• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan salah satu industri yang potensial untuk dikembangkan secara berkala karena pariwisata berperan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata dapat meningkatkan pendapatan negara maupun daerah dan juga dapat menjadi sumber lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Menurut Kodhyat 1983 (dalam Spillane, 1987:21) yang dimaksud dengan pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Indonesia memiliki keberagaman budaya dan keindahan alamnya, sehingga potensi pariwisata di Indonesia dapat berkembang pesat dengan adanya berbagai macam budaya daerah, kesenian dan keindahan alam maupun buatan yang mendukung.

Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata yang banyak diminati oleh wisatawan. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam destinasi wisata yang sangat populer bagi wisatawan. Banyak daya tarik wisata alam, buatan, kesenian dan budaya yang ditawarkan dengan segudang sejarah dan kebudayaan yang unik yang hanya ada di Bali. Masyarakat Bali yang

masih kental dengan budaya dari daerah masing-masing memiliki daya tarik sendiri, eratnya kebudayaan tersebut memunculkan kesenian – kesenian yang khas dengan budaya daerah masing – masing dan masyarakat Bali selalu memanfaatkan keindahan alam yang banyak dijadikan daya tarik wisata sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 5a mengemukakan bahwa kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan. Sebagian besar daya tarik wisata di Bali menerapkan prinsip yang disebutkan di Undang – undang Republik Indonesia Tentang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009 pasal 5a, salah satunya Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest). Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) merupakan hutan monyet yang didalamnya terdapat 3 (tiga) pura yaitu Pura Dalem Agung, Pura Beji, dan Pura Prajapati. Keindahan alam dari hutan yang memiliki 186 spesies pohon dan dihuni oleh sekitar 700 ekor monyet juga terdapat pura yang sampai saat ini digunakan dalam ritual keagamaan salah satunya Ngaben yang menjadi ciri khas dari upacara pembakaran jenasah di Bali.

Melestarikan daya tarik wisata Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest)

merupakan misi dari masyarakat setempat, seperti yang dikemukakan oleh web resmi Monkey Forest Ubud:

“Melestarikan kawasan berdasarkan konsep Tri Hita Karana adalah misi dari Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest). Tri Hita Karana adalah salah satu filosofi dalam Agama Hindu. Tri Hita Karana yang berarti tiga cara untuk mencapai kesejahteraan lahir dan bathin.”

“Hakikat ajaran Tri Hita Karana, bagaimana agar manusia dapat menjaga hubungan yang harmonis dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi keharmonisan hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Tuhan.”

Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest), salah satu daya tarik wisata yang sangat menarik perhatian wisatawan dan Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) merupakan daya tarik wisata alam yang paling diminati di Ubud, dengan total pengunjung wisatawan mancanegara sejumlah 1.548.573 orang dan pengunjung wisatawan nusantara sejumlah 7.092 orang pada tahun 2019.

Selain daya tarik wisata alam dan budaya, daya tarik wisata buatan yang ditawarkan Bali tidak kalah menarik juga. Museum ARMA merupakan salah satu museum yang ada di Bali yang menawarkan banyak seni lukisan dari berbagai pelukis terkenal Bali kepada wisatawan. Museum ARMA tidak hanya menunjukkkan lukisan namun juga menawarkan wisatawan untuk belajar kesenian Bali dengan adanya pelatihan tari, melukis, memainkan gamelan, dan mencoba memasak makanan khas Bali. Wisatawan mancanegara yang mengunjungi Museum ARMA berjumlah 20.817 orang dan wisatawan nusantara 621 orang pada tahun 2019.

Tabel 1.1

Data Kunjungan Wisatawan Nusantara

Daya Tarik Wisata Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Monkey Forest - - - 79.268 7.092

Museum ARMA 642 1.127 1.113 915 621

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar 2020

Setiap wisatawan memiliki motivasi yang berbeda saat melakukan perjalanan wisata. Motivasi tersebut yang akan mendorong mereka untuk melakukan perjalanan wisata dan untuk memilih daya tarik wisata yang seperti apa yang akan dikunjungi. Perbedaan karakteristik juga menjadi alasan utama dalam menentukan daya tarik wisata mana yang akan mereka kunjungi sehingga mereka dapat merasakan kenyamanan dalam berwisata. Pengelola daya tarik wisata harus mengetahui tipe konsumen mana yang paling sering mengunjungi daya tarik wisata tersebut sehingga pengelola wisata dapat menentukan fasilitas apa yang harus lebih diperhatikan dan media promosi mana yang tepat untuk digunakan agar selalu merasa puas dengan daya tarik wisata dan fasilitas yang disuguhkan. Media promosi diperlukan untuk menarik perhatian wisatawan sehingga wisatawan mengenal daya tarik wisata dan tertarik untuk mengunjungi suatu daya tarik wisata. Pengelompokkan pasar dapat membantu dalam membuat media promosi yang tepat sasaran. Pengelompokkan wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis – jenis wisatawan yang berbeda yang berhubungan

dengan kebiasaan, permintaan dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan wisata.

Kotler dan Keller (2016: 268 – 281) mengelompokan segmentasi pasar menjadi 4 bagian yaitu:

1. Segmentasi geografis, yaitu membagi pasar menjadi berbagai unit geografis, seperti negara, negara bagian, wilayah, kabupaten, kota, atau lingkungan sekitar.

2. Segmentasi demografis, yaitu membagi pasar berdasarkan variabel seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kebangsaan, dan kelas sosial.

3. Segmentasi psikografis, yaitu membagi pasar berdasarkan sifat psikologis atau kepribadian, gaya hidup, atau nilai.

4. Segmentasi perilaku, yaitu membagi pasar berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respon terhadap sebuah produk.

Penelitian sebelumnya sudah meneliti mengenai perencanaan destinasi kompetitif berdasarkan tipologi psikografis wisatawan pada wisatawan Daerah Istimewa Yogyakarta. Plog 2004 (dalam Emrizal et al, 2015) mengemukakan bahwa, setiap destinasi memiliki karakter tertentu yang tercermin dari tipe – tipe psikografis wisatawan yang mengunjungi destinasi tersebut. Mengetahui tipe psikografis wisatawan yang mengunjungi suatu daya tarik dapat menentukan

kelompok pasar mana yang memiliki tingkat kunjungan tertinggi, sehingga dapat menentukan media promosi yang mana yang baik digunakan dalam menarik minat kunjung wisatawan mancanegara yang dilihat dari tipe psikografisnya. Melihat hasil penelitian tersebut, peneliti ingin melihat penelitian ini digunakan di daya tarik wisata yang ada di Bali, karena penelitian ini belum pernah dilakukan di Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) dan Museum ARMA. Menurut peneliti, dengan mengetahui tipe psikografis wisatawan nusantara diharapkan pihak pengelola Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) dan Museum ARMA mampu mengidentifikasi segmen pasar dan melayani wisatawan nusantara dengan lebih mengenali perbedaan tipe psikografis dan motivasi yang mendorong wisatawan untuk berkunjung, sehingga dapat menentukan media promosi, pelayanan, dan fasilitas yang dapat mendukung peningkatan kunjungan wisatawan nusantara.

Dokumen terkait