• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Hasil Penelitian

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II .1 Hasil Tes

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II 4.1.3.1 Hasil Tes

Dalam siklus I, hasil membaca cepat masih kurang memuaskan. Oleh karena itu, peneliti pembelajaran teknik membaca cepat dengan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment dengan memperhatikan hasil pada siklus I dan memberikan tindakan kelas terhadap segala penghambat kecepatan membaca siswa. Selain itu juga, dijelaskan kembali tentang teknik membaca yang benar, dan aspek-aspek yang mempengaruhi kecepatan efektif membaca. Setelah itu, diadakan evaluasi pada siklus II. Adapun hasil pengukuran kecepatan efektif membaca pada siklus II tampak dalam tabel di bawah ini.

Tabel 11 Kecepatan Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus II No. Kecepatan

(kpm)

Kategori Frekuensi % Rata-rata

1 >250 Cepat 20 51,28 2 200-249 Sedang 19 48,72 3 150-199 Lambat - - 4 <150 Sangat lambat - - 9811 : 39 = 251,56 Kategori Cepat Jumlah 39 100

kecepatan membacanya termasuk tinggi (cepat) adalah 20 orang atau 51,28%, siswa yang kecepatan membacanya tergolong sedang adalah 19 orang atau 48,72%, tidak terdapat siswa yang kecepatan membacanya lambat, dan juga tidak terdapat siswa yang kecepatan membacanya sangat lambat. Hasil rata-rata kecepatan membaca siswa kelas VIIIA pada siklus I adalah 251,56 kpm atau dalam kategori cepat.

Seperti dalam pengukuran KEM pada siklus I, yang menjadi pedoman untuk menentukan KEM tidak hanya kecepatan membaca saja, tetapi juga didukung oleh faktor pemahaman isi bacaan. Tingkat pemahaman isi bacaan siswa kelas VIIIA tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 12 Pemahaman Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus II No. Skor Kategori Frekuensi % Rata-rata 1 90-100% Sangat baik 14 35,9 2 70-80% Baik 21 53,87 3 50-60% Sedang 4 10,26 4 30-40% Kurang - - 5 10-20% Sangat kurang - - 3200 : 39 = 82,055 Kategori Baik Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 12 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 14 orang siswa yang pemahaman isi bacaannya termasuk sangat baik atau 35,9%, siswa yang pemahaman isi bacaannya tergolong baik adalah 21 orang atau

10,26%, tidak terdapat siswa yang pemahaman isi bacaannya kurang, dan tidak terdapat siswa yang pemahaman isi bacaannya sangat kurang. Hasil rata-rata pemahaman isi bacaan siswa kelas VIIIA pada tes siklus I adalah 82,05 atau dalam kategori baik.

Berdasarkan tabel 11 dan 12 yang sudah ditampilkan (tabel kecepatan membaca dan tingkat pemahaman isi bacaan) dapat diketahui tingkat kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA pada siklus II ini, dengan cara memadukan antara kecepatan memabca siswa dengan pemahaman isi bacaan. Setelah dihitung menggunakan rumus KEM, diperoleh data tentang kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA pada siklus II ini. Perolehan tingkat kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA pada siklus II, tampak dalam tabel 9.

Tabel 13 Kecepatan Efektif Membaca Siswa Kelas VIIIA pada Siklus II No. Kecepatan

(kpm)

Kategori Frekuensi % Rata-rata

1 >175 Cepat 31 79,49 2 150-174 Sedang 4 10,26 3 125-149 Lambat 4 10,26 4 < 125 Sangat lambat - - 8148 : 39 = 208,92 kpm kategori cepat Jumlah 39 100

kecepatan efektif membacanya termasuk tinggi (cepat) adalah 31 orang atau 79,49%, siswa yang kecepatan efektif membacanya sedang adalah 4 orang atau 10,26%, siswa yang kecepatan efektif membacanya lambat adalah 4 orang atau 10,26%, dan tidak terdapat siswa yang kecepatan efektif membacanya sangat lambat. Hasil rata-rata kecepatan efektif membaca siswa kelas VIIIA pada kondisi awal adalah 208,92 kpm , termasuk dalam kategori cepat.

4.1.3.2 Hasil Nontes

Pada siklus II, data nontes diperoleh melalui observasi, jurnal siswa dan wawancara.

4.1.3.2.1 Observasi

Pengamatan dilakukan pada saat guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang perbaikan cara membaca siswa yang sering dilakukan oleh siswa secara sadar atau pun tidak. Siswa tampak tertib dan antusias dalam menghadapi kesalahan-kesalahan membaca yang masih sering dilakukannya. Mereka mengaku masih melakukan subvokalisasi, membaca belum penuh konsentrasi, masih melakukan regresi. Siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan guru dengan sungguh-sungguh, dan akan berusaha melakukan cara membaca yang benar.

Pengamatan pada siklus II ini lebih ditekankan pada kegiatan membaca, terutama untuk mengamati perubahan kebiasaan salah dalam membaca yang sering dilakukan oleh para siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pelaksanaan kegiatan membaca pada siklus II ini lebih baik daripada pelaksanaan

melaksanakan kegiatan membaca, dan lebih berusaha untuk mengurangi kebiasaan buruk dalam membaca. Mereka melakukan kegiatan membaca dengan baik.

Berdasarkan pengamatan, memang masih ada 3 siswa atau 7,69% yang masih tampak menggerakkan bibir pada saat membaca. Siswa yang masih mengeja ini memang termasuk siswa yang kecepatan efektif membacanya termasuk kategori rendah. Siswa yang masih menggerakkan kepala ada 2 orang atau 5,13%. Kedua siswa ini merasa sulit menghilangkan kebiasaan buruk ini karena sudah merupakan kebiasaan mereka setiap kali mereka membaca. Sikap duduk yang dilakukan oleh siswa pada saat membaca sudah benar, yaitu dengan meletakkan teks di atas meja atau di depan siswa, duduk dengan tegak, dan jarak antara mata dengan teks kurang lebih 30 cm.

Sebagian besar (80%) siswa sudah melakukan apa yang sudah dijelaskan. Mereka berusaha membaca dengan benar. Para siswa tidak lagi adu cepat dalam membaca, tetapi juga berusaha meningkatkan aspek pemahamannya tentang isi bacaan. Sehingga ada 31 siswa yang mempunyai kecepatan efektif yang tergolong cepat. Siswa tersebut tampak membaca dengan sangat serius dan teliti, serta hati-hati. Penjelasan yang diberikan kepada siswa menyadarkan para siswa, bahwa dalam membaca yang penting bukan hanya cepat, tetapi juga harus memahami apa yang dibacanya.

Dari pengamatan aspek kerjasama dengan teman ada 93,16%, siswa dalam kategori baik. Siswa selalu bekerja sama dengan teman sebangkunya untuk

paham dengan cara menghitung kecepatan efektif membaca selalu berusaha bertanya dengan temannya yang bisa menghitung kecepatan efektif membaca.

Dalam mengikuti pelajaran siswa aktif atau mencapai 93,16%, tidak pasif. Siswa selalu bertanya dengan guru tentang hal yang tidak diketahuinya. Siswa juga kritis menyikapi hal yang ada atau kekritisan siswa mencapai 80,34%. Sharing dengan teman pun dilakukan oleh siswa bahkan mencapai 98,58%. Sikap siswa terhadap bacaan yang disediakan, 93,16% siswa merasa tidak kesulitan dalam membaca bacaan yang disediakan. Ada siswa yang merasa sulit dengan kata yang tidak diketahui maknanya.

Sikap siswa terhadap teknik pembelajaran menunjukkan baik. Siswa merasa senang dengan pembelajaran yang digunakan. Siswa merasa dihargai hasil karyanya, siswa merasa kecepatan membacanya dapat meningkat dengan diukur oleh diri sendiri. Mereka juga merasa senang karena mendapatkan pengetahun yang baru. Siswa merasa tidak bosan dengan diadakan latihan membaca cepat secara kontinyu atau terus menerus.

Observasi terhadap aktivitas siswa dalam membaca koleksi perpustakaan sekolah. Melalui lembar bantu yang berisi daftar peminjaman buku, peneliti dapat menegtahui bahwa siswa telah melakukan kegiatan membaca. Hanya intensitas yang dilakukan oleh setiap siswa berbeda. Siswa yang meminjam dan membaca buku sebanyak 1 kali, ada 4 orang siswa atau 10,26%. Siswa yang meminjam dan membaca buku sebanyak 2 kali, ada 11 orang siswa atau 28,21%. Siswa yang meminjam 3 kali, ada 14 orang siswa atau 35,89%, yang

siswa atau 17,95%, sedangkan yang lebih dari 5 kali ada 6 siswa atau 15,38%.

4.1.3.2.2 Wawancara

Pada siklus II ini, wawancara dilakukan pada enam orang siswa, yaitu dua orang siswa yang memiliki kategori KEM rendah, dua orang siswa yang berkategori sedang, dan dua orang siswa yang berkategori tinggi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan pendapat siswa tentang pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan pembelajaran kontekstual elemen authentic assessment.

Para siswa yang diwawancarai mengungkapkan bahwa mereka sangat tertarik pada pengukuran KEM ini. Mereka ingin pengukuran ini dilakukan terus menerus, sehingga mereka mengetahui perkembangan kecepatan membacanya. Apabila hasil pengukuran menunjukan bahwa kecepatan efektif membaca mereka masih rendah, mereka akan berusaha untuk meningkatkan kecepatan membacanya. Tetapi ada satu siswa yang hanya senyum-senyum ketika diberi pertanyaan. Ia hanya menggeleng, mengangguk, dan senyum-senyum sambil garuk-garuk kepala. Siswa ini sebenarnya cerewet, tetapi memang termasuk lambat dalam kecepatan efektif membaca. Sehingga ia tidak segera menemukan jawaban ketika ditanya. Meskipun lambat membaca tetapi ia juga mengungkapkan rasa senangnya mengikuti pembelajaran model ini. Katanya, “Saya juga suka membaca.

diberikan. Soal-soal tentang isi bacaan yang harus dijawab juga tidak sulit. Hal ini membuat para siswa ingin mengulangi membaca lagi, karena cerita yang diberikan kepada siswa adalah bacaan yang menarik, dan sesuai dengan kehidupan yang dialami siswa sehari-hari yaitu cerita tentang kemanusiaan, dan tidak terlalu panjang. Menurut mereka cerita yang terlalu panjang akan membosonkan. Selain membosankan, mereka juga merasa kesulitan memahami isinya.

Wawancara yang dilakukan terhadap petugas perpustakaan sekolah, peneliti memperoleh simpulan bahwa kunjungan siswa ke perpustakaan semakin bertambah. Kunjungan tersebut masih seperti biasa, yaitu dilakukan pada saat istirahat baik pertama atau kedua.

4.1.3.2.3 Hasil Jurnal

Berdasarkan hasil jurnal yang dibuat oleh siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tertarik pada pembelajaran membaca cepat dengan pengukuran kecepatan efektif membaca. Selain bacaannya menarik dan mudah dipahami, soal-soalnya mudah, siswa juga memperoleh pengalaman baru yaitu mengukur kecepatan membacanya sendiri dan mengukur kecepatan temannya. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan setelah siswa membaca, meskipun ada dua orang yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

dengan pengukuran kecepatan efektif membaca ini. Tetapi ada siswa yang merasa bosan karena setiap hari disuruh membaca walaupun hanya sebentar. Mereka merasa bahwa membaca itu sebagai beban, dan merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Ia lebih suka kegiatan yang banyak bergerak. Memng dia anak yang tidak bisa diam. Tangan dan kakinya sama lincahnya. Ia kelihatan tertekan bila ada kegiatan membaca, karena ia memang tidak suka membaca maka kecepatan efektif membacanya pun termasuk lambat.

Pengukuran kecepatan efektif membaca ini sangat menarik bagi sebagian besar siswa kelas VIIIA, karena sebelum penelitian ini dilakukan mereka belum pernah mengetahui cara pengukuran kecepatan efektif membaca. Pengukuran yang dilakukan pada siklus II ini sudah tidak membuat mereka grogi. Mereka merasa lebih tenang dalam melakukan kegiatan membaca. Mereka merasa sudah terbiasa. Meskipun begitu, masih ada beberapa siswa yang mengaku masih deg-degan, masih merasa cemas. Tetapi kecemasannya sudah tidak seperti ketika pertama kali mereka mengalamai pengukuran kecepatan efektif membaca.

Siswa merasa senang dan bangga ketika mereka mengetahui kecepatan efektif membacanya sendiri. Mereka merasa disanjung oleh orang tuanya karena setiap kali melakukan pengukuran kecepatan efektif membaca siswa meminta tanda tangan orang tua. Ada semangat atau minat untuk sering melakukan pengukuran keceatan efektif membaca karena selalu dipantau dengan kartu data pengukuran kecepatan efektif membaca. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh anak-anak yang kecepatan efektif membacanya rendah, sebenarnya

karena itu mereka akan banyak berlatih membaca.

4.2 Pembahasan

Dokumen terkait