• Tidak ada hasil yang ditemukan

61Ratnaningsih: Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit

Dalam dokumen Humaniora vol 12 No 1 Juni 2015 (Halaman 65-67)

The Principle of Prudential in Lending and Financing based Syariah Principles in Banking Institusions

61Ratnaningsih: Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat, dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Selanjutnya dalam ketentuan pasal 1 ayat 2 Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang No. 10 Tahun 1998 merumuskan kembali pengertian bank sebagai berikut: “ bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari pengertian diatas, jelas bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya yang lazim dilakukan bank dalam lalu lintas pembayaran. Kedua fungsi itu tidak dapat dipisahkan. Sebagai badan usaha bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan dan mencari dana dengan membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan.6 Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.7 Di samping itu perbankan juga melakukan kegiatan jasa-jasa pendukung lainnya. Jasa- jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.

Ketentuan Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan khususnya pada bab III tentang jenis dan Usaha Bank, pada pasal 6 dan 7 diatur mengenai jasa perbankan yang dapat dilaksanakan dan diberikan kepada masyarakat. Jasa Perbankan yang dapat dilakukan oleh Bank Umum di antaranya:8 penghimpun dana dari masyarakat, pemberian kredit, penerbitan surat pengakuan utang, jual beli surat berharga, pemindahan uang (Transfer), penempatan dana pada bank lain, meminjam dana dari dan atau meminjamkan dana kepada bank lainnya, penerimaan pembayaran tagihan surat berharga, menerima penitipan untuk pihak lain, penempatan

dana dari nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek, usaha anjak piutang (factoring) kartu kredit, dan kegiatan wali amanat (trust), pembiayaan dengan prinsip syariah, melakukan kegiatan dalam valuta asing, melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank antara perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, juga penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan syarat menarik kembali penyertaannya. Selain penyertaan modal seperti itu maka bentuk penyertaan modal lainnya merupakan kegiatan yang terlarang dilakukan oleh bank umum, jasa lainnya berupa pengurusan dan pendirian dana pensiun, serta melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank.

Ketentuan jasa-jasa yang boleh dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diatur pada pasal 13 Undang- Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Sedangkan hal-hal lain yang dilarang untuk dilakukan oleh BPR diatur pada pasal 14. Pelayanan Jasa perbankan dari sebuah BPR sangat dibatasi hal itu mengingat kegiatan usaha BPR yang terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil, dan masyarakat di daerah pedesaan yang belum begitu banyak memerlukan berbagai jenis pelayanan perbankan. Saat ini pelayanan jasa perbankan yang dapat diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat hanya meliputi:9 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, pemberian kredit, perbiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, serta penempatan dana dalam bentuk sertifi kat bank Indonesia, deposito berjangka dan atau tabungan pada bank lain. Selain jasa tersebut diatas Bank Perkreditan Rakyat dilarang untuk melakukan kegiatan usaha berupa penghimpunan simpanan berupa giro, dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran, kegiatan usaha dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal, melakukan usaha perasuransian dan usaha lain di luar kegiatan yang diperbolehkan.

Kegiatan jasa pelayanan perbankan sekarang ini semakin berkembang pelayanan jasa elektronis. Pelayanan jasa tersebut pada dasarnya merupakan produk lanjutan dari electronic Fund Transfer System (EFTS) misalnya Automated Teller Machine (ATM), Point of Sales (POS), debit / Charge Cards dan Smart Cards, home banking, money transfer sistem dan bentuk lainnya. Pelayanan jasa elektronis ini pemanfaatannya oleh perbankan semakin meningkat, terlebih dengan perkembangan internet. Peningkatan tersebut terlihat baik dari segi jaringannya maupun variasi produk yang ditawarkan. Pelayanan jasa seperti itu tampaknya telah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari perbankan

5 Ibid hal. 134–135

6Kasmir, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Baru), Raja Grafi ndo Persada, Jakarta, hal. 24

7Ibid, hal. 24

8 Muhammad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan Indonesia, 2006, Citra aditya Bakti, cetakan ke-5 (edisi revise) Bandung hal. 348

62 Humaniora, Vol. 12 No. 1 Juni 2015: 59–65 modern dalam upayanya member kemudahan bagi para

nasabahnya.10

Berkaitan dengan jasa pelayanan perbankan ini perlu adanya penerapan prinsip kehati-hatian agar pengelolaannya tidak merugikan nasabah utamanya bagi nasabah penyimpan dana agat dapat mewujudkan perbankan yang sehat guna untuk menjaga kepercayaan masyarakat.

Sumber Dana Perbankan

Lembaga perbankan adalah lembaga keuangan yang menjadi perantara antara pihak yang menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan atau kekurangan dana (lacks of funds), tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit dalam menjalankan kegiatan usaha atau operasionalnya.

Pada hakikatnya lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya kedalam masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai usaha pokok berupa menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Fungsi untuk mencari dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan memegang peranan penting terhadap pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan misalnya dalam bentuk pemberian kredit, pembelian efek-efek, atau surat berharga di pasar uang. Dari apa yang dikemukakan diatas, berarti bahwa dana yang dibutuhkan dalam pengelolaan bank tidak semata-mata hanya mengandalkan modal yang dimiliki bank saja, tetapi harus sedemikian rupa dapat memobilisasi dan memotivasi masyarakat untuk menyimpan dana yang dimilikinya di bank, baik berupa simpanan maupun dalam bentuk lain, dan melalui kerja sama dengan lembaga- lembaga keuangan. Namun demikian dana yang bersumber dari masyarakat tersebut adalah sumber dana terpenting bagi perbankan dalam menjalankan kegiatan usahanya.11

Menurut Hermansyah pada prinsipnya sumber dana dari suatu bank itu terdiri dari empat sumber dana, yaitu:12 Dana yang bersumber dari bank sendiri, dana yang bersumber dari masyarakat, dana yang bersumber dari Bank Indonesia sebagai bank sentral, dana yang bersumber dari Lembaga keuangan Bank dan Lembaga keuangan bukan bank. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah dana berbentuk modal setor yang berasal dari para pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada pemegang saham. Dana ini adalah dana

murni dimiliki oleh bank yang telah ada sejak bank tersebut memulai kegiatan usahanya, bahkan sejak bank tersebut memperoleh izin usaha dari Bank Indonesia. Dana bank yang berasal dari masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting bagi kegiatan Perbankan. Dana yang berasal dari masyarakat tersebut pada prinsipnya merupakan dana yang harus diolah atau dikelola oleh bank dengan sebaik-baiknya agar memperoleh keuntungan (profit). Sedangkan yang dimaksud dengan simpanan dari masyarakat itu adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan pejanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifi kat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.13 Dana yang bersumber dari Bank Indonesia adalah dana yang dikucurkan oleh Bank Indonesia melalui fasilitas kredit kepada bank-bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. Pemberian fasilitas kredit oleh bank Indonesia tersebut merupakan implementasi dari fungsi Bank Indonesia sebagai the lender of the last resort (LoLR) Berkaitan dengan itu, menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, fungsi the lender of the last resort itu memungkinkan Bank Indonesia memberikan fasilitas pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban pemerintah, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemis dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan. Mekanisme ini merupakan bagian dari konsep jaring pengaman sektor keuangan (Indonesia Financial Safety Net). Dana yang bersumber dari Bank Indonesia yang dikucurkan kepada bank-bank yang mengalami kesulitan pendanaan adalah sebagai berikut: Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Kredit Likuiditas Bank Indonesia ini adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia untuk membiayai kredit program pemerintah yang disalurkan melalui bank umum, Dengan perkataan lain, KLBI diberikan oleh Bank Indonesia sbagai pinjaman kepada bank-bank yang membutuhkan dana untuk kepentingan likuiditas mereka. Pada saat ini Kredit Likuiditas Bank Indonesia sudah tidak dipergunakan lagi oleh Bank Indonesia, yaitu sejak dikeluarkannya fasilitas diskonto rupiah dan diberlakukannya Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).14 Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). BLBI adalah dana yang dikucurkan oleh bank Indonesia ke bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas dalam operasinya sehari-hari. Kesulitan Likuiditas tersebut bisa terjadi antara lain karena penarikan dana secara tiba-tiba dan besar-besaran oleh nasabah, sementara bank tersebut tidak siap melayani kejadian tersebut. Dalam pengertian

10 Ibid hal. 350

11 Hermansyah, 2012. Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Kedua, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 43.

12 Ibid, hal. 44

13 Hermansyah ibid hal. 45–46

14 Hermansyah, op.cit hal. 49–50, lihat pula Thomas Suyatno, et al

Kelembagaan Perbankan, Edisi Kedua, Gramedia pustaka utama, 1997 hal. 41-43, Yang dimaksud fasilitas diskonto dalam rupiah adalah penyediaan dana jangka pendek oleh bank Indonesia dengan cara pembelian promes oleh bank umum yang tergolong sehat dan cukup sehat atas dasar diskonto (jangka waktu) adapun yang dimaksud dengan Surat Berharga Pasar Uang yaitu surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan bank Indonesia atau dengan lembaga keuangan yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.

63

Dalam dokumen Humaniora vol 12 No 1 Juni 2015 (Halaman 65-67)