• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Pengumpulan Data

I. Uji Instrumen

Validitas adalah uji tentang seberapa baik suatu instrumen yang dikembangkan mengukur konsep tertentu (Sekaran dan Bougie, 2017:35).

a. Validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2017:208). Secara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen (Sugiyono, 2017:208). Dalam kisi-kisi ini terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator (Sugiyono, 2017:208). Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2017:208).

b. Validitas konstrak mengukur seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran yang sesuai dengan teori yang mendasari desain tes (Sekaran dan Bougie, 2017:38). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (Sugiyono, 2017:203). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.

(Sugiyono, 2017:203). Pengujian validitas kontruksi dilakukan dengan menggunakan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total (Sugiyono, 2017:203).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah uji bagaimana instrumen pengukuran secara konsisten mengukur apapun konsep yang sedang diukur (Sekaran dan Bougie, 2017:35). Reliabilitas suatu pengukuran merupakan indikator stabilitas dan konsistensi dimana instrumen tersebut mengukur konsep serta menilai kesesuaian suatu ukuran (Sekaran dan Bougie, 2017:39). Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya, sedangkan secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2018:209). Pengujian reliabilitas dengan

internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2018:211).

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half).

Rumus Spearman Brown:

π‘Ÿπ‘– = 2π‘Ÿπ‘ 1 + π‘Ÿπ‘ Di mana:

π‘Ÿπ‘– = reliabilitas internal seluruh instrumen

π‘Ÿπ‘ = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua J. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan memaparkan atau mendeskripsikan data. Analisis deskriptif digunakan saat peneliti atau pengguna ingin memperoleh gambaran tentang karakteristik dari individu – individu atau unit – unit analisis pada data yang menjadi perhatian. Teknik analisis deskriptifakan digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua yaitu, bagaimana karakteristik demografis dan psikografis wisatawan nusantara yang sedang melakukan wisata.

2. Analisis Faktor

Analisis faktor berguna untuk meringkas dan mereduksi data dengan tidak memperhatikan variabel independen dan dependen. Analisis faktor akan memeriksa interrelationship di antara variabel yang jumlahnya banyak dan kemudian dikelompokkan menurut kesamaan dimensi – dimensi yang mendasari (Sugiarto, 2017:363).

3. Analisis Tabulasi Silang(Cross Tabulation)

Teknik cross tabulation atau tabulasi silang adalah suatu teknik untuk membandingkan dua variabel klasifikasi, seperti jenis kelamin dan seleksi yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk penugasan ke luar negeri (Cooper dan Emory, 1996:38). Tabulasi silang digunakan dengan variabel demografis dan variabel target dari studi (Cooper dan Schindler, 2017:146).

Teknik tabulasi silang menggunakan tabel yang memiliki sejumlah baris dan kolom yang berhubungan dengan tingkat atau nilai dari masing – masing kategori (Cooper dan Emory, 1996:38). Tabulasi silang adalah langkah pertama untuk mengidentifikasi hubungan antarvariabel (Cooper dan Schindler, 2017:147). Teknik analisis tabulasi silang (cross tabulation) akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah keempat yaitu, apakah ada keterkaitan antara karakteristik demografis dan psikografis dengan motivasi yang mendorong wisatawan nusantara dalam melakukan perjalanan wisata.

53 BAB IV

GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) 1. Misi Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest)

Misi dari Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) adalah melestarikan kawasan Monkey Forest yang berdasar pada konsep Tri Hita Karana. Tri Hita Karana merupakan salah satu filosofi dalam ajaran Agama Hindu. Tri Hita Karana berasal dari kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti kebahagiaan, dan Karana yang berarti penyebab atau cara, maka Tri Hita Karana berarti Tiga cara untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan lahir juga batin.

Hakikat ajaran Tri Hita Karana yaitu yaitu bagaimana manusia dapat menjaga hubungan harmonis dalam kehidupan di dunia. Ketiga hubungan tersebut meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan antara manusia dengan alam, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dalam implementasinya, dapat dilihat dalam kegiatan ritual khusus yang berhubungan dengan hewan yang dinamakan Tumpek Kandang, dan yang berhubungan dengan tumbuh – tumbuhan dinamakan Tumpek Uduh.

Dengan konsep tersebut, Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) akan menjadi daya tarik wisata unggulan internasional yang dapat menciptakan harmoni dan kedamaian kepada pengunjung.

2. Jenis Kera

Jenis kera yang hidup dikawasan Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) dikenal sebagai kera bali ekor panjang dalam istilah ilmiah disebut Macaca Facicularis, dan dalam Bahasa inggris disebut macaque. Sekitar 600 ekor kera yang hidup di kawasan Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest), dan terbagi dalam 5 kelompok, yaitu: di depan pura, michelin, timur, tengah, dan di kuburan. Masing – masing kelompok beranggotakan 100 – 120 ekor monyet.

Kera jenis ini aktif di siang hari dan beristirahat di malam hari.

Perkawinan dapat terjadi sepanjang tahun dengan intensitas tinggi terjadi sekitar bulan Mei – Agustus. Berat rata – rata kera betina 2.5 – 5.7 kg dan kera jantan 3.5 – 8 kg. Usia hidup kera jantan hingga 15 tahun dan kera betina hingga 20 tahun. Makanan utama yang diberikan oleh pengelola Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) adalah ketela rambat, diberikan minimal 3 kali sehari da setiap hari dikombinasikan dengan pisang, daun pepaya, jagung, mentimun, kelapa, dan buah – buahan lokal lainnya.

3. Pura

Berdasarkan analisis dari Pura Purana – sebuah buku suci yang terbuat dari daun lontar dan merupakan dokumen bersejarah dari suatu pura, pura yang ada di kawasan Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) dibangun sekitar pertengahan abad ke-14. Pada saat itu di Bali dikuasai oleh Dinasti Pejeng atau dapat dikatakan sekitar awal Dinasti Gelgel.

Terdapat tiga pura yang berada di kawasan Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest), yaitu:

a. Pura Dalem Agung, letaknya di Barat Daya kawasan. Pura ini merupakan tempat memuja Tuhan dalam personifikasinya sebagai Dewa Siwa atau Hyang Pendaur Ulang.

b. Pura Beji, letaknya di Barat Laut kawasan. Pura ini merupakan tempat memuja Tuhan dalam personifikasinya sebagai Dewi Gangga. Pura Beji adalah tempat pensucian sebelum dilangsungkannya upacara dan pura ini sering digunakan untuk melukat sebagai pembersihan lahir batin secara spiritual.

c. Pura Prajapati, letaknya di timur laut. Pura ini merupakan tempat memuja Tuhan dalam personifikasinya sebagai Prajapati.

4. Hutan

Hasil identifikasi terdapat 115 spesies pohon yang berbeda yang berada di kawasan Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest). Beberapa pohon

tersebut dianggap suci dan digunakan dalam berbagai kegiatan spiritual.

Contohnya pohon beringin yang daunnya digunakan dalam upacara kremasi. Pohon Pule Bandak merupakan salah satu pohon yang special yang berada di kawasan Mandala Suci Wenara Wana (Monkey Forest) dan biasanya digunakan untuk membuat topeng sakral yang digunakan untuk upacara tertentu. Diperlukan upacara khusus oleh pemuka agama jika akan menggunakan bagian dari pohon tersebut untuk pembuatan topeng.

Gambaran Umum Museum ARMA

1. Sejarah Umum Museum ARMA

Museum ARMA (Agung Rai Museum of Arts) didirikan oleh Agung Rai. Museum ini resmi di buka pada 9 Juni 1996 oleh Prof. Dr. Ing.

Wardiman Djojonegoro, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Museum ini di kelola oleh Yayasan ARMA yang didirikan pada 13 Mei 1996. Tujuan utama Museum ARMA adalah untuk mengumpulkan dan melestarikan karya seni, untuk mengembangkan dan melestarikan seni lukis, patung, tari, musik dan berbagai bentuk seni budaya lainnya, dan untuk menyediakan sarana dan infrastruktur bagi masyarakat setempat untuk memperlajari keterampilan artisitik. Visi Museum ARMA adalah menjadi museum budaya Bali dan Indonesia yang terkenal secara

internasional dengan menyelenggarakan berbagai acara yang menunjukkan keunikan dan keragaman budaya.

Koleksi lukisan yang dimiliki Museum ARMA berkisar dari tradisional hingga kontemporer, termasuk lukisan Kamasan klasik pada kulit pohon, karya – karya seniman Batuan tahun 1930-an dan 1940-an dan satu – satunya karya yang dapat dilihat di Bali yaitu karya seniman Jawa abad ke-19 Raden Saleh dan Syarif Bustaman. Karya yang menonjol adalah karya master Bali seperti I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, Anak Agung Gede Sobrat, dan I Gusti Made Deblog. Adapula karya seniman asing yaitu Willem Gerard Hofker, Rudolf Bonnet dan Willem Dooijewaard. Karya pelukis Jerman, Walter Spies memiliki tempat khusus dalam koleksi Museum ARMA karena kontribusinya yang penting untuk pengembangan seni Bali.

2. Bagian dari Museum ARMA

Selain memamerkan lukisan karya – karya seniman terkenal, Museum ARMA menyediakan banyak layanan berkualitas kepada orang – orang dari berbagai latar belakang budaya. Museum ARMA memberikan fasilitas kepada pengunjung yang ingin belajar tentang warisan budaya Bali yang unik. Berikut fasilitas yang disediakan Museum ARMA:

a. Golden Hour b. Rindik

c. Kelas Yoga

d. Astrologi dan Numerologi Hindu e. Modernitas di Bali

f. Sejarah Bali g. Melukis Telur h. Kelas Silver

i. Melukis pada daun lontar j. Membuat sesajen

k. Memperlajari lukisan Bali l. Kelas melukis

m. Membatik khas Bali n. Mengukir kayu

o. Memasak masakan khas Bali p. Membuat anyaman keranjang q. Mempelajari Hindu di Bali r. Arsitektur tradisional khas Bali s. Gamelan Bali

t. Tari Bali

Museum ARMA juga memberikan fasilitas berupa pertunjukan seni Bali seperti Tari Kecak Rina, Tari Legong, Tari Topeng Jimat, Tari Barong dan Keris, dan Tari Legong Telek.

59 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

V.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan nusantara yang pernah melakukan kunjugan ke Monkey Forest dan/atau Museum ARMA, jumlah responden pada Monkey Forest sebanyak 99 orang dan responden pada Museum ARMA sebanyak 87 orang. Karakteristik responden yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pengeluaran per-bulan perorangan.

V.1.1. Karakteristik Responden Monkey Forest

Pada tabel berikut disajikan hasil data masing – masing karakteristik responden Monkey Forest.

Tabel V.1

Karakteristik Resoponden Berdasarkan Kota Asal Kota Jumlah Responden Persentase

Gianyar 33 33,3%

Denpasar 17 17,2%

Yogyakarta 13 13,1%

Tangerang Selatan 3 3%

Semarang 3 3%

Bengkulu 1 1%

Bandung 4 4%

Jakarta 3 3%

Jakarta Selatan 1 1%

Badung 8 8,1%

Lampung 3 3%

Sleman 2 2%

Palangkaraya 1 1%

Surabaya 5 5,1%

Lombok 2 2%

Total 99 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Tabel V.1 menunjukkan bahwa wisatawan Monkey Forest yang berasal dari Kabupaten Gianyar menduduki peringkat pertama dengan jumlah 33 (33,3%) wisatawan, kemudian diikuti dengan wisatawan yang berasal dari Kota Denpasar dengan jumlah 17 (17,2%) wisatawan, selanjutnya wisatawan yang berasal dari Kota Yogyakarta dengan jumlah 13 (13,1%) wisatawan. Wisatawan

yang berasal dari Kabupaten Badung menduduki peringkat keempat dengan jumlah 8 (8,1%) wisatawan, diikuti oleh wisatawan yang berasal dari Surabaya dengan jumlah 5 (5,1%) wisatawan, kemudian wisatawan yang berasal dari Kota Bandung dengan jumlah 4 (4%) wisatawan. Wisatawan yang berasal dari Tangerang Selatan, Semarang, Jakarta, dan Lampung masing – masing berjumlah 3 (3%) wisatawan, diikuti oleh wisatawan yang berasal dari Kabupaten Sleman dan Lombok yang masing – masing berjumlah 2 (2%) wisatawan, dan di peringkat terakhir wisatawan yang berasal dari Bengkulu, Jakarta Selatan, dan Palangkaraya yang masing – masing berjumlah 1 (1%) wisatawan. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang mendominasi mengunjungi Monkey Forest berasal dari Pulau Bali.

Tabel V.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase

Laki – laki 29 29,3%

Perempuan 70 70,7%

Total 99 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi 2 bagian yaitu laki – laki dan perempuan dengan jumlah responden jenis kelamin laki – laki 29 (29,3%) dan responden jenis kelamin perempuan berjumlah 70 (70,7%).

Tabel V.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Responden Persentase

17 – 23 67 67,7%

24 – 28 9 9,1%

29 – 40 9 9,1%

41 – 55 10 10,1%

β‰₯ 56 4 4%

Total 99 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Karakteristik wisatawan berdasarkan usia yang memiliki persentase tertinggi yaitu kelompok usia 17 – 23 tahun dengan jumlah 67 (67,7%) wisatawan, diikuti kelompok usia 41 –

55 tahun berjumlah 10 (10,1%) wisatawan, kemudian kelompok usia 24 – 28 tahun dan 29 – 40 tahun memiliki jumlah yang sama yaitu masing – masing sejumlah 9 (9,1%) wisatawan, dan kelompok usia terakhir yaitu β‰₯ 56 dengan jumlah 4 (4%) wisatawan.

Tabel V.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Jumlah Responden Persentase

SMP 4 4%

SMA 45 45,5%

Diploma 9 9,1%

Sarjana 33 33,3%

Pasca Sarjana 8 8,1%

Total 99 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Tabel V.4 menunjukan karakteristik wisatawan yang paling banyak mengunjungi Monkey Forest berdasarkan pendidikan terakhir adalah SMA yang berjumlah 45 (45,5%) wisatawan, diikuti oleh wisatawan dengan pendidikan terakhir Sarjana berjumlah 33 (33,3%) wisatawan, kemudian wisatawan dengan pendidikan terakhir Diploma berjumlah 9 (9,1%) wisatawan, selanjutnya wisatawan dengan pendidikan terakhir Pasca

Sarjana berjumlah 8 (8,1%) wisatawan, terakhir wisatawan dengan pendidikan terakhir berjumlah 4 (4%) wisatawan.

Tabel V.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Responden Persentase

Pelajar atau Mahasiswa 60 60,6%

Wiraswasta 9 9,1%

Pegawai Swasta 10 10,1%

Ibu Rumah Tangga 3 3%

PNS 8 8,1%

TNI/Polri 3 3%

Lain – lain 6 6,1%

Total 99 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Wisatawan dengan pekerjaan sebagai Pelajar atau Mahasiswa menduduki posisi pertama dengan jumlah 60 (60,6%) wisatawan, diikuti dengan wisatawan yang bekerja sebagai Pegawai swasta berjumlah 10 (10,1%), selanjutnya wisatawan yang bekerja sebagai PNS berjumlah 8 (8,1%) wisatawan, kemudian wisatawan yang memiliki pekerjaan lain – lain berjumlah 6 (6,1%) wisatawan, terakhir wisatawan yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan TNI/Polri masing – masing berjumlah 3 (3%) wisatawan.

Tabel V.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Perorangan Per-bulan

Pengeluaran Jumlah Responden Persentase

≀ Rp 1.000.000 37 37,4%

Rp 1.000.001 – Rp 2.500.000 38 38,4%

Rp 2.500.001 – Rp 5.000.000 16 16,2%

Rp 5.000.001 – 10.000.000 8 8,1%

Total 99 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Kelompok pengeluaran perorangan per-bulan dengan pengeluaran perorangan per-bulan Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 menjadi jumlah persentase paling tinggi dengan jumlah 38 (38,4%) wisatawan, diikuti oleh kelompok dengan pengeluaran perorangan per-bulan ≀ Rp 1.000.000 berjumlah 37 (37,4%) wisatawan, selanjutnya kelompok dengan pengeluaran perorangan per-bulan Rp 2.500.001 – Rp 5.000.000 dengan jumlah 16 (16,2%) wisatawan, dan terakhir kelompok dengan pengeluaran perorangan per-bulan Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000 berjumlah 8 (8,1%) wisatawan.

V.1.2. Karakteristik Responden Museum ARMA

Pada tabel berikut disajikan hasil data masing – masing karakteristik responden Museum ARMA.

Tabel V.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Kota Asal Kota Jumlah Responden Persentase

Gianyar 27 31%

Denpasar 20 23%

Yogyakarta 16 18,4%

Tangerang Selatan 3 3,4%

Semarang 3 3,4%

Bengkulu 1 1,1%

Bandung 2 2,3%

Jakarta 2 2,3%

Jakarta Selatan 1 1,1%

Badung 5 5,7%

Lampung 1 1,1%

Sleman 2 2,3%

Surabaya 1 1,1%

Jawa Barat 2 2,3%

Bantul 1 1,1%

Total 87 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Tabel V.7 menunjukkan bahwa wisatawan yang berasal dari Kabupaten Gianyar menduduki peringkat pertama dengan jumlah 27 (31%) wisatawan, diikuti oleh wisatawan yang

berasal dari Kota Denpasar dengan jumlah 20 (23%) wisatawan, kemudian wisatawan yang berasal dari Yogyakarta dengan jumlah 16 (18,4%). Wisatawan yang berasal dari Kabupaten Badung ada pada peringkat keempat dengan jumlah 5 (5,7%) wisatawan, kemudian wisatawan yang berasal dari Tangerang Selatan dan Semarang masing – masing dengan jumlah 3 (3,4%). Wisatawan yang berasal dari Bandung, Jakarta, Sleman, dan Jawa Barat masing – masing dengan jumlah 2 (2,3%) wisatawan, dan pada peringkat terakhir yaitu wisatawan yang berasal dari Bengkulu, Jakarta Selatan, Lampung, Surabaya, dan Bantul masing – masing dengan jumlah 1 (1,1%) wisatawan. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan dominan mengunjungi Museum ARMA yang berasal dari Pulau Bali.

Tabel V.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase

Laki - laki 28 32,2%

Perempuan 59 67,8%

Total 87 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Jumlah responden menurut jenis kelamin dibagi menjadi 2 yaitu laki – laki dan perempuan dengan persentase wisatawan berjenis kelamin perempuan memiliki persentase dengan jumlah 59 (67,8%) wisatawan dan wisatawan berjenis kelamin laki – laki berjumlah 28 (32,2%).

Tabel V.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Responden Persentase

17 – 23 51 58,6%

24 – 28 10 11,5%

29 – 40 10 11,5%

41 – 55 13 14,9%

β‰₯ 55 3 3,4%

Total 87 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Tabel V.9 menunjukan bahwa kelompok wisatawan yang memiliki persentase tertinggi adalah yang berusia 17 – 23 tahun dengan jumlah 51 (58,6%) wisatawan, diikuti oleh kelompok wisatawan yang berusia 41 – 55 tahun dengan jumlah 13 (14,9%) wisatawan, selanjutnya kelompok wisatawan yang berusia 24 – 28 dan 29 – 40 tahun yang masing – masing berjumlah 10 (11,5%) wisatawan, dan terakhir kelompok

wisatawan yang berusia β‰₯ 55 tahun dengan jumlah 3 (3,4%) wisatawan.

Tabel V.10

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Jumlah

Responden

Persentase

SMP 3 3,4%

SMA 42 48,3%

Diploma 8 9,2%

Sarjana 24 27,6%

Pasca Sarjana 10 11,5%

Total 87 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Wisatawan dengan pendidikan terakhir di tingkat SMA memiliki persentase tertinggi, hal ini dapat dilihat pada tabel V.10 yang menyebutkan bahwa terdapat 42 (48,3%) wisatawan dengan pendidikan terakhir di tingkat SMA, diikuti oleh wisatawan dengan pendidikan terakhir di tingkat Sarjana dengan jumlah 24 (27,6%), kemudian wisatawan dengan pendidikan terakhir di tingkat Pasca Sarjana dengan jumlah 10 (11,5%) wisatawan, selanjutnya wisatawan dengan pendidikan terakhir di tingkat Diploma dengan jumlah 8 (9,2%) wisatawan, terakhir wisatawan dengan pendidikan terakhir di tingkat SMP dengan jumlah 3 (3,4 %) wisatawan.

Tabel V.11

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Responden Persentase Pelajar atau

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Data tabel V.11 di atas menunjukkan bahwa wisatawan dengan pekerjaan Pelajar atau Mahasiswa memiliki persentase tertinggi dengan jumlah 48 (55,2%) wisatawan, diikuti oleh wisatawan dengan pekerjaan Pegawai Swasta dan PNS yang masing – masing berjumlah 11 (12,6%) wisatawan, kemudian wisatawan yang memiliki pekerjaan Wiraswasta dengan jumlah 8 (9,2%) wisatawan, selanjutnya wisatawan dengan pekerjaan lain – lain berjumlah 5 (5,7%) wisatawan, dan terakhir wisatawan yang memiliki pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan TNI/Polri dengan persentase masing – masing 2 (2,3%) wisatawan.

Tabel V.12

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Perorangan Per-bulan

Pengeluaran Jumlah

Responden

Persentase

≀ Rp 1.000.000 25 28,7%

Rp 1.000.001 – Rp 2.500.000 38 43,7%

Rp 2.500.001 – Rp 5.000.000 17 19,5%

Rp 5.000.001 – 10.000.000 7 8%

Total 87 100%

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Tabel V.12 menunjukkan bahwa kelompok wisatawan dengan pengeluaran perorangan per-bulan Rp 1.000.001 – Rp 2.500.000 dengan jumlah 38 (43,7%) wisatawan menjadi kelompok pengeluaran perorangan per-bulan yang tertinggi, diikuti oleh kelompok wisatawan dengan pengeluaran perorangan per-bulan ≀ Rp 1.000.000 yang berjumlah 25 (28,7%) wisatawan, selanjutnya kelompok wisatawan dengan jumlah pengeluaran perorangan perbulan Rp 2.500.001 – Rp 5.000.000 yang berjumlah 17 (19,5%) wisatawan, terakhir kelompok wisatawan dengan pengeluaran perorangan perbulan Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000 yang berjumlah 7 (8%) wisatawan.

V.2. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas V.2.1 Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu item digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas ini dilakukan menggunakan rumus nilai korelasi Product Moment dari Pearson, yakni dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Suatu item dinyatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi rhitung total lebih besar dibandingkan nilai rtabel. Berikut adalah pembahasan hasil analisis uji validitas:

a. Monkey Forest

Rtabel diketahui dengan melihat tabel r product moment.

Nilai r tabel untuk penelitian ini dimana N=99 dengan signifikansi 5%, adalah sebesar 0,1975. Selanjutnya nilai rtabel tersebut digunakan sebagai kriteria validitas item-item yang ada dalam pertanyaan kuesioner.

Tabel V.13

Hasil Uji Validitas Variabel Karakteristik Psikografis Butir rhitung rtabel Keterangan

1 0,690 0,1975 Valid

2 0,746 0,1975 Valid

3 0,650 0,1975 Valid

4 0,744 0,1975 Valid

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Berdasarkan data dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa uji validitas untuk variabel karakteristik psikografis dinyatakan valid karena rhitung β‰₯ rtabel, sehingga indikator pertanyaan karakteristik psikografis dapat mengukur variabel karakteristik psikografis.

Tabel V.14

Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Wisatawan Butir rhitung Rtabel Keterangan

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Berdasarkan data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa uji validitas untuk variabel motivasi wisatawan dinyatakan

valid karena nilai rhitung β‰₯ rtabel, sehingga indikator pertanyaan motivasi wisatawan dapat mengukur variabel motivasi wisatawan.

b. Museum ARMA

Rtabel diketahui dengan melihat tabel r product moment.

Nilai r tabel untuk penelitian ini dimana N=87 dengan signifikansi 5%, adalah sebesar 0,2108. Selanjutnya nilai rtabel tersebut digunakan sebagai kriteria validitas item-item yang ada dalam pertanyaan kuesioner.

Tabel V.15

Hasil Uji Validitas Variabel Karakteristik Psikografis Butir rhitung rtabel Keterangan

1 0,786 0,2108 Valid

2 0,831 0,2108 Valid

3 0,741 0,2108 Valid

4 0,768 0,2108 Valid

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Berdasarkan data dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa uji validitas untuk variabel karakteristik psikografis dinyatakan valid karena rhitung β‰₯ rtabel, sehingga indikator pertanyaan karakteristik psikografis dapat mengukur variabel karakteristik psikografis.

Tabel V.16

Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Wisatawan Butir rhiutng rtabel Keterangan

Sumber : Data Primer, diolah tahun 2020

Berdasarkan data dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa uji validitas untuk variabel karakteristik psikografis dinyatakan valid karena rhitung β‰₯ rtabel, sehingga indikator pertanyaan motivasi wisatawan dapat mengukur variabel motivasi wisatawan.

V.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach’s Alpa untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Untuk menentukan suatu

instrumen reliabel atau tidak maka bisa digunakan batas nilai alpha 0,6, yakni instrumen dinyatakan reliabel apabila nilai reliabilitas/alpha β‰₯ 0,06. Berikut pembahasan hasil uji reliabilitas pada masing – masing variabel:

Tabel V.17

Hasil Uji Reliabilitas Monkey Forest Variabel Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Psikografis 0,668 Reliabel

Motivasi 0,859 Reliabel

Tabel V.18

Hasil Uji Reliabilitas Museum ARMA Variabel Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Psikografis 0,788 Reliabel

Motivasi 0,839 Reliabel

Berdasarkan tabel V.17 dan tabel V.18, dapat disimpulkan bahwa variabel karakteristik psikografis dan motivasi wisatawan pada daya tarik wisata Monkey Forest dan Museum ARMA memiliki nilai yang memenuhi syarat, sehingga dapat dinyatakan bahwa alat ukur tersebut reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha β‰₯ 0,06.

V.3. Karakteristik Psikografis (Venturesomeness)

Karakteristik responden berdasarkan karakteristik psikografis (venturesomeness) dibagi menjadi 2 bagian dengan skala semantik diferensial yaitu psychocentric dan allocentric. Responden yang masuk ke dalam golongan psychocentric memilih pernyataan pada bagian kiri, responden yang netral memilih bagian tengah, dan responden yang masuk ke dalam golongan allocentric memilih pernyataan pada bagian kanan.

V.3.1 Karakteristik Psikografis (Venturesomeness) Wisatawan Monkey Forest Tabel V.19

Karakteristik Psikografis (Venturesomeness) Psychocentric Sangat Setuju

dengan

Cenderung menyukai destinasi wisata yang seudah popular atau sudah pernah dikunjungi.

13

Menyukai destinasi wisata yang baru dan belum pernah dikunjungi.

Lebih menyukai daerah tujuan wisata yang nyaman.

Menyukai destinasi wisata yang menantang.

Sarana akomodasi dengan fasilitas standar atau lengkap.

21

Sarana akomodasi dengan

Sarana akomodasi dengan

Dokumen terkait