menyediakan nutrisi sesuai untuk bakteri probiotik agar dalam usus berkembang lebih pesat (Surono, 2004).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mikroflora usus seperti yang terdapat pada gambar 5.

Gambar 5. Faktor- faktor yang mempengaruhi mikroflora usus (Mitsuoka, 1989) Populasi bakteri dalam ekosistem saluran pencernaan orang sehat yang mengonsumsi diet berimbang umumnya stabil. Perubahan pola hidup, pola makan, dan kondisi sakit mengubah stabilitas ekosistem tersebut. Sehingga perlu diupayakan suatu cara untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus dengan melakukan manajemen mikroflora usus yaitu meningkatkan proporsi bakteri “baik” dan menekan jumlah bakteri jahat yaitu dengan cara mengkonsumsi probiotik dan menyediakan nutrisi sesuai untuk bakteri probiotik agar dalam usus berkembang lebih pesat (Surono, 2004).

Pada saat menjelang usia dewasa populasi Bifidobacteria sedikit menurun. Pada usia lanjut, terjadi peningkatan populasi Clostridium perfringens, yaitu bakteri

Obat-obatan

Faktor genetik dan fisiologi inang

Komposisi flora usus Metabolit-metabolit yang dihasilkan flora usus

Iklim Kontaminasi bakteri

pembusuk, diikuti dengan penurunan Bifidobacteria (Surono, 2004) seperti yang terdapat pada gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh penuaan pada fekal flora Sumber: Mitsouka, 1989 dalam Surono, 2004

Populasi bakteri dalam ekosistem saluran pencernaan orang sehat yang mengonsumsi diet berimbang umumnya stabil. Perubahan pola hidup, pola makan, dan kondisi sakit mengubah stabilitas ekosistem tersebut. Sehingga perlu diupayakan suatu cara untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus dengan melakukan manajemen mikroflora usus yaitu meningkatkan proporsi bakteri “baik” dan menekan jumlah bakteri jahat yaitu dengan cara mengkonsumsi probiotik dan menyediakan nutrisi sesuai untuk bakteri probiotik agar dalam usus berkembang lebih pesat (Surono, 2004).

L. Probiotik

Konsep probiotik sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu, namun baru abad ke-19 dibuktikan secara ilmiah oleh Ilya Metchnikoff, seorang ilmuan Rusia yang bekerja di Institut Pasteur, Paris. Metchnikoff mendapatkan, bangsa Bulgaria yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi yogurt (susu fermentasi) tetap sehat dalam usia lanjut. Susu fermentasi diketahui mengandung bakteri asam laktat yang mampu meningkatkan kerja enzim galaktosidase yang memudahkan pencernaan laktosa dalam usus, meningkatkan kualitas nutrisi ( proses fermentasi pada produk susu, pikel buah dan sayuran, mengakibatkan terjadinya peningkatan ketersediaan biologis mineral dengan cara meningkatkan pemanfaatan kalsium, fosfor, dan besi oleh tubuh. Dengan demikian lebih baik bila dibandingkan dengan mineral yang berasal dari susu yang tidak difermentasi. Disamping itu kandungan vitamin B1 dan B2 lebih tinggi pada susu fermentasi. Proses fermentasi pada susu probiotik menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker, dan mengatasi diare. Selain itu probiotik juga dipercaya dapat meningkatkan metabolisme mineral terutama kalsium, mengurangi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan infeksi lambung yang berkepanjangan (Surono, 2002).

Probiotik termasuk dalam kelompok bakteri baik, misalnya: Bifidobacterium,

Eubacterium dan Lactobacillus. Sedangkan yang dikategorikan sebagai bakteri jahat adalah Clostridium, Shigella, dan Veillonella. Bakteri-bakteri ini hidup di dalam usus dalam keadaan seimbang, bila keseimbangan bakteri ini terganggu misalnya terjadi peningkatan bakteri jahat (patogen) maka akan mengganggu kesehatan orang yang

bersangkutan. Bakteri jahat mengeluarkan racun yang dapat menyebabkan diare serta mengeluarkan enzim yang mendorong terbentuknya senyawa karsinogenik dalam saluran pencernaan. Sebaliknya bakteri yang baik akan menghasilkan antibiotika alami yang membantu keutuhan mukosa usus, proses metabolisme, serta meningkatkan kekebalan tubuh (Surono, 2002).

Ada berbagai definisi probiotik, diantaranya yang dikemukakan oleh Fuller (1991) yaitu bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada kesehatan baik pada manusia dan binatang, dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal.

Probiotik asal dadih IS-27526 telah terbukti dapat meningkatkan jumlah coliform pada faeces dan bakteri asam laktat serta menurunkan jumlah total mikroba aerob dan anaerob pada lansia ( Pato, dkk. , 2004). Demikian juga pada anak balita, terbukti secara signifikan meningkatkan total serum IgA serta total saliva IgA (Surono, dkk., 2004; Reuwepassa, 2005).

Ada beberapa kriteria atau persyaratan agar suatu mikroorganisme dapat dikatakan probiotik yang efektif dan menguntungkan terhadap kesehatan. Persyaratan dan kriteria tersebut adalah sebagai berikut: berasal dari manusia (human origin), stabil terhadap asam maupun cairan empedu, dapat menempel (adhesi) pada usus manusia, dapat membentuk koloni pada usus manusia, bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen, memproduksi senyawa antimikroba, bersifat meningkatkan sistem imun, secara klinis terbukti efeknya terhadap kesehatan, dan aman untuk dikons umsi (Bassart dan Schiffrin, 2000).

Jenis bakteri asam laktat yang telah banyak digunakan sebagai kultur probiotik adalah Lactobacillus dan Bifidobacteria. Kedua jenis tersebut dikonsumsi dalam produk makanan fermentasi. Lactobacillus dan Bifidobacteria adalah flora normal dari usus manusia.

Jumlah sel mikroba hidup yang harus terdapat pada produk probiotik masih menjadi perdebatan, akan tetapi umumnya adalah sebesar 106 – 108 cfu/ml (Tannock, 1999). Dimana jumlah (viabilitas) mikroorganisme setelah melalui saluran pencernaan adalah sekitar 106 – 107 cfu/g mukosa (Rouhnik, 1993 di dalam Charteris et al., 1998) dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan imunitas.

Probiotik memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan diantaranya ia lah: sintesis vitamin, aktifitas Beta-Galactosidase, dekonjugasi garam empedu, menghasilkan hydrogen peroksida, memproduksi D dan L asam laktat, mampu menghambat bakteri pathogen, beradhesi (melekat) dan kolonisasi pada permukaan usus, mampu berkompetisi pelekatan pada permukaan us us, dan menstimulir sistem imun. (Surono, 2004). Gambar 7 memperlihatkan manfaat probiotik bagi kesehatan manusia , terutama bagi saluran pencernaan, juga mencegah kanker usus, penurunan kadar kolesterol, pencegahan bakteri pathogen, menstimulir respon imun, mengurangi sembelit, pencegah diabetes, meningkatkan daya cerna laktosa pada penderita intoleransi laktosa dan menangani alergi terhadap makanan.

CP

Gambar 7. Manfaat positif bakteri probiotik bagi kesehatan manusia

Sumber: Salminen dkk, 1996; Kaur dkk., 2002; Saarela dkk., 2002; Ouwenhand dkk., 2002 dalam Surono, 2004) Alieviate food allergy symtoms in infants Strengthened innate immunity Ballanced immune response Colonisatio n resistance Normalised intestinal microbiota composition Immunimodulation Suppression of exogenous pathogens.eg. travellers diarrhoea

Probiotics Lower serum cholesterol

Metabolic effect Supply in risk

factors for colon cancer

Bile salt deconjugation and secretion

Lactose hydrolysis Level of

toxigenic/mutagenic reaction in the gut Reduction in

risk for colon cancer Improved lactose tolerance Suppression of endogenous pathogens.eg.antibiotic -associated diarrhoea Control of irritable Bowel Syndrome Control of inflamatory Bowel Disease

Ringkasan manfaat kesehatan susu fermentasi probiotik pada saluran pencernaan , mikrobiota usus, diare, dan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Ringkasan manfaat kesehatan susu probiotik Aktivitas/efek Manfaat kesehatan

Saluran pencernaan

Mikrobiota usus

Diare

Efek lainnya

Aktif terhadap infeksi H.pylori

Memperbaik i pencernaan laktosa Menstimulir imunitas saluran usus Menstimulir gerak peristaltik usus Keseimbangan populasi mikrobiota Mengurangi aktivitas fekal enzim Kolonisasi pada saluran usus

Mengurangi kesempatan infeksi Salmonella spp

Pencegahan/penanganan diare akut dan rotavirus Mencegah diare akibat antibiotik

Penanganan diare akibat Clostridium difficile

Memperbaiki kekebalan terhadap penyakit Menekan terjadinya kanker

Menurunkan serum kolesterol Menurunkan tekanan darah tinggi

Sumber: Tammime dan Robinson (1999) dalam Surono (2004)

Untuk meningkatkan aktivitas probiotik dalam usus besar sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih baik, maka diperlukan juga adanya prebiotik. Istilah prebiotik diperkenalkan oleh Gibson dan Roberfroid (1995), dan didefinisikan sebagai suatu bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang memberikan manfaat

bagi tubuh karena secara selektif menstimulir pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik dalam usus besar. Di dalam usus besar, bahan prebiotik akan difermentasi oleh bakteri probiotik terutama Bifidobacteria dan Lactobaccilus dan menghasilkan asam lemak rantai pendek dalam bentuk asam asetat, propionat, butirat, L-laktat, juga karbondioksida dan hydrogen yang dapat dipakai sebagai sumber energi oleh tubuh. Sumber prebiotik adalah berasal dari sayuran dan buah seperti onion, asparagus, pisang, kedelai dan artichoke (Surono, 2004).

M . Interaksi Probiotik dengan Sistem Imun

Mekanisme bakteri probiotik dalam memperbaiki dan menstimulir system imun adalah dengan meningkatkan kandungan antibodi (Bloksma dkk, 1979) dan meningkatkan aktifitas makrofag, memfasilitasi transport antigen (Kaur, dkk, 2002).

Kemampuan sistem imun mukosal dalam menjaga tubuh terhadap infeksi dan peradangan saluran usus serta menstimulir sel T menjadi toleran terhadap antigen yang masuk bersama makanan, mengantar studi bagaimana mekanisme bakteri asam laktat menstimulir sistem imun mukosal tanpa efek samping. Sistem imun mukosal bertanggung jawab terhadap 60% produksi imunoglobulin setiap hari (Mestecky dan Mc Ghee, 1987 dalam Surono, 2004).

Probiotik mampu menstimulir sistem imun akibat adanya senyawa peptidoglikan dan lipopolisakarida dalam dinding selnya, melalui komponen dinding sel peptidoglikan yang menginduksi pada permukaan mukosa. Glukan pada dinding sel bakteri merangsang makrofag memproduksi interlekuin, meningkatkan aktivitas proliferasi sel limfosit. Sel limfosit membelah menjadi limfosit T dan limfosit B.

Limfosit melepaskan interferon, kembali mengaktifkan makrofag dan limfosit B memproduksi antibodi yang merupakan respon mekanisme humoral dalam mekanisme kekebalan spesifik (Ouwehand, dkk, 1999 dan Anderson, 1992).

Interaksi antara bakteri asam laktat probiotik dengan sel M hanya menstimulir respons imun spesifik, sedangkan interaksi antara bakteri asam laktat probiotik dengan sel folikel epitelium menstimulir respon imun non–spesifik atau peradangan, meskipun juga dapat meningkatkan respon imun spesifik. Interaksinya dengan sel epithelial dapat mengarah ke peningkatan lokal imunitas atau non-respons dengan bebas antigen (Surono, 2004).

Jaringan limfoid saluran pencernaan, atau dikenal sebagai GALT (gut associated lymphoid tissue) adalah yang pertama kontak dengan komponen makanan, berbagai antigen dari makanan, bakteri “baik” dan “jahat”, dan komponen lainnya dari luar tubuh. GALT terdiri dari limfosit intraepitelial usus dan limfosit lamina propria mukosa, komponen agregat imun yang mencakup Peyer’s patches yang mengandung limfosit B dan T (Surono, 2004). Peyer’s patches banyak terdapat pada lamina propria usus dan lapisan epitel. Peyer’s patches berfungsi memfasilitasi transport antigen sehingga meningkatkan respon imun. Limfosit pada lamina propria sebagian besar adalah limfosit B, yang beberapa diantaranya sudah matang sebagai sel penghasil antibodi (Burkitt dkk., 1995 dalam Surono, 2004).

Interaksi antara bakteri asam laktat probiotik dengan sel M hanya menstimulir respons imun spesifik, sedangkan interaksi antara bakteri asam laktat probiotik dengan sel folikel epitelium me nstimulir respon imun non–spesifik atau peradangan,

meskipun juga dapat meningkatkan respon imun spesifik. Interaksinya dengan sel epithelial dapat mengarah ke peningkatan lokal imunitas atau non-respons dengan bebas antigen (Surono, 2004).

Untuk dapat memastikan bakteri asam laktat yang dikonsumsi melakukan kontak dengan sistem kekebalan dalam usus, maka bakteri asam laktat harus memiliki sifat-sifat penting seperti tahan terhadap asam dan garam empedu, viabilitas dalam saluran pencernaan, bertahan terhadap hambatan seperti mukus, epitelium, mikroflora kompleks, dan pelekatan bakteri asam laktat pada mukosa. Dengan demikian, kriteria bakteri probiotik yang ideal yaitu dapat memberikan efek positif bagi kesehatan, tidak pathogen, dan tidak menghasilkan toksin, dikonsumsi dalam keadaan hidup dalam jumlah besar, mampu bertahan pada saluran pencernaan, misalnya tahan terhadap keasaman tinggi, serta stabil dan tetap hidup (Surono, 2004).

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hasil sensus pendud uk yang dilakukan BPS tahun 2000, jumlah lansia di propinsi Jawa Barat sudah mencapai 3,4 juta lansia, sekitar setengah jumlah balita. Nantinya pada tahun 2010 lansia dan balita akan tetap bertambah namun dalam jumlah yang seimbang. Pada tahun 2020 lansia (11,4%) akan lebih banyak dibanding balita (6,9%), dan jumlah nominalnya juga semakin tinggi. Selama ini perhatian pemerintah kepada lansia masih belum memadai, permasalahan lansia yang harus diperhatikan bukan saja masalah kesehatan, namun aspek lain dalam kehidupan lansia perlu mendapat perhatian lebih serius, baik dari keluarga maupun masyarakat termasuk pemerintah.

Adanya perubahan dalam lingkaran hidup keluarga dimana anak-anak yang semula berkumpul dengan orang tua ternyata harus meninggalkan orang tua dengan berbagai alasan seperti: menikah, bekerja, sekolah, dan sebagainya. Dengan terjadinya perubahan-perubahan tersebut tentu akan menimbulkan berbagai permasalahan pada lansia, misalnya berkurangnya tenaga/keluarga yang merawat lansia sementara dengan kondisi fisik lansia yang semakin menurun menyebabkan pentingnya kehadiran seseorang untuk membantu merawat lansia.

Dalam pandangan masyarakat Indonesia dan beberapa negara di Asia pada umumnya mengirim orang tua yang sudah berusia lanjut ke panti werdha merupakan suatu hal yang tabu dan menunjukkan rendahnya penghormatan kepada orang tua. Hal itu menyebabkan hingga saat ini keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi lansia dan jumlah anak yang masih hidup merupakan hal yang penting sebagai sumber dari family support system (Wahyuni, 2003).

Meskipun demikian dengan semakin banyaknya perempuan yang memasuki sektor publik menyebabkan berkurangnya curahan waktu yang dapat digunakan untuk merawat lansia, juga keadaan ekonomi yang semakin sulit membuat keluarga yang tidak mampu cenderung mengirim lansia ke panti werdha, sehingga pada kenyataannya peran panti wredha menjadi penting dalam memberikan dukungan sosial terhadap lansia.

Bertambahnya usia mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan seperti perubahan perilaku, perubahan interaksi sosial, dan perubahan aktivitas, selain itu proses penuaan juga mempengaruhi penurunan fungsi organ dan fungsi imun pada

lansia, berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan adanya suatu upaya yang dapat meningkatkan kesehatan dengan melakukan upaya perbaikan melalui intervensi gizi.

Diduga pemberian intervensi susu plus probiotik akan meningkatkan respons imun dari lansia dengan meningkatkan antibodi IgA sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini terjadi mengingat probiotik dapat membantu keseimbangan mikroflora usus dengan cara meningkatkan jumlah bakteri baik dan menurunkan jumlah bakteri jahat. Bakteri jahat mengeluarkan racun yang dapat menyebabkan diare serta mengeluarkan enzim yang mendorong terbentuknya senyawa karsinogenik dalam saluran pencernaan. Sebaliknya bakteri yang baik akan membantu keutuhan mukosa usus, proses metabolisme, serta meningkatkan kekebalan tubuh (Surono, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, antibodi IgA baik pada serum maupun IgA sekretori merupakan salah satu parameter sistem imun yang baik untuk pengujian manfaat probiotik terhadap sistem imun. Pada penelitian ini dilakukan uji klinis untuk mengetahui efek dari isolat bakteri asam laktat (BAL) dadih Enterococcus faecium

IS-27526 terhadap sistem imun lansia, karena respon imun di permukaan mukosal didominasi oleh respon imun spesifik yaitu peningkatan jumlah sel pensekresi IgA dan IgA sekretori (Perdignon, et al., 1995).

Terjadinya “secondary aging” yaitu ketidakmampuan yang disebabkan oleh trauma atau penyakit kronis. Kehadiran kondisi kronis sangat mengganggu lansia dalam menjalankan aktivitas sosialnya seperti melaksanakan tugas merawat diri ( self-care), menikmati kehidupan sosial, dan melaksanakan aktivitas produktif (Eisdofer &

Wilkie, 1997).Dengan mengupayakan lansia selama mungkin tetap dalam keadaan sehat baik fisik, mental, dan sosial untuk mencapai keadaan successful aging

merupakan wujud kepedulian agar para lansia tidak menjadi beban bagi masyarakat. Secara skematik, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 8 . Skema kerangka pemikiran pengaruh aspek psikososial dan fisik terhadap status gizi dan pengaruh intervensi susu probiotik terhadap

Dokumen terkait