• Tidak ada hasil yang ditemukan

(%) 1 Jenis Kelamin

5.2 Hasil Penelitian

Langkah penting dalam suatu penelitian adalah menentukan variabel penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Dalam penelitian ini digunakan 5 variabel terhadap konsep CBT UNEP dan WTO (2005), Hatton (1999), SNV (2005), dan Suansri (2003) yaitu: variabel ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan politik. Hasil jawaban dari responden terhadap setiap konsep CBT akan diberikan nilai dan selanjutnya dideskriptifkan. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 100 orang responden yang dianggap dapat mewakili seluruh masyarakat di kota Tapaktuan. Untuk nilai 0 artinya jawaban responden tidak sesuai dengan konsep pengembangan CBT dan untuk nilai 1 artinya jawaban responden sesuai dengan konsep CBT.

Hasil dari pemberian nilai untuk setiap responden per-variabel diobyek wisata di kota Tapaktuan yang terdiri dari obyek wisata Gunung Lampu Tuan Tapa, Air Terjun Tingkat Tujuh, Pantai Rindu Alam, Pantai Pasir Putih dan Ie Sejuk dapat dilihat pada Tabel 5.5,5.6, 5.7, 5.8, dan 5.9.

Selain konsep CBT juga didukung dengan konsep Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang dilakukan dengan pengamatan langsung tentang kondisi fisik dari masing-masing objek wisata.

5.2.1. Analisis CBT berdasarkan dimensi ekonomi

Variabel ekonomi terdiri dari 3 indikator, kemudian setiap indikator diberikan penilaian, seperti pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Persepsi Responden Tentang Variabel Ekonomi

Indikator Kriteria Pertanyaan ke

Responden Skor Gunung Lampu Tuan Tapa Air Terjun Tingkat Tujuh Pantai Rindu ALam Panta i Pasir Putih Ie Sejuk Adanya dana untuk pengemban gan wisata berbasis masyarakat ‐ Tidak tersedianya sumber dana untuk pembangunan berbasis masyarakat ‐ Tersedianya

sumber dana untuk pembangunan berbasis masyarakat Apakah tersedianya dana untuk pembangunan berbasis masyarakat ? 60 70 75 85 65 Terciptanya lapangan pekerjaan ‐ Tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan ‐ Mampu menciptakan/memb uka peluang ‐ lapangan pekerjaan Apakah obyek wisata ini menciptakan/me mbuka peluang lapangan pekerjaan? 50 80 85 90 60

Tabel 5.2. (Lanjutan)

Indikator Kriteria Pertanyaan ke

Responden Skor Gunung Lampu Tuan Tapa Air Terjun Tingkat Tujuh Pantai Rindu ALam Pantai Pasir Putih Ie Sejuk Timbulnya pendapatan masyarakat lokal ‐ Tidak mampu mendatangkan pendapatan bagi masyarakat lokal ‐ Mampu mendatangkan pendapatan bagi masyarakat lokal Apakah pendapatan masyarakat lokal meningkat dengan adanya obyek wisata ini? 55 70 80 90 62 Jumlah 165 220 240 265 187

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa obyek wisata yang mempunyai skor paling tinggi untuk variabel dimensi ekonomi adalah obyek wisata Pantai Pasir Putih dengan total skor 265. Indikator dimensi ekonomi terdiri dari adanya dana untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat diperoleh skor 85, terciptanya lapangan kerja dengan skor 90 serta adanya peningkatan pendapatan masyarakat dengan skor 90.

Gambar 5.1 Persepsi Responden CBT dengan Variabel Ekonomi

5.2.1.1 Analisis hubungan dimensi ekonomi dengan atraksi

Hubungan dimensi ekonomi dengan atraksi sering sekali tidak dianggap penting, padahal kalau keduanya dihubungkan akan menghasilkan satu masukkan atau rekomendasi yang baik. Adapaun hubungan dimensi ekonomi dengan atraksi di masing-masing objek wisata sebagai berikut:

1. Pantai Pasir Putih

Masing-masing obyek wisata mempunyai keunikan masing-masing yang menyebabkan masyarakat tertarik untuk mengunjunginya. Semakin meningkatnya wisatawan mengunjungi tempat wisata karena keunikkan atraksi yang ditawarkan maka makin meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar objek wisata. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan,

“.... Obyek wisata Gunung Lampu Tuan Tapa memiliki keunikan dari segi sejarah, hal ini disebabkan adanya kepercayaan dari sebagian masyarakat di sekitar lokasi obyek wisata ini tentang legenda hidup Tuan Tapa. Kemudian obyek wisata Air Terjun Tingkat Tujuh memiliki keunikan bentukan alam yang sangat khas yaitu adanya kolam-kolam dengan ketinggian 6 hingga 10 meter dengan jumlah mencapai tujuh tingkatan. Sedangkan Pantai Rindu Alam memiliki keunikan dari segi pemandangan alam pantainya yang indah dan sangat elok. Pantai Pasir Putih memiliki keunikan yaitu laut biru yang membentang luas yang berbatasn langsung dengan samudera hindia, serta jajaran pasir putih yang panjang dan di tambah lagi dengan banyaknya atraksi yang bisa di manfaatkan, hali inilah kenapa Pasir putih sangat diminati sebgai tempat objek wisata. Dengan adanya keunikan ini tentunya akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi wilayah in, dengan banyaknya pengunung yang datang maka secara otomatis pendapatan masyarakat juga meningkat...”.

Salah satu pelaku bisnis disekitar objek wisata juga berpendapat bahwa: “... semakin tinggi pengunjung, semakin banyak keuntungan yang kami dapat, dikarenakan pengunjung akan meghabiskan sebagian uang mereka dengan membeli souvenir, dan bersantap di rumah makan yang di kelola oleh masyarakat sekitar...”

Hal ini sesuai dengan pendapatSuwantoro (2004) yang menyatakan bahwa obyek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik

dalam kegiatan alam maupun setelah pembudidayaan. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dengan banyaknya kehadiran wisatawan tentunya akan mengakibatkan semakin baiknya perekonomian masyarakat.

Sementara itu Yaman & Mohd (2004) menggaris bawahi kunci pengaturan pembangunan pariwisata dengan pendekatan CBT yaitu: pembagian keuntungan yang adil. Tidak hanya berkaitan dengan keuntungan langsung yang diterima masyarakat yang memiliki usaha disektor pariwisata tetapi juga keuntungan tidak langsung yang dapat dinikmati masyarakat yang tidak memilki usaha. Keuntungan tidak langsung dari kegiatan pengembangan wisata jauh lebih luas antara lain berupa proyek pembangunan yang bisa dibiayai dari hasil penerimaan pariwisata.

2. Gunung Lampu Tuan Tapa

Atraksi yang dapat kita jumpai pada objek wisata Gunung Lampu Tuan Tapa adalah peninggalan sejarah atau legenda dari sang Tuan Tapa yaitu Tapak Kaki Tuan Tapa, atraksi wisata yang ditawarkan menjadi tujuan utama bagi wisatawan yang datang berkunjung di Tapaktuan, seperti yang disampaikkan oleh kepala Dinas Pariwisata Tapaktuan.

” ..banyak pengunjung dari luar kota hal pertama yang mereka cari adalah dimana letak telapak kaki tuan tapa yang menjadi peninggalan legenda kota Tapaktuan, yang juga menjadi identitas kota naga ini..”.

Dalam kaitannya dengan dimensi ekonomi jelas sangat berkaitan bahwa atraksi yang ditawarkan memberikan dampak yang postif bagi perekonomian daerah sekitar objek wisata, bisa kita lihat dari adanya pedagang kaki lima yang berjualan disekitar objek. Akan tetapi jika dibandingan dengan Pantai Pasir Putih dimensi ekonomi diobjek wisata ini sangat rendah yaitu dengan skor 165, hal ini disebabkan oleh kurangnya penduduk yang tinggal di daerah ini, karena letak objek wisata ini berada dipinggir laut. Sehingga tingkat ekonomi di wilayah ini sangat rendah, sebagaimana yang dituturkan oleh pedagang kaki lima di sekitar objek wisata:

“... kalau lagi banyak pengunjung yang melihat objek wisata ini, dagangan saya sering habis, tetapi kalau lagi sepi pengunuung saya bahkan sampai tidak berjualan karena takut nantinya tidak ada yang membeli ...”.

3. Air Terjun Tingkat Tujuh

Atraksi yang bisa kita temui diobjek wisata ini adalah air terjun yang memiliki tujuh tingkat. Atrasksi ini sangat menarik karena air terjun ini memiliki cerita yang berhubungan dengan legenda Tapaktuan, yaitu tempat mandinya Putri Tuan Tapa. Dikaitkan dengan dimensi ekonomi objek wisata ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan objek wisata Gunung Lampu Tuan Tapa yakni memiliki skor sebesar 220.

Ekonomi masyarakat disekitar objek wisata ini bertambah ketika banyaknya pengunjung yang datang untuk berwisata diobjek wisata ini. Banyak pedagang kaki lima yang habis dagangannya dan banyak pula

warung-warung kecil yang tumbuh karena adanya objek wisata ini. Ini sejalan dengan yang dikatakan oleh kepala desa di daerah ini:

“... sudah banyak warga setempat berinisiatif untuk membuka usaha kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yaitu dengan berjualan dan membuka warung kopi, hal ini sangat bagus untuk meningkatkan perokonomian masyarakat setempat... “.

4. Pantai Rindu Alam

Hubungan dimensi ekonomi dengan atraksi juga dapat kita lihat pada objek wisata Pantai Rindu Alam. Dimana atraksi yang ditawarkan adalah berupa pantai dengan laut yang jernih, dimana para pengunjung dapat mandi, snorkling, bahkan hanya sekedar menikmati pemandangan laut saja. Dengan atraksi yang ditawarkan tersebut salah satu masyarakat disekitar objek wisata tersebut membangun sebuah cafe yang sangat terkenal di Tapaktuan yaitu Cafe Rindu Alam.

Dengan adanya cafe ini dan didukung dengan atraksi yang ditawarkan bagi pengunjung memberikan dampak ekonomi yang sangat besar bagi pemilik cafe, omset bulanan yang di dapat sangat besar.

Tetapi pada objek wisata ini tidak semua masyrakat sekitar yang mendapat dampak dari adanya objek ini terutama dampak dari segi ekonomi. Itu sebabnya objek wisata ini hanya memiliki skor 240 yang sudah pasti dibawah dari objek wisata Pantai Pantai Pasir Putih. seperti yang dikatakan oleh pelaku bisnis diobjek wisata ini:

“... sejak saya membuka cafe di daerah objek wisata ini, ekonomi saya meningkat pesat. Dari yang hanya beberapa pondok lesehan yang saya

buat, sekarang sudah kurang lebih 20 pondok lesehan, karena tingkat pengunjung yang tiap harinya datang ke objek wisata ini. Tapi sayangnya tanah yang ada di sekitar objek wisata ini milik perorangan sehingga masyarakat yang tidak memiliki tanah disini sudah pasti tidak bisa membangun usaha di sekitar objek wisata ini...”.

5. Ie Sejuk

Objek wisata Ie Sejuk ini memiliki atraksi berupa kolam renang yang airnya berasal dari air mata air pegunungan, sehingga air kolam di Ie Sejuk ini sangat dingin. Dilihat dari dimensi ekonomi yang hubungannya dengan atraksi sudah cukup baik, dimana seperti objek-objek wisata yang lainnya, perekonomian masyarakat lokal dan daerah sekitar meningkat dengan adanya objek wisata ini, karena tingkat pengunjung yang ramai.

Dimensi ekonomi diobjek wisata ini mendapakan skor 187 yang berarti jauh dibawah objek wisata Pantai Pasir Putih dan Pantai Rindu Alam, hal ini dikarenakan oleh lokasi objek wisata ini agak jauh dari kota Tapaktuan, serta ekonomi masyrakat disekitar objek wisata ini tergolong menengah ke bawah, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membuka usaha.

Hanya sebagian masyrakat yang memiliki pendapatan menengah yang membuka usaha kecil-kecilan disekitar objek wisata ini. Sehingga ekonomi masyarakat di daerah ini masih sangat rendah.

5.2.1.2 Analisis hubungan dimensi ekonomi dengan aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan faktor yang mempermudah pengunjung untuk bepergian dari tempat tinggal pengunjung ke lokasi obyek wisata yang akan

dikunjunginya. Faktor tersebut sangat penting dalam mendorong potensi pasar suatu obyek. Aksesibilitas membahas tentang jarak, kondisi jalan, dan waktu tempuh dari pusat kota.

Melihat dari dekat fisik ketersediaan infrastruktur jalan diberbagai obyek wisata di kota Tapaktuan kondisi jalannya sudah tersedia aspal hot mixed sehingga kelancaran arus lalu lintas kendaraan berbagai tipe relatif lancar.

Kondisi jalan utama yang menuju akses masuk ke obyek wisata pantai ini dibenarkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan:

“… kondisi jalan utama menuju ke obyek wisata sudah bagus dan di hot mix yang dibiayai oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, dengan tujuan untuk memperlancar arus lalu lintas ke dan dari obyek wisata. Obyek wisata Air Terjun Tingkat Tujuh mempunyai jarak tempuh sekitar 5 Km dari ota Tapaktuan, Pantai Rindu Alam hanya berjarak 1 Km, Sedangkan Pantai Pasir Putih berjarak 16 Km, selain itu di sekitar obyek wisata banyak ditemukan warung makan, penginapan dan toko-toko souvenir. Hal ini diharapkan dapat terus meningkat sehingga memperbaiki perekonomian masyarakat. Selain itu dari segi pelaku usaha juga menunjukkan perkembangan yang cukup pesat sehingga mampu menyerap tenaga kerja...”.

1. Pantai Pasir Putih

Dari segi jarak tempuh, obyek wisata Pantai Pasir Putih memiliki jarak tempuh yang jauh, yaitu sekitar 16 Km dari pusat kota Tapaktuan, namun jarak tempuh yang jauh ini tidak menyulitkan wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata ini, dikarenakan kondisi jalannya sudah sangat lebar sehingga dapat ditempuh dengan berbagai kendaraan.

Hal ini dibenarkan Kepala Desa Batee Tunggai tempat dimana obyek wisata Pantai Pasir Putih ini berada.

“ ...kondisi jalan yang lebar dan lalu lintas yang ramai disertai dengan pemandangan alam yang cukup indah menjadikan obyek wisata Pantai Pasir Putih menjadi pilihan bagi yang sangat menarik bagi wisatawan, sehingga dapat dilihat bahwa jumlah pengunjung yang mengunjungi obyek wisata ini selalu bertambah setiap tahunnya...”.

Hubungan dimensi ekonomi dengan aksesibilitas tampak jelas pada objek wisata ini, apabila tingkat ekonomi daerah objek wisata meningkat dengan adanya objek wisata ini maka akan memberikkan dampak yang baik pula untuk akesibilitas, karena tumbuhnya kesadaran dari masyarakat setempat dan dari pemerintah untuk mengembangakan transportasi yang layak pada objek wisata ini seperti pengaspalan jalan, pelebaran jalan, sehingga mempermudah akses menuju lokasi objek wisata ini

2. Gunung lampu Tuan Tapa

Akses menuju objek wisata ini masih dalam kategori rendah, meskipun jalan utama menuju ke puncak gunung sudah dalam kondisi aspal, namun jalan setapak menuju ke Tapak Kaki Tuan Tapa masih dalam kondisi bebatuan dan terjal. Sehingga hal ini yang menyebabkan para pengunjung khususnya wisatawan lokal berpikir lebih untuk dapat mengunjungi peninggalan legenda yang sekaligus identitas kota Tapaktuan. Seperti yang disampaikkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Selatan: “.... banyak pengunjung khususnya dari dalam kota sendiri, sedikit merasa khawatir untuk mengunjungi tapak kaki ini, karena kondisi jalan yang masih alami, dari pihak dinas sendiri sudah mengupayakan untuk

membuat jalan ke tapak menjadi layak dan aman untuk dijalani, karena melihat kondisi lokasi dimana berada pada pinggir bukit yang susah untuk dilakukan pengaspalan, namun untuk akses jalan besar sudah dalam kondisi aspal...”.

Tampak jelas bahwa sedikitnya pengunjung, sehingga perekonomian di sekitar objek tidak mengalami peningkatan, sehingga dari dinas terkait tidak menjadikan objek wisata ini sebagai objek wisata yang utama untuk diperbaikki terutama dari segi aksesibilitas.

3. Air Terjun Tingkat Tujuh

Banyaknya pengunjung pada hari-hari libur kerja khususnya diobjek wisata ini, dilirik oleh pihak Dinas Pariwisata dan Dinas Pekerjaan Umum untuk bekerjasama mengembangkan objek wisata ini, terlihat dari tahun 2013 dibuka jalan baru menuju lokasi objek wisata ini yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung, hanya saja jalan baru tersebut masih dalam kondisi sirtu (pasir batu) belum dilakukan pengaspalan.

Tingkat pengunjung yang meningkat memberikan dampak perekonomian yang meningkat pula bagi masyarakat lokal yang memiliki usaha disekitar objek wisata, dan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat lokal, misalnya dengan adanya perparkiran yang dikelola sendiri oleh masyarakat setempat. Hal ini dibenarkan oleh kepala desa di desa objek wisata ini: “.... anemo masyarakat disini sangat tinggi akan kegiatan pariwisata, karena kami selaku warga dapat merasakan manfaat dan keuntungan dari kegiatan ini, salah satunya bisa memnbuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang tidak memeiliki penkerjaan, seperti menjadi tukang parkir, membuka warung, dan lain-lain...”.

4. Pantai Rindu Alam

Berbeda dengan objek wisata Gunung Lampu Tuan Tapa, Air Terjun Tingkat Tujuh, dan Ie Sejuk yang objek wisata tersebut yang tidak berada pada pinggir jalan utama, dan memerlukan waktu lebih untuk bisa sampai ke lokasi, sedangkan objek wisata ini tepat berada pada pinggir jalan utama kota sehingga sangat mudah untuk didatangi, kondisi jalan sudah dalam kondisi aspal.

Akses jalan ini juga didukung oleh perekonomian masyarakat sekitar yang mayoritas sudah dalam kategori menengah ke atas, jadi tak heran kalau objek wisata ini lebih sering didatangi oleh masyarakat sekitar untuk menyantap makanan bahkan hanya sekedar minum kelapa muda sambil menikmati pemandangan laut yang indah. Seperti yang disampaikkan oleh pemilik Cafe Rindu Alam:

“... mayoritas yang berkujung ke cafe kami adalah masyarakat sekitar objek wisata, untuk makan siang atau makan malam atau hanya sekedar menikmati es kelapa muda di sore hari sambil menuggu matahari terbenam...”.

5. Ie Seujuk

Hubungan dimensi ekonomi dengan aksesibilitas juga dirasakan diobjek wisata ini, diamana dulunya objek wisata ini tidak dikenal khususnya oleh masyarakat diluar desa Panjupian ini, sehingga dulunya akses ke objek wisata ini masih belum bagus, masih dalam kondisi bebatuan, namun beberapa tahun terakhir semenjak objek wisata ini sudah banyak dikenal

oleh masyarakat khususnya kota Tapaktuan dan sekarang terkenal hingga kecamatan lainnya, banyak sekali perubahan yang dirasakan. Mulai dari akses jalan sudah mulai baik dalam kondisi aspal, pendapatan penduduk meningkat karena terbukanya lapangan pekerjaan dari kegiatan wisata ini dan masyarakat lokal yang solid sehingga bekerjasama untuk mengembangkan objek wisata di daerah mereka. Sebagaimana yang disampaikkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Selatan: “... kami sedang gencarnya untuk melakukan pembangunan fasilitas pendukung diobjek wisata ini, yang sedang dalam proses yaitu pembangunan waterboom di sekitar objek wisata ini karena kami melihat selain jumlah pengunjung yang tinggi kualitas air sangat baik karena berasal dari mata air pegunungan, untuk aksesibilitas yakni jalan sudah sangat baik dan dapat memudahkan pengunjung untuk berwisat ke objek wisata ini...”.

5.2.1.3 Analisis hubungan dimensi ekonomi dengan amenitas

Amenities (fasilitas) berkaitan dengan fasilitas dasar dan fasilitas pendukung yang tersedia disekitar obyek wisata. Wisatawan yang berwisata tentunya mengharapkan adanya pelayanan yang bagus dari segi makanan dan penginapan serta adanya oleh-oleh khas dari tempat wisata yang telah dikunjunginya.

1. Pantai Pasir Puith

Pada objek wisata Pantai Pasir Putih terdapat penginapan berupa losmen dan beberapa rumah makan berkapasitas menengah, dan memiliki toko souvenir yang menjual hasil karya masyarakat yang merupakan ciri khas dari Kota Naga (julukan untuk Tapaktuan).

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kab Aceh Selatan menyatakan bahwa:

“.... di sekitar obyek wisata banyak ditemukan warung makan, penginapan dan toko-toko souvenir. Khusus untuk penginapan, hanya dua obyek wisata yang memilikinya, yaitu obyek wisata Pantai Pasir Putih dan obyek wisata Gunung Lampu Tuan Tapa...”.

Kepala Desa Batee Tunggai menambahkan bahwa:

“.... daerah obyek wisata ini tersedia toko souvenir yang menjual souvenir khas kota Tapaktuan seperti tas, dompet, rencong, serta makanan dan minuman khas seperti manisan pala, sirup pala dan minyak pala. Obyek wisata ini juga memiliki penginapan. Selain itu rumah-rumah makan di daerah ini juga terkenal dapat memanjakan wisatawan dengan adanya menu ikan segar dan lobster..”.

Dengan banyaknya fasilitas pendukung yang ada maka secara otomatis meningkatkan perekonomiaann bagi pelaku usaha disekitar objek wisata tersebut.

2. Gunung Lampu Tuan Tapa

Pada objek wisata ini terlihat sangat jauh berbeda dari segi amenitas dari objek wisata lainnya, disekitar objek wisata ini hanya satu kita temui fasilitas penunjang pariwisata yaitu rumah makan dan beberapa pedagang kaki lima musiman. Tidak terlihat adanya musholla, tempat penjualan souvenir. Sebagaimana yang dikatakan oleh kepala desa di objek wisata ini:

“... tidak banyak masyarakat yang membuka usaha disekitar objek wisata ini, karena pengunjung yang datang tidak bisa kita prediksikan atau bisa dikatakan musiman...”.

Kaitannya dengan dimensi ekonomi, jelas sangat terlihat bahwa kurangnya pengunjung yang datang menjadi faktor utama untuk peningkatan ekonomi masyarakat lokal, masayarakat setempat enggan membuka usaha disekitar objek wisata karena sedikitnya pengunjung yang datang atau wisatawan yang datang pada hari tertentu saja, sehingga bisa kita lihat masyarakat disekitar objek wisata ini lebih banyak membuka usaha dibidang yang lainnya, atau mencari lapangan pekerjaan diluar dari aktifitas pariwisata. 3. Air Terjun Tingkat Tujuh

Objek wisata air terjun tingkat tujuh dibandingkan dengan objek wisata Gunung Lampu Tuan Tapa, masih lebih baik. Pada objek wisata ini masih dapat kita temui beberapa warung kopi disekitar objek wisata dan kita dapat menemukan masyarakat yang membuka usaha dagang di rumah mereka sendiri yang berdekatan dengan objek wisata ini, adanya lahan parkir yang dikelola oleh masyarakat lokal. Tingkat ekonomi masyarakat lokal diobjek wisata ini sudah membaik semenjak adanya kesadaran akan manfaat dari adanya kegiatan pariwisata, dimana mereka bisa membuka usaha, membuka lahan parkir yang nanti keuntungan dari kesemua itu dapat mereka rasakan, sehingga masyarakat lokal kedepannya diharapkan bisa mandiri secara ekonomi.

4. Pantai Rindu Alam

Jenis amenitas yang dapat kita temui diobjek wisata ini tampak sangat berbeda dari, yakni yang kita temui hanya satu cafe yang terkenal dan

menjadi icon dari objek wisata ini yaitu Cafe Rindu Alam, namun dengan luas areal yang cukup luas, fasilitas didalam cafe ini pun terbilang sangat lengkap adanya musholla, MCK, taman bermain, dan tidak jauh dari cafe ini adanya sebuah hotel. Hali ini sangat mendukung bagi kegiatan wisata disekitar objek wisata ini.

Omset yang didapat oleh pemilik cafe ini cukup besar karena selain

Dokumen terkait