• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan pariwisata di Tapaktuan belumlah optimal, banyaknya objek wisata yang potensial terabaikan, tidak subyektif dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan merupakan salah satu faktor kurang berkembangnya objek wisata yang lainnya, masyarakat lokal juga tidak menjadi pertimbangan dalam pengembangan pariwisata. padahal masyarakat lokal sangat berpengaruh dalam perkembangan pariwisata karena keunikkan dan budaya yang ada di masyarakat menjadi salah satu faktor untuk menarik wisatawan. Sehingga masyarakat lokal dapat menikmati dampak dari pariwisata tersebut.

Maka penelitian ini ingin menemukan manakah objek wisata yang memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai objek wisata andalan di kota Tapaktuan yang berbasis masyarakat lokal.

Konsep atau teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Pariwisata dan Comunnity Based Tourism dimana teori ini sangat mendukung penelitian ini. Dengan menggunakan metode campuran (mix methode) diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih signifikan lagi, dan nantinya hasil penelitian ini akan menghasilkan satu objek wisata yang berpotensi yang dilihat dari segi komponen pariwisata dan prinsip-prinsip dari Community Based Tourism sehingga tujuan untuk mendapatkan potensi wisata yang berbasis masyarakat lokal dapat terpenuhi. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 1.1.

Latar Belakang

Melihat dari banyaknya objek wisata di tapaktuan serta masyarakatnya yang memiliki keunikkan dan kebudayaan yang kuat, seharusnya pengembangan pariwisata di tapaktuan terus meningkat. Namun sayangnya, adanya timpang tindih dalam pengembangan pariwisata antara satu objek dengan objek wisata lainnya, sehingga objek wisata yang memiliki potensi tinggi menjadi terabaikkan.

Rumusan Masalah

Manakah objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di antara objek -objek wisata yang ada di Tapaktuan yang berbasis masyarakat lokal?

Kajian Literatur

− Komponen Pariwisata

− Konsep CBT (Community Based Tourism) − Perencanaan Pariwisata

Analisis

− Identifikasi objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata andalan di Tapaktuan sesuai dengan konsep CBT (Community Based Tourism) dan dikaitkan dengan Objek Daya Tarik Wisata (ODTW)

Metode Analisi Data Metode Tabulasi dan Analisis SPSS

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Kajian Literatur

− Pariwisata

− Konsep CBT (Community Based Tourism) − Pembangunan Kota

Metode Penelitian

− Metode Campuran (Mix Methode)

Hasil Analisis

2.1 Pariwisata

Kajian tentang pariwisata belakangan ini sudah dilakukan oleh para peneliti yang mencermati hal-hal yang layak untuk diteliti. Beberapa kajian yang telah dilakukan telah dapat memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah untuk menunjang khasanah kepariwisataan dan keilmuan. Aspek yang diteliti juga mencerminkan hal-hal yang bervariasi atau melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berbagai disiplin ilmu.

Perkataan pariwisata berasal dari bahasa sansekerta dengan rangkaian suku kata “pari” = banyak, ditambah dengan “wis“ = melihat, dan “ata” = tempat. Jadi, pariwisata merupakan terjemahan dari “melihat banyak tempat”. Indonesia pada awalnya mengenal pariwisata dengan mempergunakan bahasa asing yaitu “tourism”. Perubahan istilah ”tourism” menjadi ”pariwisata” dipopulerkan ketika dilangsungkan Musyawarah Nasional (Darmaji, 1992).

Pengertian pariwisata juga dijelaskan oleh beberapa ahli wisata, diantaranya: pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya(WTO, dalam Richardson & Flucker, 2004). Sedangkan menurut Matheison & Wall yang dikutip oleh Chris Cooper 2005 mengatakan bahwa pariwisata adalah perjalanan sementara ke destinasi di luar rumah

dan tempat kerja, aktivitas yang dilakukan selama tinggal di tempat tersebut dengan menggunakan fasilitas yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan turis.

Pariwisata terdiri dari kegiatan orang, bepergian ke dan tinggal di tempat di luar lingkungan biasa mereka selama tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk bersantai, bisnis dan tujuan lain.(UNWTO, 1995, dikutip dari Richardson dan Fluker, 2004). Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan mendefenisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka wantu sementara. Sedangkan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung sebagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Dari beberapa definisi tentang pariwisata, Darmaji berbependapat bahwa dari definisi yang dikemukaan oleh para ahli wisata dapat diambil unsur-unsur dari pariwisata itu sendiri, dan unsur-unsur tersebut adalah adanya kegiatan mengunjungi suatu tempat, bersifat sementara, ada sesuatu yang ingin dilihat dan dinikmati, dilakukan perseorangan atau kelompok, mencari kesenagan, dan adanya fasilitas di tempat wisata (Darmaji,1992).

Berbicara masalah pariwisata tentu tidak lepas dari yang namanya pengunjung tempat wisata atau wisatawan, menurut WTO jenis wisatawan dapat di golongkan menjadi 3 (tiga) yaitu: (1) Pertama, traveller yaitu orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas; (2) Kedua, visitor yaitu orang yang melakukan

perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalanannya bukanlah untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapatan, dan penghidupan di suatu tempat tujuan; (3) Ketiga, tourist yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi (WTO, dalam Pitana: 2009).

2.1.1 Kawasan pariwisata

Berdasarkan UU No.9 Tahun 1990 dijelaskan bahwa pengertian kawasan wisata adalah suatu kawasan yang mempunyai luas tertentu yang dibangun dan disediakan untuk kegiatan pariwisata. Apabila dikaitkan dengan pariwisata air, pengertian tersebut berarti suatu kawasan yang disediakan untuk kegiatan pariwisata dengan mengandalkan obyek atau daya tarik kawasan perairan. Pengertian kawasan pariwisata ini juga diungkapkan oleh seorang ahli yaitu Inskeep (1991) sebagai area yang dikembangkan dengan penyediaan fasilitas dan pelayanan lengkap (untuk rekreasi/relaksasi, pendalaman suatu pengalaman/kesehatan).

Kawasan pariwisata merupakan salah satu bagian dari kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, manusia, warisan budaya dan sumber daya buatan. Adapun kriteria kawasan pariwisata menurut Sandy adalah: (1) Pertama, kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, tidak menganggu kelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan; (2) Kedua, kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata, secara ruang dapat memberikan manfaat, antara lain:

meningkatkan devisa dari pariwisata dan mendayagunakan investasi yang ada disekitarnya dan mendorong kegiatan lain yang ada disekitarnya; (3) Ketiga, memiliki kemampuan untuk tetap melestarikan nilai warisan budaya, adat istiadat, kesenian dan mutu keindahan lingkungan alam; (4) Keempat, memiliki kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi (multiplier effect) dan sosial budaya; (5) Kelima, memiliki kemampuan berkembang sesuai segmen pasar mancanegara atau domestik (Sandy dalam Sastropoetro 1998).

2.1.2 Potensi dan daya tarik wisata

Potensi dan daya tarik wisata adalah salah satu yang menjadi faktor utama dalam pengembangan pariwisata. Pendit (2002) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat disebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya.

Sedangkan menurut pendapat Yoeti (2002) Daya tarik atau atraksi wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti: atraksi alam (landscape, pemandangan laut, pantai, iklim dan fitur geografis lain dari tujuan), daya tarik budaya (sejarah dan cerita rakyat, agama, seni dan acara khusus, festival), atraksi sosial (cara hidup, populasi penduduk, bahasa, peluang untuk pertemuan sosial), dan daya tarik bangunan (bangunan, arsitektur bersejarah dan modern, monumen, taman, kebun, marina).

Pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 5, juga mengemukakan pengertian dari daya tarik wisata yaitu daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sementara dalam Bab I, pasal 10, disebutkan kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

Sedangkan menurut Cooper terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata yaitu: (1) Pertama, atraksi (attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan seni pertunjukkan; (2) Kedua, aksesibilitas (accessibilities), seperti transportasi lokal dan adanya terminal; (3) Ketiga, amenitas atau fasilitas (amenities), seperti tersedianya akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan; (4) Keempat, ancillary services yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti organisasi manajemen pemasaran wisata(Cooper, 2005)

Kemudian Yoeti (2002) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities). Sedangkan Middleton (2001) memberikan pengertian produk wisata lebih dalam yaitu produk

wisata dianggap sebagai campuran dari tiga komponen utama daya tarik, fasilitas ditempat tujuan dan aksesibilitas tujuan, yaitu:

Pertama, atraksi: elemen-elemen didalam suatu atraksi wisata yang secara luas menentukan pilihan konsumen dan mempengaruhi motivasi calon-calon pembeli diantaranya: atraksi wisata alam (meliputi bentang alam, pantai, iklim dan bentukan geografis lain dari suatu destinasi dan sumber daya alam lainnya), atraksi wisata buatan/binaan manusia (meliputi bangunan dan infrastruktur pariwisata termasuk arsitektur bersejarah dan modern, monument, trotoar jalan, taman dan kebun, pusat konvensi, marina, ski, tempat kepurbakalaan, lapangan golf, toko-toko khusus dan daerah yang bertema), atraksi wisata budaya, (meliputi sejarah dan cerita rakyat (legenda), agama dan seni, teater musik, tari dan pertunjukkan lain, museum dan beberapa dari hal tersebut dapat dikembangankan menjadi even khusus, festival, dan karnaval), atraksi wisata sosial, meliputi pandangan hidup suatu daerah, penduduk asli, bahasa, dan kegiatan-kegiatan pertemuan sosial.

Kedua, amenitas/fasilitas: terdapat unsur-unsur didalam suatu atraksi atau berkenaan dengan suatu atraksi yang memungkinkan pengunjung untuk menginap dan dengan kata lain untuk menikmati dan berpatisipasi didalam suatu atraksi wisata. Hal tersebut meliputi: akomodasi (hotel, desa wisata, apartment, villa, caravan, hostel, guest house), restoran, transportasi (taksi, bus, penyewaan sepeda dan alat ski diatraksi yang bersalju), aktivitas (sekolah ski, sekolah berlayar dan klub golf), fasilitas-fasilitas lain (pusat-pusat bahasa dan kursus keterampilan), retail outlet (toko, agen perjalanan, souvenir, produsen camping), pelayanan-pelayanan lain (salon

kecantikan, pelayanan informasi, penyewaan perlengkapan dan kebijaksanaan pariwisata).

Ketiga, aksesibilitas: elemen-elemen ini adalah yang mempengaruhi biaya, kelancaran dan kenyamanan terhadap seorang wisatawan yang akan menempuh suatu atraksi, seperti infrastruktur, Jalan, bandara, jalur kereta api, pelabuhan laut, perlengkapan (ukuran, kecepatan, jangkauan dari sarana transportasi umum), faktor-faktor operasional seperti jalur/rute operasi, frekuensi pelayanan, dan harga yang dikenakan, peraturan pemerintah yang meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan transportasi.

Walaupun beberapa ahli di atas menyebutkan ada tiga produk atau komponen wisata yang harus dimiliki, namun Direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia yang menyebutkan perkembangan produk wisata dikaitkan atas 4 faktor yaitu: (1) Pertama, attractions (daya tarik): site attractions (tempat-tempat bersejarah, tempat dengan iklim yang baik, pemandangan indah), event attractions (kejadian atau peristiwa misalnya kongres, pameran, atau peristiwa lainnya); (2) Kedua, amenities (fasilitas) tersedia fasilitas yaitu: tempat penginapan, restoran, transport lokal yang memungkinkan wisatawan berpergian, alat-alat komunikasi; (3) Ketiga, accsesibility (aksesibilitas) adalah tempatnya tidak terlalu jauh, tersedia transportasi ke lokasi, murah, aman, dan nyaman; (4) Keempat, tourist organization untuk menyusun kerangka pengembangan pariwisata, mengatur industri pariwisata dan mempromosikan daerah sehingga dikenal banyak orang.

Keseluruhan teori dari para hali wisata tentang produk atau komponen pariwisata dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komponen Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

No Nama Komponen Indikator

1 Cooper Atraksi Alam yang menarik, Kebudayaan, Seni Pertunjukan

Aksesibilitas Transportasi lokal

Amenitas Rumah makan Akomodasdi, Agen Perjalanan Ancilary Organisasi Kepariwisataan

2 Yoeti Attraction Ekonomi yang berkelanjutan. Accessibility Keberlanjutan ekologi.

Amenities Akomodasi, hotel, transportasi 3 Middleton Attraction Bentang alam, iklim, seni, bahasa

Amenitas Akomodasi, hotel, transportasi Aksesibilitas Infrastruktur, Jalan, Bandara, sarana

transportasi 4 Direktorat

Jenderal Pariwisata Indonesia

Attraction Tempat bersejarah, pemandangan, pameran Amenities Penginapan, restoran, .

Accessibility Tempat, Transportasi Touris

Organization

Lembaga yang mengatur Pariwisata 5 Mason

(dalam Poerwanto)

Attraction Bentang alam, iklim, seni, bahasa Amenitas Akomodasi, hotel, transportasi Aksesibilitas Infrastruktur, Jalan, Bandara, sarana

transportasi 6 Sugiyanto Daya Tarik

Obyek Wisata

Tingkat Keunikan, Nilai Obyek, Ketersediaan Lahan, Kondisi Fisik Obyek Wisata

Aksesibilitas Jarak dari jalan raya, Kondisi jalan, Kendaraan Menuju obyek

Amenitas Fasilitas Dasar (Watung Makan, MCK, Akomodasi) dan Fasilitas Pendukung (Listrik, Tempat Ibadah, Akses Komunikasi dan Tempat Parkir

Sumber: Cooper (2005), Yoeti (2002), Middleton (2001), Dirjen Pariwisata, dan Mason (2004), Sugiyanto (2004).

Namun dalam penelitian ini, produk atau komponen pariwisata yang digunakan adalah berdasarkan teori Yoeti (2002), Middleton (2001), dan Peter Mason (di kutip dalam Purwanto, 2004) bahwa komponen produk wisata tetap berdasarkan atas tiga komponen utama yaitu daya tarik (attraction), fasilitas wisata (amenities), dan akses (aksesibilitas), seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komponen Objek Daya Tarik Wisata (ODTW)

No Variabel Indikator

1 Atraksi (Cooper, 2005), (Yoeti,2002),

(Middleton,2001), (Dirjen Pariwisata Indonesia), (Peter

Mason, 2004), dan (Sugiyanto, 2004)

1. Tempat Bersejarah (Dirjen Pariwisata) 2. Pemandangan(Cooper, 2005) dan

(Dirjen Pariwisata Indonesia). 3. Kebudayaan (Cooper, 2005),

(Middleton,2001), (Peter Mason, 2004), dan (Sugiyanto, 2004)

2 Aksesibilitas

(Cooper, 2005), (Yoeti,2002), (Middleton,2001), (Dirjen Pariwisata Indonesia), (Peter

Mason, 2004), dan (Sugiyanto, 2004)

1. Transportasi Lokal Cooper, 2005), (Middleton,2001), (Dirjen Pariwisata Indonesia), (Peter Mason, 2004), dan (Sugiyanto, 2004).

2. Kondisi Jalan (Peter Mason, 2004), dan (Sugiyanto, 2004).

3. Infrastuktur (Middleton,2001).

3 Amenitas

(Cooper, 2005), (Yoeti,2002), (Middleton,2001), (Dirjen Pariwisata Indonesia), (Peter

Mason, 2004), dan (Sugiyanto, 2004)

1. Losmen / Hotel (Yoeti,2002),

(Middleton,2001), (Dirjen Pariwisata Indonesia), (Peter Mason, 2004). 2. Rumah Makan (Cooper, 2005), (Dirjen

Pariwisata Indonesia), dan (Sugiyanto, 2004)

3. Fasilitas Dasar (Sugiyanto, 2004) a. MCK

b. Tempat Ibadah c. Souvenir

Dokumen terkait