• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Humaniora vol 12 No 1 Juni 2015 (Halaman 67-69)

The Principle of Prudential in Lending and Financing based Syariah Principles in Banking Institusions

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hakikat Pentingnya Penerapan Prinsip Kehati- Hatian Pada Lembaga Perbankan

Lembaga Perbankan adalah suatu lembaga keuangan yang dalam kegiatan operasionalnya sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat. Agar dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank maka diperlukan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan manajemen bank maupun fungsi pengawasan bank. Prinsip kehati-hatian berasal dari kata dasar hati-hati (prudent) . Prinsip kehati-hatian perbankan (prudent banking principle) merupakan suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa bank atau lembaga dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent) dengan mengenal customer dalam rangka melindungi masyarakat yang mempercayakan dana kepadanya, dengan mengharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank.18

Setiap bank seharusnya menerapkan prinsip kehati- hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjunjung tinggi serta berpegang teguh pada prinsip ini. Hal ini mengandung arti bahwa segala perbuatan dan kebijakan yang dilakukan harus senantiasa berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dengan demikian, rambu-rambu kesehatan bank atau prudential principles harus mendapatkan perhatian yang cermat dari setiap bank, baik bank yang semata-mata melakukan kegiatan berdasarkan prinsip-prinsip syariah saja maupun bank konvensional.

Prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak ada penjelasan resmi, tetapi kita dapat mengemukakan bahwa bank dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu, bank dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang- undangan yang berlaku secara konsisten didasari oleh itikad baik. Kepercayaan masyarakat merupakan kunci utama bagi berkembang atau tidaknya suatu bank, dalam arti tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya.19

Pentingnya penerapan prinsip kehati-hatian bagi perbankan adalah untuk menciptakan perbankan yang sehat. Sebagaimana dikemukakan oleh Anwar Nasution pentingnya kesehatan lembaga keuangan, khususnya perbankan dalam penciptaan sistem keuangan yang sehat mempunyai beberapa alasan antara lain:20

15 Hermansyah, ibid hal. 50

16 Ibid hal 52–54 Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Indonesia sesuai pasal 11 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 3 tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, jangka waktu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah ini maksimal 90 (sembilan puluh hari) dan wajib dijamin oleh bank penerima dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan meliputi surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan oleh pemerintah atau badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi berdasarkan hasil lembaga peringkat yang kompeten dan sewaktu-waktu dengan mudah dapat dijual ke pasar untuk dijadikan uang tunai.

17

18 Permadi Gandapraja, 2004, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Gramedia

64 Humaniora, Vol. 12 No. 1 Juni 2015: 59–65 a. Keunikan karakterististik perbankan yang rentan

terhadap serbuan masyarakat yang menarik dana secara besar-besaran (Bank Runs) sehingga berpotensi merugikan deposan dan kreditor bank;

b. Penyebaran kerugian di antara bank-bank sangat cepat melalui contagion effect sehingga menimbulkan sistem problem;

c. Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit;

e. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor keuangan (Financial distress) dan

f. Ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makroekonomi, khususnya dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi kebijakan moneter.

Prinsip Kehati-hatian dalam pemberian kredit dan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah

Prinsip kehati-hatian sebagaimana disebut pada uraian sebelumnya didasarkan pada pasal 2 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan akan tetapi pada pasal lain juga juga dipertegas kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam setiap kegiatan usaha bank yaitu pasal 29 ayat 2 UU Perbankan terkait kewajiban bank untuk memelihara tingkat kesehatan bank. Pasal lain yang juga berkaitan dengan penerapan prinsip ke hati-hatian adalah pasal 29 ayat 3 UU Perbankan yang menyatakan bahwa; “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya , bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.”

Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk dalam memberikan kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan iktikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan. Terkait dengan pemberian kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah ada beberapa ketentuan yang tertuang dalam Undang-undang Perbankan yang merupakan asas-asas perkreditan yang sehat antara lain:

1) Adanya batas maksimum pemberian kredit atau legal lending limit

Ditetapkannya batas maksimum pemberian kredit baik dalam UU Perbankan maupun peraturan pelaksanaannya

bertujuan untuk memelihara kesehatan bank serta meningkatkan daya tahan bank melalui penyebaran risiko dalam bentuk penanaman kredit kepada berbagai nasabah peminjam. Selain itu juga dimaksudkan untuk mencegah pemberian kredit kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu saja.

2) Adanya pemberian jaminan, ini dimaksudkan bahwa bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan syariah tentu mengandung suatu risiko, untuk mengurangi risiko tersebut pemberian jaminan yang diartikan sebagai salah satu bentuk keyakinan atas kemampuan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai perjanjian. Jaminan dalam pemberian kredit berfungsi untuk menjamin kepastian akan pelunasan utang debitur bila debitur cidera janji atau dinyatakan pailit.

3) Adanya penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit dengan berpedoman pada formula 5P dan formula 5C juga 3R. Sebagai usaha untuk meminimalisasi risiko kredit yang mungkin terjadi, bank pada umumnya menggunakan metode analisis 5 C atau The Five C’S analysis yaitu:21 • Charakter (Sifat) dalam hal ini para analis kredit pada

umumnya mencoba melihat dari data pemohon kredit yang telah disediakan oleh bank. Bila dirasakan perlu diadakan wawancara, untuk mengetahui lebih rinci, bagaimana karakter yang sesungguhnya dari calon debitur tersebut.

Capacity (Kemampuan) bank mencoba menganalisis apakah permohonan dana yang diajukan rasional atau tidak dengan kemampuan yang ada pada debitor sendiri, bank melihat sumber pendapatan dari pemohon dikaitkan dengan kebutuhan sehari-hari.

Capital (Modal) Hal ini cukup penting bagi bank, khususnya untuk kredit yang cukup besar apakah dengan modal yang ada, memungkinkan pengembalian kredit yang diberikan.

Collateral (Jaminan) apakah jaminan yang diberikan oleh debitor sebanding dengan kredit yang diminta. Hal ini penting agar bila debitor tidak mampu melunasi kreditnya jaminan dapat dijual.

Condition of Economy (Kondisi Ekonomi) situasi dan kondisi ekonomi apakah memungkinkan untuk itu. Formula 5P dapat diuraikan sebagai berikut:22 • Party (para pihak) bahwa para pihak merupakan

titik sentral yang harus diperhatikan dalam setiap pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu “ kepercayaan” terhadap para pihak bagaimana karakter kemampuan dan sebagainya.

19Hermansyah, op.cit hal 19

20Anwar Nasution dalam Sentosa Sembiring, 2012, Hukum Perbankan Edisi

65

Dalam dokumen Humaniora vol 12 No 1 Juni 2015 (Halaman 67-69)