• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkembang di Ciater

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti melakukan penelitian pada suatu kajian ilmiah yang memiliki fokus pembahasan penelitian serupa atau juga memiliki sebuah kesamaan dalam konsep penelitiannya. Studi lain sejenis telah banyak dilakukan di Indonesia, salah satunya adalah penelitian skripsi dari Purwosanti yang berjudul Eksistensi Lenong Betawi di Era Globalisasi. Skripsi ini menjelaskan mengenai keberadaan lenong Betawi di era globalisasi saat ini masih sangat diperlukan oleh sebagian masyarakat Betawi di pinggir kota Jakarta seperti Condet, Jagakarsa, Bekasi dan Setu Babakan, namun keberadaanya tidak lagi sebagai bagian integral dari kehidupan masyrakat Betawi seperti tahun 1980-an. Latar belakang penelitian ini karena adanya fakta bahwa lenong Betawi saat ini kurang diminati oleh masyarakat dan hanya dimanfaatkan sebagai sarana hiburan dalam acara perkawinan dan sunatan oleh sebagian kecil kelompok. Keberadaan lenong Betawi bagi masyarakat Betawi adalah untuk memeriahkan acara hajatan. Sedangkan bagi sebagian seniman, lenong Betawi sebagai mata pencaharian walaupun hanya mata pencaharian sampingan. 28

Menurut Purwosanti, dari 2 jenis lenong Betawi, masyarakat cenderung memilih lenong preman sebagai hiburan karena dari segi kostum lenong ini lebih sederhana, bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi sehari-hari dan ceritanya pun tentang kehidupan masyrakat sehari-hari. Sedangkan untuk lenong dines diperlukan biaya yang cukup mahal hanya untuk memenuhi kostum pemainnya karena pemainnya harus seragam sesuai dengan tuntutan cerita.29

Selanjutnya yaitu penelitian dari Ninuk Klenden yang berjudul Teater Lenong Betawi Studi Perbandingan Diakronik. Skripsi yang

28

Purwosanti, “Eksistensi Lenong Betawi di era globalisasi”, skripsi pada Universitas Negeri Jakarta,Jakarta 2010, tidak dipublikasikan

29

dibukukan ini membandingkan 5 perkumpulan tetaer lenong dalam hal hubungan antara lenong dengan komunitasnya dalam hal ini adalah orang Betawi. Penelitian ini menunjukan adanya perbedaan di 5 perkumpulan teater lenong (perkumpulan tater lenong Setia Kawan, Sinar Subur, Subur Jaya, Bolot, dan perkumpulan teater lenong Bintang Berlian dalam hal hubungan antara seniman teater lenong dengan orang Betawi pada umumnya. Selain itu penelitian ini juga menghasilkan suatu bentuk deskripsi utuh dari teater lenong yang memperhatikan baik teater lenong itu sendiri, organisasi dalam teater lenong, dan komunitas teater lenong termasuk seniman, penonton, dan penanggapnya.30

Yudho Winiarto yang berjudul Tambeng : Proses Penafsiran Kembali Tanda budaya Betawi. Skiripsi ini mendeskripsikan penafsiran terhadap tari kreasi yaitu tari tambeng sebagai sebuah identitas budaya, yang dalam proses pembentukannya tidak dapat dilepaskan dari konteks pertunjukannya. Tari tambeng muncul sebagai hasil kreasi tari Betawi dengan wajah dan fungsi yang baru, melalui penafsiran terhadap tanda budaya Betawi yang melekat dan membentuk tari tersebut. Tari tambeng

pada konteks perlombaan diterima sebagai suatu identitas Betawi. Namun, penafsiran terhadap tanda budaya Betawi dalam tari Tambeng akan berbeda pada konteks yang lainnya. Setiap konteks pertunjukan terdapat sistem tandanya sendiri yang digunakan sebagai acuan menandai sebuah identitas. Oleh karena itu, hal ini yang kemudian melatarbelakangi tari

tambeng untuk dikembalikan pada konteks masyarakat pendukungnya. Penelitian ini mendeskripsikan pemahaman kreator (koreografer) terhadap sistem tanda budaya Betawi yang diwujudkan dalam karya tarinya dan pemahaman ini terlihat melalui proses dan bentuk karya tari tersebut (tambeng). Selain itu, pada skripsi ini juga mendeskripsikan mengenai

30

Ninuk Klenden, Teater Lenong Betawi Studi Perbandingan Diakronik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996)

apresiasi dan pandangan orang Betawi terhadap tari tambeng sebagai hasil kreasi tari Betawi.31

Penelitian lainnya yang menjadi bahan bagi peneliti yaitu penelitian dari Nina Farlina yang berjudul Representasi Identitas Betawi dalam Forum Betawi Rempug (FBR). Konteks penelitiannya berupa organisasi FBR sebagai pergerakan masyarakat Betawi. Alasan utama ketertarikan anggotanya adalah ingin mempertahankan wilayahnya yang selama ini mereka tinggal agar tidak tergusur oleh para pendatang. Identitas Betawi yang dipersentasikan dalam organisasi ini merupakan identitas Betawi yang shaleh atau beragama Islam. Di dalam penelitian ini ditemukan mengenani identitas Betawi yang shaleh yang terpengruh oleh ideologi Islam yang mengedepankan ketaatan. Representasi identitas jawara dan jagoan yang pernah dipopulerkan oleh si pitung, juga ditemukan dalam penelitian ini. Representasi jawara adalah ketika mereka mnegenakan pakaian khas Betawi untuk mengungkapkan identitas Betawi.32

Dari rujukan penelitian sejenis di atas tentang identitas budaya yang telah dipaparkan maka dapat ditarik benang merah yang dapat mengikat kesemuanya sebagai pendukung dari penelitian peneliti mengenai Teater Lenong Sebagai Penanda Identitas Kebetawian. Di mana rujukan skripsi di atas merujuk pada eksistensi seni Betawi yang masing-masing mereka teliti mengacu terhadap tema yang peneliti angkat. Adapun tulisan mereka mengenai seni budaya Betawi menjadi bahan acuan dan pembelajaran dalam penelitian ini.

Selain itu terdapat poin-poin penting dari temuan mereka menjadi bahan perbandingan dengan skripsi yang peneliti kerjakan. Sedangkan untuk rujukan dari beberapa buku untuk mendukung tulisan ini sebagai wawasan tambahan untuk menunjang dan memperkaya penelitian sebagai

31

Yudho Winiarto, Tambeng : Proses Penafsiran Kembali Tanda budaya Betawi, Skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 2008. tidak dipublikasikan

32

Nina Farlina, “Representasi Identitas Betawi dalam Forum Betawi Rempug (FBR)”,

bahan tambahan penelitian. Adapun buku tersebut erat kaitanya dengan penelitian ini. Oleh karena itu, kesemuanya terkait satu sama lain untuk menjadi bahan pendukung dalam penelitian ini. Di bawah ini adalah tabel penelitian sejenis yang sesuai dengan peneliti.

Tabel 2.1 Penelitian Sejenis No. Penelitian Sejenis Tinjauan

Pustaka Jenis

persamaan perbedaan

1. Eksistensi Lenong Betawi di Era Globalisasi

Oleh : Purwosanti,

Universitas Negeri Jakarta, 2010.

Skripsi Penelitian ini mengkaji adanya fakta bahwa lenong Betawi saat ini kurang diminati oleh masyarakat dan hanya dimanfaatkan sebagai sarana hiburan dalam acara perkawinan dan Sunatan.

Penelitian ini lebih mengarah kepada keuntungan

komersil dalam setiap

pertunjukkannya

2. Teater Lenong Betawi Studi Perbandingan Diakronik

Oleh : Ninuk Klenden, Yayasan Obor Indonesia, 1996.

Skripsi Penelitian ini mengkaji deskripsi utuh dari teater lenong yang memperhatikan baik teater lenong itu sendiri, organisasi dalam teater lenong, dan komunitas teater lenong termasuk

Penelitian ini lebih mengarah kepada membandingkan beberapa

perkumpulan teater lenong

seniman, dan penonton.

3. Tambeng: Proses Penafsiran Kembali Tanda budaya Betawi

Oleh : Yudho Winiarto, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.

skripsi Penelitian ini mendeskripsikan penafsiran terhadap tari kreasi yaitu tari tambeng sebagai sebuah identitas budaya.

Penelitian ini lebih mengarah kepada pemahaman kreator (koreografer) terhadap sistem tanda budaya Betawi 4. Representasi Identitas Betawi dalam Forum Betawi Rempug (FBR)

Oleh : Nina Farlina,

Universitas Indonesia, 2012

Tesis Penelitian ini mengkaji adanya usaha suatu organisasi untuk mempertahankan kebudayaan Betawi dan mempersentasikan identitas Betawi Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sebuah organisasi

Sumber: Hasil olah data peneliti, 2014

35