• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Deskripsi Data

4.2.3 Hasil Penelitian

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data-data hasil wawancara, observasi maupun data-data dari dokumen-dokumen yang didapatkan selama proses penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus menerus sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk mengupas permasalahan dalam penelitian yang berjudul Potensi Retribusi Pasar di Pasar Petir Kabupaten Serang peneliti menggunakan teori Potensi Retribusi Pasar dari Mahmudi (2010: 73) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Daerah yang memberikan 8 (delapan) dimensi dalam menganalisis potensi retribusi pasar, yaitu:

1. Fasilitas Pasar; 2. Jenis Dagangan;

3. Jumlah Petugas Pemungut; 4. Tarif Retribusi;

5. Jumlah Kios dan Los;

6. Luas Pasar dan Area Kaki Lima; 7. Jumlah Pedagang termasuk PKL; 8. Data Penerimaan Retribusi Tahunan.

86 1. Fasilitas Pasar

Fasilitas pasar merupakan jenis pelayanan pasar yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada para pedagang atau pengguna jasa pelayanan pasar. Fasilitas pasar tersebut dapat berupa sarana atau tempat berdagang maupun fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tempat berdagang yang ada di Pasar Petir saat ini yaitu berupa kios 290 unit dan los 88 unit yang merupakan sumber potensi retribusi pasar di Pasar Petir.

Selain kios dan los ada juga fasilitas pendukung lainya yaitu kantor administrasi pasar, mushola, toilet umum/MCK, lahan parkir dan tempat penampungan sampah. Beberapa di antara fasilitas pendukung tersebut ada yang berkaitan atau memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung pada pendapatan retribusi Pasar Petir maupun pendapatan Pasar Petir secara umum. Hal ini dijelaskan oleh I1, sebagai berikut:

“Fasilitas yang ada di Pasar Petir itu kios 290 unit dan los 88 unit, selain itu kantor sebagai fasilitas pendukung, toilet dan mushola termasuk fasilitas umum atau fasilitas pendukung di Pasar Petir” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).

Fasilitas yang ada di Pasar Petir terbagi dua jenis, ada fasilitas utama yaitu tempat berjualan para pedagang yang berupa kios dan los dan ada fasilitas pendukung yang diantaranya kantor administrasi pasar, mushola, toilet, lahan parkir dan tempat

87

penampungan sampah. Fasilitas pasar yang termasuk ke dalam objek retribusi pasar yaitu kios dan los dimana untuk penggunaannya dikenakan retribusi sesuai tarif dan aturan yang telah ditentukan dalam Perda. Sedangkan untuk fasilitas yang lain tidak termasuk ke dalam objek retribusi pasar. Untuk hal ini I1 melanjutkan:

“Untuk fasum itu tidak boleh dikenakan retribusi, kalaupun ada pungutan itu untuk pemeliharaan dan uangnya tidak masuk ke kas daerah, pemeliharaannya misalnya untuk biaya air, listrik dsb” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).

Dalam perihal yang sama I2 memberikan pernyataannya sebagai berikut:

“Fasilitas di Pasar Petir itu semacamnya MCK gitu ya, ada 4 kamar, di belakang ada 3 kamar. Peralatannya kalo di Kantor ya MCK ada, mushola ada. Mushola juga ada itu di ujung terus lahan parkir” (Wawancana dengan Bpk. Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB, di Pasar Petir).

Fasilitas pendukung di atas memang bukan termasuk ke dalam retribusi pasar, namun tetap memberikan kontribusi atau pemasukan pada Kas Daerah. Salah satunya yaitu dari toilet/MCK yang dikenakan tarif Rp. 1.000,- bagi penggunanya. Walaupun sebelumnya I1 mengatakan fasilitas umum tidak boleh ada pungutan, tetapi kenyataannya di lapangan fasilitas itu dikenakan tarif, salah satunya toilet/MCK. Seperti diutarakan oleh I5-1 salah

88

satu pedagang di Pasar Petir, “Bayar Neng seribu rupiah, kalo ke mushola gak usah bayar lagi udah termasuk dong ke situ” (Wawancara dengan Ibu Siti Nasiroh - salah satu pedagang di Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB, di Pasar Petir).

Seperti yang telah diungkapkan oleh I1 di atas, tarif yang dikenakan dari fasilitas toilet/MCK tersebut digunakan untuk biaya pemeliharaan untuk fasilitas tersebut, misalnya untuk biaya air, listrik, pembersih toilet dan sebagainya. Namun di samping itu, ternyata hasil lebih dari toilet/MCK itu juga disetorkan ke Kas Daerah. Hal ini diunggkapkan oleh I3 selaku Petugas Pemungut Retribusi di Pasar Petir:

“Oh itu dari sana, udah ada peraturannya dari Diskoperindag, itu kan targetnya bisa per tahun tapi gak ada jumlah targetnya berapa, ya sedapetnya aja, itu sama disetorin juga masuk ke Kas Daerah” (Wawancara dengan Bpk Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi di Pasar Petir, Minggu 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir).

Kemudian untuk parkir, pendapatannya tidak masuk ke kas pasar padahal pihak pasar (UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang) mengharapkan pendapatan parkir masuk ke kas pasar atau setidaknya ada kontribusinya ke pihak Pasar Petir karena wilayahnya ada di area Pasar Petir. Saat ini pendapatan parkir di Pasar Petir disetorkan ke Kas Daerah oleh para petugas parkirnya melalui Dinas Perhubungan jadi tidak melalui pihak Pasar Petir atau Diskoperindag. Hal ini tengah dalam proses perundingan

89

antara pihak Diskoperindag dengan pihak Dishub Kabupaten Serang. Wawancara dengan I1:

“Ada lagi parkir, itu kan lahannya punya pasar tapi pungutannya masuk ke Dinas Perhubungan, sebetulnya itu rugi untuk pihak pasar, makanya ini sedang diusulkan bagaimana agar ada jalan tengahnya” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).

Pernyataan senada diungkapkan oleh I3 - Petugas Pemungut Retribusi di Pasar Petir:

“Itu kan sebenarnya bukan urusan pasar walaupun memang wilayahnya ada di pasar itu dananya masuk ke Dishub Perdanya juga Perda Dishub, tapi sama masuk ke Kas Daerah” (Wawancara dengan Bpk Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi di Pasar Petir, Minggu 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir).

Selain fasilitas yang telah disebutkan di atas ada juga fasilitas pendukung lainnya yang berupa peralatan dan perlengkapan dalam pemeliharaan pasar, seperti alat kebersihan yang diberikan setiap satu tahun oleh Diskoperindag Kabupaten Serang. I2 selaku Koordinator Pasar Petir mengungkapkan:

“Terus juga dapet peralatan seperti cangkul, golok, arit, sikup, sapu itu setiap tahun dikasih, ya namanya peralatan setiap hari dipake jadi setiap tahun harus dikasih. Ya untuk peralatan kebersihan, pengki juga dikasih” (Wawancana dengan Bpk. Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB, di Pasar Petir).

Kemudian untuk pengelolaan kebersihan (sampah) pihak Pasar Petir melakukan koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan

90

Bangunan bidang Pertamanan dan Kebersihan. Meskipun wilayahnya ada di area pasar, namun untuk urusan sampah pihak pasar atau Diskoperindag tidak mempunyai kewenangan untuk mengurusnya tetapi melakukan koordinasi dengan Dinas terkait. Untuk hal ini I1 menjelaskan:

“Unit kebersihan bukan kewenangan pasar tapi dikelola oleh pasar termasuk iurannya juga dikelola oleh pasar. Kebersihan itu kewenangan Dinas Tata Ruang dan Bangunan, tetapi karena wilayahnya ada di area pasar jadi dikelola oleh pasar dan koordinasi dengan Dinas tersebut” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Kamis 27 Maret 2014, Pukul 10.37 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).

Untuk mengangkut sampah dari Pasar Petir ke TPA pihak Pasar Petir (Diskoperindag) melakukan pemungutan iuran kebersihan kepada para pedagang kemudian disetorkan kepada Dinas Tata Ruang dan Bangunan sesuai jumlah sampah yang diangkutnya dimana tarif atau biaya per kubiknya sudah ada aturannya di Perda. I1 dalam waktu yang berbeda melanjutkan:

“Kalo untuk sampah itu dikelola oleh pihak pasar sendiri juga koordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Bangunan bidang Pertamanan dan Kebersihan secara bersinergi, jadi kita yang menghimpun iurannya dia yang mengangkut sampahnya. Di sana ada biaya per kubiknya berapa sudah ada di Perda Persampahan itu” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, Tempat UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).

91

Gambar 4.4

Kegiatan Pengangkutan Sampah di Pasar Petir oleh DTRBP Kabupaten Serang

Sumber: Peneliti, (22-09-2014)

Selanjutnya, untuk urusan keamanan atau ketertiban, pihak Pasar Petir memberikan jasa keamanan atau ketertiban kepada seluruh lingkungan Pasar Petir. Dana untuk keamanan atau ketertiban tersebut dipungut dari para pedagang setiap hari dimana dana itu akan dikelola untuk biaya keamanan dan ketertiban Pasar Petir. Dana untuk keamanan dan ketertiban tidak termasuk ke dalam retribusi pasar juga tidak masuk ke Kas Daerah, seperti dikatakan oleh I1:

“Keamanan juga bukan tugas pasar sebenarnya, tapi dikelola oleh pasar jadi iuran yang dipungut itu digunakan untuk pengelola pasar dan tidak masuk ke Kas Daerah” (Wawancara dengan Bpk. Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kabupaten Serang, Kamis 27 Maret 2014, Pukul 10.37 WIB, di UPTD Pasar Diskoperindag Kabupaten Serang).

Fasilitas pasar yang ada di Pasar Petir secara umum ada dua jenis, yang pertama fasilitas utama berupa fasilitas tempat

92

berdagang (kios 290 unit dan los 88 unit) yang merupakan sumber potensi retribusi pasar di Pasar Petir. Kemudian yang kedua adalah fasilitas pendukung diantaranya Kantor Administrasi Pasar beserta segala fasilitas yang ada di dalamnya, 1 unit Mushola, 2 unit Toilet/MCK yang terdiri dari 7 kamar, 2 unit Lahan Parkir (parkir depan dan parkir dalam) dan 1 unit Tepat Penampungan Sampah. Untuk lebih memperjelas mengenai fasilitas Pasar Petir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Jenis dan Jumlah Fasilitas yang Dimiliki oleh Pasar Petir Kabupaten Serang 2013

No Jenis Fasilitas Jumlah Fasilitas

1 Kios 290 unit

2 Los 88 unit

3 Kantor Administrasi Pasar 1 unit

4 Mushola 1 unit

5 Toilet Umum / MCK 2 unit (7 kamar)

6 Lahan Parkir 2 unit

7 Tempat Penampungan Sampah 2 unit

Sumber: UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang, 2014, (Data diolah)

Selain retribusi pasar, ternyata ada juga pendapatan lain dari pasar yaitu dari Toilet/MCK dimana hasil lebih dari tarif yang dikenakan pada fasilitas tersebut juga disetorkan ke Kas Daerah melalui Diskoperindag setiap tahunnya dengan jumlah nominal yang tidak ditentukan. Namun, untuk fasilitas parkir pihak Pasar Petir sama sekali tidak mempunyai kewenangan untuk mengelolanya meskipun lokasinya berada di area Pasar Petir

93

walaupun memang tetap dananya masuk ke Kas Daerah, karena seperti yang kita ketahui urusan parkir adalah kewenangan Dinas Perhubungan (Dishub).

Kemudian, selain fasilitas-fasilitas yang telah dipaparkan di atas, Pasar Petir juga memberikan jasa pelayanan kebersihan dan keamanan (ketertiban) yang mana dana untuk pengelolaannya dipungut dari para pedagang setiap hari seperti halnya retribusi pasar, namun tidak termasuk ke dalam retribusi pasar juga tidak masuk ke Kas Daerah. untuk urusan kebersihan (pengangkutan sampah) pihak Pasar Petir melalui Diskoperindag melakukan koordinasi dengan DTRBP Kabupaten Serang.

2. Jenis Dagangan

Jenis dagangan yaitu macam-macam rupa dan jenis barang dagangan yang diperjualbelikan di pasar yang disesuaikan dengan jenisnya serta penempatannya (zonasi). Misalnya, jenis dagangan pakaian, bahan makanan (sembako), kelontongan, kantin dan sebagainya. Pedagang Pasar Petir menyediakan berbagai macam janis barang kebutuhan, dari mulai bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga, perlengkapan pertanian dan sebagainya. Dulu sebelum Pasar Petir direvitalisasi, penempatan pedagang belum diatur zonasinya sesuai janis dagangannya, tetapi masih bercampur baur. Ada pedagang pakaian di samping pedagang ikan

94

asin, ada pedagang sayuran di samping toko emas dan sebagainya. Kini, setelah Pasar Petir direvitalisasi, pengaturan zonasi mulai dibenahi. Penempatan pedagang diatur disesuaikan dengan jenis dagangannya. Misalnya pedagang pakaian ada di blok pakaian, pedagang emas ada di blok emas, pedagang ikan ada di blok ikan, pedagang sayuran ada di blok sayuran dan seterusnya. Namun, pada pelaksanaannya sekarang memang belum sepenuhnya terlaksanan dengan baik, masih banyak pedagang yang nggatur belum mematuhi aturan. Padahal pengaturan zonasi ini sangat berpengaruh pada keindahan dan ketertiban pasar yang kemudian berpengaruh juga pada penjualan dan retribusi. Berikut adalah hasil wawancara dengan I1 (Kepala UPT Pasar):

“Sebetulnya sudah ada itu zonasi blok-bloknya untuk kios dan los itu, tujuannya untuk mempermudah pembeli mencari barang yang dicarinya. misalnya toko emas ada di blok A, toko baju ada di blok D gitu. Itu semua sudah kita atur dalam peta pembagian blok atau zonasi” (Wawancara dengan Bapak Ma’mun Dian Purnama - Kepala UPT Pasar Wilayah Tengah Diskoperindag Kab. Serang, Selasa 26 Agustus 2014, Pukul 09.07 WIB, di Kantor UPTD Pasar Diskoperindag Kab. Serang).

Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa, zonasi tersebut ditujukan untuk mempermudah pembeli mencari barang yang akan dibelinya. Dengan adanya kemudahan tersebut diharapkan pengunjung akan tertarik untuk berbelanja ke Pasar Petir sehingga Pasar Petir akan menjadi ramai. Selain hal tersebut tentunya zonasi tersebut juga akan membuat Pasar jadi terlihan rapi, teratur, tertib,

95

indah dan menarik. Hal ini diharapkan akan menjadi daya tarik bagi Pasar Petir agar tidak kalah dengan pasar modern.

Sebagai salah satu pasar yang mendapatkan program revitalisasi pasar dari Pemerintah Pusat, tentunya Pasar Petir ini bukan tanpa tujuan tententu. Pasar Petir ini akan dijadikan pasar percontohan di Kabupaten Serang. Unutk mengetahui hal ini peneliti melakukan wawancara dengan I2 (Koordinator Pasar Petir) yang mengungkapkan:

“Pasar Petir ini sebenarnya potensinya sangat bagus, punya pedagang emas terbanyak dan pedagang pakaian terbanyak dibandingkan dengan pasar tradisional lain yang ada di Kabupaten serang khususnya wilayah tengah sehingga menjadi ikon di Kabupaten Serang ini, bahkan rencananya akan dijadikan pasar percontohan se-Indonesia. Maka dari itu zonasi ini adalah cara agar Pasar Petir ini jadi rapi tertib dengan mengatur letak pedagang sesuai jenis dagangannya” (Wawancara dengan Bapak Hasan - Koordinator Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.49 WIB, di Pasar Petir). Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa, Pasar Petir ini memang akan dijadikan pasar percontohan tingkat se-Indonesia untuk wilayah Kabupaten Serang - Provinsi banten. Salah satu programnya adalah dengan mengadakan pengaturan zonasi jenis dagangan. Untuk wilayah tengah kabupaten Serang, Pasar Petir ini memang paling besar, potensinya sangat bagus, memiliki pedagang pakaian dan pedagang emas terbanyak.

Namun, pada pelaksanaannya pengaturan zonasi ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak pedagang yang tidak/belum mematuhi aturan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh I3 yaitu:

96

“Kalo zonasi benar-benar diterapkan sesuai aturan, pasti kan pasar ini jadi tertib, rapi dan menarik, jadi rame. Yaa sekarang liat aja, masih banyak yang ngatur sendiri” (Wawancara dengan Bapak Wahyudi - Petugas Pemungut Retribusi Pasar di Pasar Petir, Minggu 7 September 2014, Pukul 10.06 WIB, di Pasar Petir)

Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, pengaturan zonasi belum sepenuhnya dipatuhi oleh para pedagang, bahkan masih banyak pedagang yang ngatur sendiri. Padahal, zonasi itu bukan semata-mata hanya ingin memperindah pasar, tetapi juga untuk menarik pengunjung agar Pasar Petir jadi ramai, penjualan pedagang jadi meningkat yang diharapkan pembayaran retribusi pun menjadi lancar. Karena memang selama ini alasan klasik para pedagang adalah karena sepi pembeli, seperti yang dikemukakan oleh I5-1 (Pedagang/Wajib Retribusi di Pasar Petir) “Yaa karena jualannya sepi, kalo rame saya mah bayar aja sih” (Wawancara dengan Ibu Siti Nasiroh - Pedagang/Wajib Retribusi di Pasar Petir, Sabtu 6 September 2014, Pukul 09.05 WIB, di Pasar Petir).

Kurang patuhnya pedagang pada aturan zonasi ini bukan tidak ditanggapi oleh pihak pasar, petugas sudah beberapa kali memberikan teguran dan peringatan pada para pedagang yang melanggar aturan tersebut. Namun, tidak ada satu pun pedagang yang mau menurutinya. Sementara ini pihak pasar belum memberikan tindakan lanjut untuk permasalahan tersebut sampai

97

menunggu Pasar Petir ini diresmikan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh I4-2 (Staf Pasar Petir), yaitu sebagai berikut:

“Pasar Petir ini kan sebenarnya mau dijadikan pasar percontohan, jadi dibuatlah zonasi penempatan jenis dagangan supaya pasar ini tertib, rapi, indah dan menarik. Supaya menarik pengunjung, pasarnya rame, penjualan meningkat dan diharapkan retribusinya juga lancar, begitu... tapi ya kita lihat sendiri pelaksanaannya, masih banyak pedagang yang tidak nurut ke aturan. Ya untuk sementara ini sih hanya diberikan peringatan atau pemberitahuan saja, belum diberikan sanksi apa-apa. Pasar Petir ini kan sebenarnya belum diresmikan, nanti kalo sudah diresmikan pengaturan zonasi itu harus benar-benar dilaksanakan sesuai aturan. Pokonya nanti kalo sudah peresmian harus ada perubahan semuanya. Tempatnya di mana ya harus kembali ke tempatnya, yang belum ditempati harus diisi. Itu instruksinya dari Kementrian langsung” (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir).

Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diketahui bahwa, pelanggaran terhadap aturan zonasi ini baru sekedar peringatan atau teguran saja, belum ada tindakan atau sanksi yang tegas. Aturan zonasi ini akan benar-benar diterapkan ketika Pasar Petir sudah diresmikan.

Selain masalah zonasi, jenis dagangan pun bisa mempengaruhi kelancaran pembayaran retribusi oleh para pedagang. Hal ini berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh I4-1 (Staf Pasar Petir) yang mengungkapkan:

“Ya kalo sehari-hari kaya gini mah lebih lancar dari sembako dan sayuran, kalo dari pakaian mah ya liat sendiri ni saya muter baru dapat 5 orang. Tapi kalo pihak Dinas mah yang di atas taunya yang sejumlah kios dan los aja, gak tau kondisinya di lapangan seperti apa” (Wawancara dengan

98

Bapak Mansur - Staf Pasar Petir, Jum’at 19 September 2014, Pukul 09.37 WIB, di Pasar Petir).

Dari hasil wawancara dengan I4-1 di atas jelas diketahui bahwa jenis dagangan juga mempengaruhi pada kelancaran pedagang dalam membayar retribusi. Terbukti pada keterangan tersebut bahwa pedagang sayuran dan sembako (bahan makanan) lebih lancar bayarnya dari pada pedagang pakaian. Seperti yang telah dibahas si atas bahwa pedagang selalu menggunakan alasan klasiknya untuk tidak membayar retribusi yaitu karena sepi pembeli atau penjualan lagi kurang.

Kemudian, untuk lebih memperjelas fakta tersebut peneliti melakukan triangulasi pada informan lain yaitu I4-2 (Staf Pasar Petir) yang mengatakan:

“Memang tukang sayuran mah sih rapih bayarnya dari dulu juga lancar, kalo sayur mayur itu paking lancar, ikan juga kadang-kadang masih jarang bayar. Yang jarang bayar mah sembako, yang paling jarang bayar mah ya ini baju (pakaian) malah ada yang seminggu gak masuk/gak bayar” (Wawancara dengan Bapak Saleh - Staf Pasar Petir, Jum’at 19 September 2014, Pukul 07.35 WIB, di Pasar Petir).

Hasil triangulasi kepada I4-2 tersebut telah memperkuat kebenaran bahwa, memang pedagang bahan makanan (sayuran, ikan, sembako, bumbu dapur dsb) lebih lancar membayar retribusinya dari pada pedagang pakaian (baju, sepatu, aksesoris, kerudung dsb). Bahkan pada kutipan wawancara tersebut memberikan vonis bahwa pedagang pakaian paling jarang bayar retribusi.

99

Jenis dagangan ternyata memang mempunyai kaitan atau pengaruh yang cukup penting bagi potensi retribusi pasar. Untuk masalah zonasi jenis dagangan memang sepintas terdengar sepele, namun ternyata jika pada suatu pasar jenis dagangan yang tersedia lengkap dan beragam apalagi jika penempatan pedagangnya diatur sesuai dengan zonasi jenis dagangnnya, maka hal tersebut secara tidak langsung dapat berpengaruh pada pendapatan potensi retribusi pasar. Zonasi yang rapi dan teratur akan menciptakan pasar yang tertib, rapi, indah dan menarik. Sehingga akan menarik pengunjung/konsumen untuk datang ke Pasar Petir tersebut karena pengunjung/konsumen akan lebih mudah menemukan barang-barang yang akan dibelinya. Pasar akan ramai pengunjung dan pendapatan pedagang pun akan bertambah. Sehingga, kelancaran pembayaran retribusi pun diharapkan akan lancar.

Kemudian, jenis dagangan pun ternyata berpengaruh pada kelancaran pedagang dalam membayar retribusi. Pedagang bahan makanan terbukti lebih lancar retribusinya dari pada pedagang pakaian. Alasannya adalah karena bahan makanan itu selalu pasti laku setiap harinya karena itu merupakan kebutuhan pokok. Sedangkan pakaian hanya pada waktu tertentu saja lakunya, misalnya pada musim liburan, menjelang masuk sekolah atau menjelang lebaran Idul Fitri maupun Lebaran Idul Adha.

100 3. Jumlah Petugas Pemungut

Jumlah petugas pemungut yaitu para personil (kolektor) yang ditunjuk atau ditugaskan oleh pihak yang berwenang untuk memungut retribusi pada suatu pasar dimana jumlahnya disesuaikan dengan luas area pasar. Selain petugas pemugut retribusi ada juga petugas lain (Pejabat terkait) yang turut berperan dalam retribusi pasar. Beberapa hal tentang petugas pemungut retribusi yang berkaitan dengan potensi retribusi yang telah peneliti rumuskan diantaranya yaitu mengenai jumlah petugas pemungut, pengaruh jumlah petugs pemungut, sikap petugas, keterlibatan petugas lain serta upaya dari petugas tersebut.

Pertama, jumlah petugas pemungut retribusi pasar di Pasar Petir apakah sudah cukup atau belum. Untuk menemukan jawaban dari pertanyaan ini peneliti pertama-tama melakukan wawancara dengan I1 yang mengatakan:

Dokumen terkait