• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN Fibroblas

Dalam dokumen Karaketeristik Perangkat Pemb elajaran Gu (Halaman 189-198)

tipe a, b, c, dan g

HASIL PENELITIAN Fibroblas

Rerata jumlah fibroblas dalam jaringan yang terluka pada masing-masing kelompok perlakuan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan inferensial. Pada Tabel 2,disajikan rata-rata jumlah fibroblas pada masing-masing kelompok perlakuan.

176

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

Tabel 2 Rata-Rata Jumlah Fibroblas

Kelompok Perlakuan

Waktu Pengamatan Hari ke-4 Hari ke-7 K ontrol 51,50a 89,17a K onsentrasi 50% 87,17b 102,50a K onsentrasi 75% 82,67b 101,67a K onsentrasi 100% 61,67a 91,50a

Keterangan: huruf yang sama menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan, sedangkan huruf yang berbeda menunjukan ada perbedaan yang signifikan.

Rerata jumlah fibroblas yang paling banyak ditemukan pada hari ke-4 adalah pada perlakuan dengan konsentrasi 50% (P1) sebesar 87,17. Begitu juga pada hari ke-7, rerata jumlah fibroblas yang paling banyak ditemukan adalah pada kelompok perlakuan 50% (P1) sebesar 102,50. Hasil uji anava terhadap pengaruh waktu pada pemberian getah jarak pagar pada proses penyembuhan luka dengan indikator jumlah fibroblas yaitu didapatkan nilai 0,001. Nilai ini

lebih kecil dari α (0,05) yang berarti ada pengaruh yang signifikan lama hari pengamatan

terhadap jumlah fibroblas. Adapun pengaruh perlakuan terhadap proses penyembuhan luka dengan indikator jumlah fibroblas didapatkan hasil sebesar 0,038. Nilai ini lebih kecil dari α (0,05), sehingga ada pengaruh yang signifikan antar kelompok perlakuan.

Setelah dilanjutkan dengan uji LSD pada kelompok perlakuan hari ke-4, diketahui bahwa kelompok kontrol (P0) berbeda secara signifikan dengan perlakuan konsentrasi jarak pagar 50% (P1) dan perlakuan konsentrasi jarak pagar 75% (P2). Namun, antara perlakuan kosentrasi 50% (P1) dengan perlakuan konsentrasi jarak pagar 75% (P2) tidak signifikan. Begitu juga antara kelompok kontrol (P0) dengan perlakuan kosentrasi 100% (P3) tidak berbeda signifikan.

Pada kelompok perlakuan hari ke-7 diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol (P0), perlakuan konsentrasi getah jarak pagar 50% (P1), perlakuan konsentrasi getah jarak pagar 75% (P2) dan perlakuan konsentrasi getah jarak 100%.

Neokapilerisasi

Pada pengamatan proses penyembuhan luka oleh getah jarak pagar dengan indikator neokapilerisasi ini, dilihat dari rerata jumlah pembuluh darah yang terbentuk pada setiap kelompok perlakuan dan hari pengamatan. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Tabel 3 dibawah ini menunjukan perbedaan rerata jumlah pembuluh darah baru pada masing-masing kelompok perlakuan.

177

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

Tabel 3 Rerata Neokapilerisasi Pada Proses Penyembuhan Luka

Kelompok Perlakuan

Waktu Pengamatan Hari ke-4 Hari ke-7 K ontrol 32,50a 39,17a K onsentrasi 50% 38,83a 39,92a K onsentrasi 75% 37,67a 41,42a K onsentrasi 100% 32,58a 34,25a

Rerata jumlah pembuluh darah baru yang paling banyak terbentuk pada hari ke-4 adalah pada perlakuan dengan kosentrasi 50% (P1) sejumlah 38,83. Pembuluh darah baru yang paling banyak terbentuk pada pengamatan hari ke-7 adalah pada perlakuan 75% (P2) sejumlah 41,42. Dari analisis menggunakan uji anava dua jalan didapatkan hasil yaitu sebagai berikut. Pada pengaruh perlakuan terhadap proses penyembuhan luka dengan indikator jumlah pembentukan pembuluh darah didapatkan hasil dengan nilai 0,716. Nilai ini lebih besar dari α (0,05), sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antar kelompok perlakuan. Pengaruh lama waktu pengamatan pada pemberian getah jarak pagar pada proses penyembuhan luka dengan indikator jumlah pembuluh darah, yaitu didapatkan nilai 0,462. Nilai ini lebih besar dari α (0,05) sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan rentang waktu pengamatan terhadap jumlah pembentukan pembuluh darah.

Re-epitelisasi

Indikator lain yang digunakan peneliti untuk mengetahui pengaruh getah jarak pagar terhadap proses penyembuhan luka adalah re-epitelisasi atau pembentukan jaringan epidermis baru. Jaringan epidermis berfungsi sebagai penghalang antara lingkungan luar dan dalam jaringan, sehingga keberadaannya sangat memberikan pengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Pada pengamatan proses penyembuhan luka oleh getah jarak pagar dengan indikator re- epitelisasi ini dilihat dari rerata ketebalan epidermis baru yang terbentuk pada setiap kelompok perlakuan dan rentang waktu pengamatan. Data dianalisis dengan statistik deskriptip dan statistik inferensial. Tabel 4 dibawah ini menunjukan perbedaan rerata ketebalan epidermis pada masing-masing kelompok perlakuan.

Tabel 4 Rerata Re-epitelisasi Pada Proses Penyembuhan Luka

Kelompok Perlakuan

Waktu Pengamatan Hari ke-4 Hari ke-7 K ontrol 54,56a 72,42a K onsentrasi 50% 56,22a 69,7a K onsentrasi 75% 54,72a 65,24a K onsentrasi 100% 51,77a 61,07a

178

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

Rerata ketebalan epidermis yang paling besar pada hari ke-4 adalah pada perlakuan dengan konsentrasi 50% (P1) sebesar 56,22 µm. Ketebalan epidermis yang paling besar pada pengamatan hari ke-7 adalah pada perlakuan kontrol (P0) sejumlah 72,42 µm. Dari analisis menggunakan uji anava dua jalan didapatkan hasil yaitu sebagai berikut. Pada pengaruh perlakuan terhadap proses penyembuhan luka dengan indikator ketebalan epidermis didapatkan hasil dengan nilai 0,663. Nilai ini lebih besar dari α (0,05), sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antar kelompok perlakuan. Pengaruh hari pengamatan pada pemberian getah jarak pagar pada proses penyembuhan luka dengan indikator ketebalan epidermis didapatkan nilai

0,010. Nilai ini lebih kecil dari α (0,05) sehingga ada pengaruh yang signifikan hari pengamatan

terhadap rerata ketebalan epidermis.

PEMBAHASAN

Proses penyembuhan luka bukan merupakan proses yang linear sederhana, tetapi merupakan suatu proses yang kompleks namun sistemik dan melibatkan interaksi berbagai jenis sel dan mediator-mediator biokimia (Julica, 2009). Proses penyembuhan luka tidak terbatas pada proses-proses regenerasi lokal tapi merupakan kondisi keseluruhan yang melibatkan faktor-faktor endogen dan eksogen, salah satunya adalah pengobatan (Esimone dkk, 2008). Pada penelitian ini, getah jarak pagar memicu adanya interaksi berbagai jenis sel dan mediator- mediator biokimia sehingga mempercepat penyembuhan luka, yang dapat dilihat dengan munculnya faktor-faktor yang terdapat pada proses penyembuhan luka, diantaranya adalah fibroblas, pembuluh darah baru dan re-epitelisasi.

Fibroblas

Pada hasil penelitian ini, didapat jumlah rerata fibroblas pada kelompok perlakuan dengan menggunakan getah jarak pagar lebih banyak dan berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol melalui pengamatan pada hari ke-4 dan hari ke-7. Jumlah fibroblas yang lebih banyak, mengindikasikan jaringan yang lebih padat, karena fibroblas mensintesis serat-serat kolagen, retikulin, elastin, glikosaminoglikan, dan glikoprotein dari substansi interseluler yang merupakan bahan pembentukan jaringan baru (Junqueira dkk, 1995). Kepadatan jaringan ikat yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan getah jarak pagar dibandingkan dengan kelompok kontrol, menunjukan bahwa penyusutan luas luka lebih cepat terjadi pada kelompok perlakuan menggunakan getah jarak pagar baik pada pengamatan hari ke- 4 maupun pada pengamatan hari ke-7, ini dikarenakan semakin banyaknya jaringan ikat pada luka maka sisi luka akan tertarik dan menyebabkan luka menjadi lebih kecil (Prasetyo, 2010).

179

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

Penelitian menunjukan bahwa getah jarak pagar dapat mempercepat proses pembekuan darah tetapi juga sebaliknya tidak dapat membekukan darah pada konsentrasi getah jarak pagar yang tinggi (Osoniyi & Onajobi, 2003). Sehingga, pada konsentrasi getah jarak yang tepat, darah yang lebih cepat membeku ini menyebabkan kondisi jaringan lebih cepat stabil untuk mengalami perbaikan, termasuk pembentukan growth faktor. Peningkatan jumlah fibroblas ini terjadi karena sesuainya lingkungan jaringan yang dibutuhkan untuk pembentukan basic fibroblast growth factor (BFGF) yang merupakan komponen pembentukan dan pertumbuhan fibroblas. Khususnya pada konsentrasi 50% dimana pada konsentrasi ini ditemukan jumlah fibroblas yang paling banyak. Namun, pada kelompok perlakuan getah jarak pagar konsentrasi 100% tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena pada kondisi getah jarak yang terlalu pekat akan merusak dan menghambat pembentukan dari basic fibroblast growth factor (BFGF).

Selain itu, kandungan saponin pada getah jarak pagar disebutkan juga dapat merangsang pembentukan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo, 2010). Kandungan getah jarak pagar lainnya yang cukup bermanfaat untuk pertumbuhan fibroblas ini adalah flavonoid. Seperti yang pernah diteliti oleh Taqwim dkk (2009) yang menyatakan bahwa propolis lebah memiliki kandungan flavonoid yang tinggi yang dapat meningkatkan proses mitosis, interaksi sel serta adhesi molekul yang sangat berperan pada fase proliferasi sel yang mempercepat proses penyembuhan luka.

Faktor yang berpengaruh juga adalah, adanya kandungan curcain yaitu suatu enzim protease pada getah jarak pagar. Barr (2010) menjelaskan bahwa keseimbangan antara aktivitas protein degradasi (protease) dengan aktivitas selular lainnya sangat berpengaruh dalam penambahan dan pembentukan komponen-komponen protein dari jaringan granulasi dimana salah satu komponen jaringan granulasi tersebut adalah fibroblas. Hal ini juga dipertegas seperti yang dilaporkan oleh Nath & Dutta (1997) dan Villegas dkk (1997) yang menyatakan bahwa suatu enzim proteolitik pada getah jarak pagar mempunyai aktivitas menyembuhkan luka yang baik.

Neokapilerisasi

Indikator lain yang diamati dalam penelitian ini yang juga berpengaruh pada proses penyembuhan luka adalah neokapilerisasi. Neokapilerisasi merupakan proses pembentukan pembuluh darah baru, berupa tunas-tunas yang akan berkembang menjadi percabangan baru pada jaringan luka. Neokapilerisasi akan saling beranastomosis dan membentuk jaringan sirkulasi darah yang padat pada jaringan luka. Pembuluh darah memiliki peranan penting dalam perbaikan jaringan untuk memberi asupan nutrisi bagi jaringan yang sedang beregenerasi. Pembuluh darah juga menghantarkan stem cell yang dibentuk di dalam sum-sum tulang untuk

180

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

mendekati jaringan yang terluka hingga stem cell tersebut melakukan emigrasi (Singer dan Clark, 1999). Dengan demikian, ada hubungan antara pembuluh darah baru yang terbentuk dengan jumlah fibroblas dan kecepatan re-epitelisasi. Neokapilerisasi merupakan suatu tahapan yang sangat berperan dalam proses penyembuhan luka.

Hasil pengamatan terhadap jumlah pembuluh darah baru menunjukan bahwa pada kelompok perlakuan terutama pada kelompok perlakuan 50% (P1) dan 75% (P2) baik dari pengamatan pada hari ke-4 dan pada hari ke-7 lebih tinggi dari pada pada kontrol (P0). Walaupun setelah diuji dengan statistik inferensial melalui uji anava dua jalan hal ini tidak menunjukan perbedaan yang nyata baik dari perlakuan maupun terhadap hari pengamatan.

Philip dalam Taqwim (2009) menyebutkan bahwa flavonoid mampu mengatur fungsi sel dengan cara merangsang produksi Transforming Growth Factor-β (TGF-β) yang dapat meningkatkan migrasi dan proliferasi fibroblas di daerah bekas luka dan menginduksi Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang berperan dalam pembentukan pembuluh darah baru. Dalam hal ini flavonoid yang terkandung dalam getah jarak pagar berperan sebagai promotor pembentukan pembuluh darah baru. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian dimana pada pengamatan hari ke-4 jumlah pembuluh darah pada kelompok perlakuan sudah lebih banyak dari pada kontrol.Semakin banyak pembuluh darah baru, maka semakin cepat proses penyembuhan luka. Setelah pembuluh darah baru mencukupi untuk proses penyembuhan luka, faktor angiogenik akan dihambat oleh Macrophage Inhibitory Factor.

Barr (2010) menyatakan bahwa enzim-enzim protease dalam hal ini curcain adalah suatu famili dari enzim proteolitik yang mempunyai peran penting dalam setiap tahapan fisiologis dari penyembuhan luka pada level seluler. Protease diasosiasikan dengan tahap awal inflammatori dari penyembuhan luka melalui beberapa jalan. Selama angiogenesis, protease diekspresikan pada saat pertumbuhan ujung dari pembuluh darah untuk memfasilitasi invasi pembuluh.

Re-epitelisasi

Selain melihat jumlah fibroblas dan neokapilerisasi, untuk mengetahui pengaruh getah jarak pagar terhadap proses penyembuhan luka, peneliti juga melihat dari ketebalan epidermis atau dikenal juga dengan istilah re-epitelisasi. Re-epitelisasi merupakan tahapan perbaikan luka yang meliputi mobilisasi, migrasi, mitosis, dan diferensiasi sel epitel. Tahapan-tahapan ini akan mengembalikan integritas kulit yang hilang. Re-epitelisasi dimulai 4 jam setelah jaringan terluka dan selanjutnya sel epidermal akan berproliferasi dan bermigrasi pada hari pertama dan kedua setelah terluka (Singer & Clark, 1999).

181

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

Berdasarkan hasil uji anava diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan antara ketebalan epidermis pada pengamatan hari ke-4 dan hari ke-7. Namun, uji ini juga menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan ketebalan epidermis terhadap variabael kelompok perlakuan. Walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan dengan kontrol, jika dilihat dari rata-rata ketebalan epidermis kelompok perlakuan getah jarak pagar pada pengamatan ke-4 tetap lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini membuktikan pada hari ke-4 proses penyembuhan luka pada kelompok perlakuan getah jarak pagar lebih cepat. Epidermis yang lebih tebal pada perlakuan getah jarak pagar hari ke-4 khususnya pada konsentrasi 50% ada hubungannya dengan jumlah fibroblas yang lebih banyak, dimana fibroblas akan mensekresikan Keratinocyte Growth Factor (KGF) yang menstimulasi proliferasi dan migrasi sel-sel epitel. Prasetyo (2010) menyatakan penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh re-epitelisasi, karena semakin cepat proses re-epitelisasi semakin cepat pula luka tertutup sehingga semakin cepat penyembuhan luka. Namun berbeda pada pengamatan hari ke-7 dimana kelompok kontrol mempunyai epidermis yang lebih tebal dari pada kelompok perlakuan walaupun perbedaannya tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena pada kelompok perlakuan terutama pada konsentrasi getah jarak pagar yang tinggi, jaringan kulit yang paling luar mengalami kerusakan atau dikenal dengan istilah nekrosis. Jaringan nekrotik ini akan terlepas jika epidermis sudah cukup tebal. Sehingga sebelum jaringan nekrotik ini terlepas akan menggangu kelembaban dan suplai oksigen di daerah daerah luka. Adanya jaringan nekrotik dan krusta yang berlebihan ditempat luka dapat memperlambat migrasi sel-sel epitel (Morison, 1992). Dengan demikian pada pengamatan hari ke-7 ketebalan epidermis pada kelompok perlakuan getah jarak pagar lebih tipis dibandingkan pada kelompok kontrol khususnya pada perlakuan dengan konsentrasi getah jarak pagar 100%.

Seluruh zat aktif yang terkandung di dalam getah jarak pagar seperti saponin, flavonoid, curcain dan lain-lain, bekerja secara sinergis pada proses penyembuhan luka. Satu zat aktif, juga dapat mempengaruhi lebih dari satu faktor penyembuhan luka dan antar zat aktif dapat saling berinteraksi dalam melakukan proses-proses tertentu. Dengan demikian potensi getah jarak pagar pada proses penyembuhan luka harus dilihat secara holistik tanpa mengabaikan prinsip sinergis yang terjadi di alam.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian pemberian getah jarak pagar pada jaringan kulit mencit yang terluka dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. (1) Ada pengaruh signifikan pemberian getah jarak pagar terhadap proses penyembuhan luka pada

182

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

mencit dengan diperlihatkan meningkatnya jumlah sel fibroblas. (2) Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan pemberian getah jarak pagar terhadap neokapilerisasi atau jumlah pembuluh darah baru yang terbentuk terhadap variabel lama hari pengamatan dan variabel kelompok perlakuan. (3) Ada pengaruh yang signifikan pemberian getah jarak pagar terhadap ketebalan epidermis pada jaringan yang luka dari variabel lama hari pengamatan. Namun, tidak memberikan pengaruh yang signifkan terhadap variabel perlakuan.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meneruskan penelitian pengaruh pemberian getah jarak pagar terhadap proses penyembuhan luka ini yaitu. (1) Mengetahui pengaruh getah jarak pagar terhadap ketiga indikator diatas dengan varibel waktu pengamatan yang lebih lama.(2) Mengetahui pengaruh getah jarak pagar terhadap jumlah sel neotrofil dan makrophage. (3) Mengetahui pengaruh getah jarak pagar terhadap konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40%.

DAFTAR PUSTAKA

Barr, Jane Ellen. 2010. Proteases and the Chronic Wound. America: VNAA. (online) http://www.vnaa.org/vnaa/g/?h=html/wound_center_aug. Diakses 29 September 2011. Esimone CO, Nworu CS & Jaackson CL. 2008. Cutanous Wound Healing Activity of A Herbal

Ointment Containing The Leaf Extract of Jathropha curcas L. (Euphorbiaceae). International Journal of Applied Research in Natural Products. 1(4): 1-4.

Osiniyi, O & Onajobi, F. 2003. Coagulant and Anticoagulant Activity in Jathropa curcas Latex. Journal of Ethnopharmacology. 89(1): 101-105.

Oyi, A.R., Onaolapo J.A., Haruna A.K dan Morah C.O. 2007. Antimicrobial Screening and Stability Studies of The Crude Extract of Jathropa curcas Linn Latex (Euphorbiaceae). Nigerian Journal of Pharmaceutical Sciences. 6(2): 14-20.

Igbinosa, O. O, dkk. 2009. Antimikrobial Activity and Phytochemical Screening of Stem Bark Extracts From Jatropha crcas (Linn). African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(2): 058-062.

Info Tek Jarak Pagar. 2007. Pemanfaatan Jarak Pagar (Jatropha cucas) Sebagai Tanaman Obat. Jurnal Infotek Jarak Pagar (Jatropha cucas), 2(9): 33-35.

Julica, M.P. 2009. Pengamatan Kepadatan Serabut Kolagen pada Proses Penyembuhan Luka Gingiva Tikus Spraque dawley.http://mawarputrijulica.wordpress.com/2009/10/21/ pengamatan-kepadatan -serabut-kolagen/html. Online (Diakses 30 September 2011).

183

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

Junqueira, L.C., Jose, C., and Robert, O.K. 1995. Histologi Dasar. Terjemahan Jan Tambayong. 1998. Jakarta: EGC.

Kumar, A & Satyawati.S. 2008. An Evaluation of multipurpose Oil Seed Crop for Industrial Uses (Jathropa curcas L.): A Review. J. Elsevier. 5087:1-10.

Levens, M., Vandan-Berghe, D.A. Marten., J., Vihen T and Lomiveas., E.C. (1979). Screening of higher plants for biological activity. Planta Medica. 36:311-312.

Morison, M. J. 1992. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

Nath, L.K & Dutta, S.K. 1997. Wound Healing Responses of The Proteolytic enzyme curcain. Indian Journal Pharmacol. 24:114-115.

Parekh, J & Chandra S. 2007. In Vitro Antibacterial Activity of Crude Methanol Extract Woodfordia fruticosa Kurz Flower (Lythacease). Journal Microbiol. 38:2.

Prasetyo, B. F, dkk. 2010. Aktifitas sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit. Jurnal Veteriner, 11(2): 70-73.

Singer, A.J & Clark, R.A.F. 1999. Cutaneus Wound Healing. England Medicine. 341(10): 138- 154.

Taqwim, A., Nur, I.S., Astri, T.R. 2009. Angiogensesis pada Proses Penyembuhan Luka Insisi Flap Gingiva Setelah Pemberian Ekstrak Propolis Lebah Per Oral. (Online) http://nurilahaini. multiply.com/journal/item/16/ angiogensis .html. (Diakses 30 November 2011)

Thomas, O.O. 1989. Re-examination of the Antimicrobial Activities of Xylopia aethiopica, Carica papaya, Ocimum gratissimum and Jatropha curcas. Fitoterapia,60:147-155. Villegas, L.F., Fernandez, I.D., Maldonado, H., Torres, R., Zavaleta, A., Vaisberg, A.j.,

Hammond, G.B. 1997. Evaluation of the Wound-Healing Activity of selected Tradicional Medicinal Plants From Peru. J. Ethnopharmacol. 55: 193-200.

Wijayakusuma. 1998. Pisang berkhasiat obat Indonesia, Manfaat dan Penggunaannya rempah, Rimpang, dan Umbi. Jakarta: Milenia Populer.

184

SEMINAR NASIONAL MIPA DAN PMIPA I 31 Maret 2013 FKIP UNIVERSITAS JEMBER

MENGENAL TRICHOMONAS VAGINALIS DAN HUBUNGANNYA

Dalam dokumen Karaketeristik Perangkat Pemb elajaran Gu (Halaman 189-198)