• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Hasil Penelitian Sebelumnya

1. Competitive Destination on The Basis of Psychographic Typology of Tourist (The Case of Daerah Istimewa Yogyakarta) (Emrizal et al. 2015) Ketika suatu destinasi dikunjungi oleh mayoritas wisatawan yang disebut Plog sebagai kelompok mid-centric (mid-allo dan mid-psycho), artinya destinasi ini sedang berada pada masa puncak kejayaannya.

Menurut Plog, ketika para politisi lokal dan pejabat pariwisata tersebut sedang berbangga – bangga dengan “keberhasilan” pembangunan pariwisata di daerahnya, seringkali ancaman tersembunyi dan benih kehancuran (kemunduran) sudah menghadang tanpa disadari oleh para stakeholder. Plog (2004) mengemukakan bahwa setiap destinasi memiliki karakter tertentu yang tercermin dari tipe – tipe psychographic wisatawan yang mengunjungi destinasi tersebut.

Terjadinya perubahan karakter destinasi seringkali disebabkan oleh pertumbuhan yang tidak terencana dengan baik.

Riset ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi fase perkembangan (life cycle stage) Jogja (DIY)

sebagai destinasi pariwisata berdasarkan Model Psychographic Plog.

Dipilihnya DIY menjadi fokus penelitian adalah karena posisi strategis daerah ini sebagai salah satu destinasi pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dari dulu hingga sekarang. Jogja (DIY) sebagai destinasi pariwisata pada saat ini sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat. Jumlah kunjungan wisatawan (nusantara dan mancanegara) terus meningkat dari tahun ke tahun, dan seiring dengan itu pertumbuhan sarana dan fasilitas pariwisata juga bergerak naik dengan cepat. Pembangunan hotel – hotel baru dan restoran menjamur dimana-mana, pertambahan pusat perbelanjaan dan hiburan juga meningkat tajam. Perkembangan yang pesat ini tentu disambut baik oleh banyak kalangan, namun demikian, seperti disinyalir oleh Plog, pertumbuhan yang pesat belum tentu menuju kearah yang tepat.

Karena itu, riset ini dipandang perlu untuk melihat dengan lebih jelas fase perkembangan dan posisi psychographic Jogja saat ini, dan dinilai dapat bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam perencanaan dan peningkatan daya saing DIY sebagai destinasi pariwisata di masa yang akan datang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, dengan merujuk pada kriteria Plog, melibatkan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jogja (DIY) pada periode Juli – September 2014.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunaka metode non random sampling dengan pendekatan convenience sampling, yaitu berdasarkan pemilihan anggota populasi yang mudah diakses untuk memperoleh informasi. Sebanyak 211 orang wisatawan asing dilibatkan sebagai responden dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan di kota Yogyakarta, melalui wawancara dan kuesioner tertulis, dengan kriteria: (1) responden telah mengunjungi Borobudur, Prambanan, dan Kota Yogyakarta; (2) berumur minimal 17 tahun; (3) berpendidikan minimal SMA; (4) melakukan perjalanan untuk tujuan berlibur; (5) bisa berbahasa Inggris dengan baik. Riset ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dioleh dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 17, sedangkan data kualitatif diolah dengan analisis deskriptif.

Berdasarkan perbedaan persentase masing – masing tipe wisatawan dapat dimaknai bahwa life cycle stage Jogja (DIY) saat ini sudah bergerak ke kolom mid-centric. Artinya pada saat ini Jogja masih berada pada fase puncak tetapi sudah melewati fase ideal. Fakta bahwa jumlah wisatawan pro-psychocentric lebih dominan seharusnya dapat dimaknai sebagai sinyal untuk segera berbenah. Secara teoritis hal ini dapat merugikan Jogja, karena – menurut Plog – tingkat pengeluaran wisatawan kelompok psychocentric jauh lebih rendah dibandingkan

kelompok allocentric. Menurut Plog (2004), perbandingan pengeluaran mencapai 2,5:1, yang artinya pengeluaran 2,5 orang wisatawan kelompok psychocentric setara dengan pengeluaran 1 orang wisatawan kelompok allocentric.

Implikasi dari temuan ini adalah bahwa Jogja perlu merevitalisasi potensi – potensi yang akan mencerminkan kembali karakter asli destinasi ini dan lebih fokus menggarap pasar wisatawan kelompok pro allocentric agar tidak tergelincir ke fase decline yang didominasi kelompok psychocentric.

2. Destination Competitiveness on The Basis of Psychographic Typology of Tourists (The Case of North Sumatra) (Emrizal et al. 2015)

Suatu destinasi dapat dianggap kompetitif bilamana destinasi tersebut dapat menarik dan memuaskan wisatawan potensial dari segmen tertentu, dengan cara yang menguntungkan semua pihak sembari tetap menjaga kelestarian alam dan sumber daya pariwisata lainya. Wisatawan sebagai pelaku utama periwisata biasanya terdiri dari beragam tipe kepribadian yang berbeda, dengan minat dan preferensi yang berbeda pula. Secara khusus, Plog bahkan mengatakan bahwa tipe wisatawan yang mendominasi kunjungan ke suatu destinasi akan menentukan posisi psychographic destinasi dimaksud dan secara

implisit menunjukkan posisi daya saingnya. Sebagai salah satu destinasi unggulan, Sumatera Utara sangat meanrik untuk dicermati.

Provinsi ini mempunyai beragam daya tarik pariwisata, baik yang berwujud alam, budaya, serta daya tarik wisata minat khusus. Secara umum potensi pariwisata yang dimiliki Sumatera Utara mampu menarik minat wisatawan dari berbagai segmen. Hal tersebut yang menjadi alasan dipilihnya Sumatera Utara sebagai fokus pennelitian ini.

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pengayaan teori perencanaan (pariwisata) terutama yang berhubungan dengan tipologi psikografis. Selain itu, hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam perencanaan dan peningkatan daya destinasi pariwisata Sumatera Utara di masa mendatang.

Desain penelitian ini disusun menggunakan rancangan penelitian survei dengan melibatkan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera Utara pada periode Juli – September 2013. Penelitian ini hanya dibatasi pada populasi wisatawan yang berasal dari Negara Belanda, Australia, Amerika, dan Malaysia. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non random sampling dengan pendekatan convenience sampling. Sebanyak 353 orang wisatawan asing yang

berasal dari empat negara tersebut dilibatkan sebagai responden dalam penelitian ini.

Pengambilan sampel dilakukan di tiga kawasan pariwisata yag berada dalam wilayah destinasi pariwisata Sumatera Utara, yaitu Medan, Brastagi, Toba-Samosir, melalui wawancara dan kuesioner tertulis terhadap wisatawan mancaegara yang berkunjung. Kriteria yang ditetapkan yaitu: (1) berumur minimal 17 tahun; (2) berpendidikan minimal SMA; (3) melakukan perjalanan untuk tujuan berlibur; (4) bisa berbahasa Inggris dengan baik. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan alat bantu SPSS versi 17, sedangkan data kualitatif diolah dengan model analisis deskriptif.

Pada saat ini Sumatera Utara sudah melewati fase ideal, namun demikian – secara kumulatif – kunjungan ke Sumatera Utara masih tetap didominasi oleh kelompok pro-allocentric. Dalam konteks kekinian Sumatera Utara lebih kompetitif terhadap pasar kelompok pro-allorcentric dibandingkan kelompok psychocentric. Secara teoritis hal ini menguntungkan untuk Sumatera Utara, karena – menurut Plog – tingkat pengeluaran wisatawan kelompok allocentric jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok psychocenric, dengan jumlah berbandingan mencapai 1:2,5, yang artinya pengeluaran satu orang

wisatawan allocentric setara dengan pengeluaran 2,5 orang wisatawan psychocentric. Untuk menjadi kompetitif, suatu destinasi seyogianya memfokuskan diri pada suatu segmen pasar tertentu. Dalam hal ini, Sumatera Utara perlu memberi perhatian lebih terhadap pasar dari kelompok pro-allocentric, tanpa megabaikan segmen wisatawan dari kelompok pro-psychocentric.

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, berikut disampaikan beberapa rekomendasi, yaitu:

a. Untuk mempertahankan posisi Sumatera Utara agar tetap kompetitif terhadap pasar wisatawan kelompok pro-allocentric, maka diperlukan upaya untuk menciptakan beragam kegiatan yang menjadi kebutuhan kelompok ini, yang diharapkan dapat mewadahi preferensi kelompok pro-allocentric yang mempunyai rasa ingin tahu lebih tinggi, sangat aktif, suka bereksplorasi da bertualang, serta senang berinteraksi dengan masyarakat lokal dan lingkugan.

b. Untuk pengayaan materi mengenai kajian daya saing destinasi berbasis tipologi psychographic, maka penelitian yang akan datang perlu menggali lebih dalam variabel – variabel lain yang belum termasuk dalam penelitian ini, dengan jumlah sampel yang lebih besar dan periode pengambilan sampel yang mencakup masa ramai dan masa sepi.

Dokumen terkait